Korps Marinir Uji Coba Drone ‘Copter’ Bomber, Ideal untuk Misi Anti Gerilya
|Setelah menggelar uji coba drone copter yang akan digunakan untuk tugas operasi di wilayah Papua, kini Korps Marinir kian serius untuk mengoptimalkan kemampuan drone copter. Bila sebelumnya peran drone copter diutamakan untuk tugas intai dan meningkatkan kesadaran situasional, maka kemampuan drone copter yang mampu membawa payload, mulai diperankan untuk membawa dan melepaskan (meluncurkan) amunisi.
Dikutip dari siaran pers Dispen Korps Marinir, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Endi Supardi, mendampingi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menyaksikan uji coba drone bomber, bertempat di Lapangan Tembak Jusman Puger Ksatrian Marinir Hartono Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (24/0/2024).
Prototipe drone bomber ini merupakan hasil inovasi dari riset yang dilakukan oleh personel TNI AL dari Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal), Satuan Komunikasi dan Elektronika Angkatan Laut (Skomlekal) dan Dinas Material Senjata dan Elektronika Angkatan Laut (Dissenlekal).
Kegunaan Prototipe drone bomber tersebut sebagai pengangkut dan peluncur amunisi sehingga dapat membantu operasional dalam pertempuran.
Meski tidak disebutkan jenis drone bomber dan amunisi yang digunakan, namun dari tampilan pada foto, drone bomber mirip dengan drone copter produksi DJI Technology yang dilengkapi payload peluncur amunisi.
Bila merujuk pada drone copter yang digunakan pada misi intai di Papua, maka Korps Marinir menggunakan tipe drone DJI Enterprise Matrice 350 RTK dan DJI Enterprise Matrice 30 Series. Meski kedua drone DJI ini adalah drone sipil, tapi keduanya punya payload yang cukup untuk meluncurkan amunisi ringan, yang bila dicermati konsepnya jamak digunakan dalam perang di Ukraina.
Seperti DJI Enterprise Matrice 350 RTK, drone ini mampu membaw payload hingga 2,7 kg. Sementara DJI Enterprise Matrice 30 Series, merupakan drone copter berukuran mini namun dikenal sebagai drone tangguh, karena drone ini dapat dioperasikan bahkan di saat kondisi cuaca ekstrem sekalipun seperti hujan berat maupun bersalju. Kaki-kaki drone pun dapat dilipat, sehingga lebih mudah untuk diletakkan pada tas khusus saat di bawa ke mana saja. Bobotnya sekitar 3,7 kilogram dan sangat cocok untuk penggunaan di sektor enterprise. (Gilang Perdana)
Harusnya TNI bisa buat sendiri. Ukraina menggunakan Drone DJI hanya pada awal perang. Sangat rawan jika musuh memiliki jamming drone buatan China karena Drone DJI buatan mereka juga.
Tidak perlu buat drone MALE seperti Wulung, buat saja yg simpel seperti ini dan produksi dalam jumlah banyak. Siapa tau nanti sangat membutuhkan jika terjadi perang besar.
Korps Marinir TNI-AL memang unggul dalam hal Pernika, selain kemampuan EW juga terus optimalkan kemampuan drone copter bahkan pada segmen UGV di masa mendatang