Korea Selatan Ajukan Proposal Penambahan 20 Unit F-35A Lightning II
|Republik Ceko harus mengambil keputusan cepat untuk modernisasi jet tempur pasca 2027, akankah jadi mengakuisisi F-35 Loightning II ataukah memilih Gripen E/F? Bila yang dipilih Ceko adalah F-35, maka negeri di Eropa Timur ini harus bersaing keras di tengah antiran produksi F-35. Selain Lockheed Martin tengah menggarap orderan F-35 dari negara-negara Eropa Barat (NATO), faktanya Ceko harus bersaing dengan Korea Selatan untuk jadwal produksi F-35.
Baca juga: Swedia Tawarkan Gratis 14 Unit Jet Tempur Gripen ke Ceko, Ini Penjelasannya!
Dikutip dari Janes.com (29/6/2022), disebutkan Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan mengakui induksi semua pesanan 40 unit jet tempur F-35A untuk Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF), pada 28 Maret 2022. Nah, rupanya ada keinginan dari Seoul untuk melakukan pesanan tambahan untuk F-35. Meski belum ada informasi resmi, kabarnya AU Korea Selatan mengharapkan tambahan 20 unit F-35 lagi. Untuk maksud tersebut, sebuah proposal pengadaan telah dilayangkan.
Persisnya, Subkomite Pertahanan Pemerintah Korea Selatan telah mendukung proposal untuk membeli unit tambahan Lockheed Martin F-35A Lightning II. Pihak Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengkonfirmasi proposal tersebut. DAPA mengatakan bahwa proposal tersebut sedang berjalan dan tidak memberikan rincian tambahan pada saat publikasi.
Media Korea Selatan melaporkan pada 29 Juni bahwa proyek tersebut telah disetujui pada 9 Juni oleh Subkomite Promosi Proyek Pertahanan. Proyek F-35A kedua ini diperkirakan menelan biaya KRW3,9 triliun (US$3 miliar). Potensi akuisisi pesawat ini sejalan dengan pengumuman sebelumnya oleh Seoul tentang minatnya untuk mengakuisisi 20 unit F-35 tambahan.
Kilas balik ke Januari 2022, armada F-35A Korea Selatan sempat menjalani temporary grounded, yakni saat terjadinya insiden belly landing pada salah satu F-35A yang terjadi pada 4 Januari 2022. Insiden belly landing terjadi akibat bird strike. AU Korea Selatan setidaknya telah menemukan adanya serpihan burung kecil pada bagian mesin F-35A.
Besar kemungkinan bird strike menimbulkan masalah pada mesin yang mengharuskan pilot melakukan pendaratan darurat. Apalagi, F-35 mengusung mesin tunggal, maka tak ada pilihan untuk pendaratan darurat pada kesempatan pertama. (Gilang Perdana)
Persyaratan pembayar pengadaan alutsista harus mengunakan RMP seharusnya direvisi karena krg tersedianya anggaran dr Kemenkeu utk membiayai pengadaan tsb dgn RMP yg tersedia ditambah lagi ditolaknya pembiayaan asing dgn bunga rendah dari Perancis dan Qatar JD rencana2 itu rasanya sulit utk diwujudkan Krn Kemenkeu menolak rencana tsb KLO TDK revisi akan berakibat bantingan2 dan dtgnya brg dgn ketengan kedepannya
Pespur F-35, kya.e trllu berat untuk indonesia karena maintenance dan hrga senjata.y yg mahal, skrg udh ada F-15 EX, F-16, dan Rafale itu sdh lbih dr ckup
Jangan berkecil hati Indonesia, KF-21 Boremae segera hadir dan Indonesia bisa segera memesan Rafale jika anggaran 300 T beneran di approve oleh Bu Menkeu. Sangat wajar jika Indonesia meningkatkan anggaran pertahanan hingga 2% PDB. Alihkan saja dana untuk daerah yg kebanyakan nganggur di Bank buat perusahaan padat teknologi seperti perusahaan pertahanan. Bangun lebih banyak KCR Golok Class, Tankboat Antasena, Manpads Merapi, Rudal Balistik Rhan 450, Tank Harimau dan tentu saja KCR 60 dan LPD.
Btw Kalo Indonesia mau mengakuisisi Mirage 2000 ane kurang setuju, selain jumlahnya yg lebih sedikit dari F-16, senjata yg bisa dibawa tidak lebih kuat dari F-16. Indonesia bisa meneruskan upgrade F-16 setara Viper. Seharusnya Indonesia bisa mengejar F-16 bekas US Air National Guard yg jam terbangnya sedikit lebih rendah dari USAF. F-16 pun juga bisa digunakan sebagai pespur serang maritim dg rudal Harpoon sebagai senjata Andalan.