Setelah Insiden Belawan, Akhirnya Korvet KRI Pati Unus 384 Resmi Dipensiunkan
Setelah mengalami musibah akibat menabrak bangkai kapal pada 13 Mei 2016, nasib korvet Parchim Class KRI Pati Unus 384 kian redup. Berbagai upaya telah dilakukan untuk melakukan penyelamatan dan perbaikan, namun karena biaya untuk perbaikan kapal buatan Jerman Timur ini dianggap terlalu besar, sementara usia kapal juga telah menua, maka kabar terakhir menyebut TNI AL telah melepas KRI Pati Unus 384, alias decommissioned dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmabar.
Baca juga: Tinjauan Insiden Korvet KRI Pati Unus 384, Dimana Peran Sonar MG323 Bullhorn?
Dikutip dari koarmabar.tnial.mil.id (19/4/2017), sebuah upacara Penurunan Ular-Ular Perang telah dilakukan pada 19 April 2017 di Lantamal I Belawan, Sumatera Utara. Meski disebut tua, sejatinya kapal yang Berjaya di Era Perang Dingin masih jauh lebih muda ketimbang generasi frigat Van Speijk Class, kapal ini resmi digunakan AL Jerman Timur pada Juli 1983, dan TNI AL mengoperasikan korvet ini pada Juli 1995.
Musibah yang menimpa KRI Pati Unus 384 sempat meramaikan jagad berita nasional, kabar hoax yang sempat mengemuka bahwa korvet ini kandas akibat serangan torpedo kapal selam Cina. Namun akhirnya kabar tersebut berhasil diluruskan. Dari aspek teknis, isu adanya serangan pada KRI Pati Unus 384 mudah untuk dipatahkan. Bila diasumsikan diserang torpedo, maka kondisi Perairan Belawan yang dangkal (kedalaman <100 meter) jelas tidak cocok bagi kapal selam untuk melakukan sebuah serangan torpedo. Belum lagi bila terkena hantaman torpedo, maka impact-nya pada kondisi korvet tentu tak bisa seperti dilihat pada foto-foto yang dipaparkan. Begitu juga dengan spekulasi terkena tebaran ranjau laut, efek ledakan yang dihasilkan pada lambung tentu bisa membuat kapal bocor berskala besar.
Berdasarkan laporan kronologi kecelakaan yang disampaikan Komandan kapal dengan pihak Pangkalan Belawan via kontak radio, diinformasi awal Komandan kapal menyebut KRI PTS 384 mengalami kebocoran karena menabrak bangkai kapal, dengan perkiraan lokasi buoy 2 alur Belawan. Peristiwanya terjadi pada 13 Mei 2016 lalu, saat kapal perang dalam perjalanan dari Selat Malaka menuju Lantamal Belawan,
Baca juga: Ranjau Dasar Laut Pengaruh, Jebakan Penghantar Maut Bergaya Torpedo
Justru yang menarik jadi pertanyaan, apakah sonar yang ada di korvet Pati Unus 384 telah bekerja dengan optimal? Harus diakui bahwa teknologi sonar yang digunakan terbilang canggih pada jamannya (era Perang Dingin), tapi mengingat usia pakainya saat ini, apakah kondisi sonar masih dapat bekerja dengan baik? Atau bisa jadi sonar dalam kondisi tidak aktif saat musibah terjadi.
Sebagai korvet pemburu dan penghancur kapal selam, maka korvet Parchim Class KRI Pati Unus 384 dilengkapi sistem pengendus sasaran bawah air. Menurut spesifikasi, Parchim Class mengadopsi perangkat sonar gelombang menengah jenis MG323 Bullhorn, perangkat sonar ini ditempatkan integrated pada lambung bawah kapal. Tak itu saja, agar penciuman lebih presisi, Parchim Class juga membawa sonar “rendam” (dipping sonar) gelombang tinggi jenis MG16 Lamb Tail. (Haryo Adjie)
Terus intinya kapal ini kemarin jalan tanpa sonar gitu,..??
Jadi kapal ini gak ready tempur dong,…
Walah misalnya dalam keadaan darurat disuruh buru kasel apa ya gak jadi bahan lelucon awak kasel musuh,…
Mending parchin class di inspeksi semuanya.
Gantiin dg corvette Parchim 3 class saudaranya saja buatan ruskey,minta tot bikin 16 biji buat penggantinya.
Sudah waktunya di-B3-kan.
Buang Beli Baru..
yo wes lah, ancene ws tuwo kok.
Semoga pemerintah segera mengganti atau menambah armada kapalnya
Akhirnya selamat jalan untuk KRI-Pati Unus untuk peristirahatan terakhir. Terima kasih atas jasa-jasa selama bertahun-tahun mengawal NKRI tercinta.
Tinggal 15 biji ya saudarAnya sesama parchim.