Kontainer Medik Udara TNI AU – Dari Operasi “Top Secret” Hingga Kesiapan Menghadapi Virus Corona

Foto: Istimewa

Wabah pandemik corona secara langsung telah disikapi dengan kesiagaan unit medik yang ada di setiap matra TNI. Terlatih dalam kegiatan operasi militer selain perang, beragam skenario pun telah dijalankan untuk mengantisipasi dinamika yang muncul, seperti TNI AU yang kembali menyiapkan Kontainer Medik Udara (KMU).

Baca juga: LPD plus “Kapal Rumah Sakit” KRI Semarang 594 Resmi Masuk Armada TNI AL

Melansir dari beberapa media nasional, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pada Rabu (11/3/2020), telah meninjau kesiapan Kontainer Isolasi Medik Udara (KIMU) TNI AU yang terpasang pada pesawat C-130 Hercules nomor registrasi A 1327, di Skadron Teknik 021 Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma.

KIMU khusus digunakan untuk mengisolasi pasien yang terkena virus, termasuk virus Corona jenis baru penyebab penyakit terkait pernafasan, Covid-19. “Ini adalah Kontainer Isolasi Medis Udara. Di mana bila kita memiliki pasien positif covid-19, kita akan memasukannya ke dalam pesawat ini,” ujar Kepala Dinas Kesehatan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Isdwiranto Iskanto, dikutip dari mediapurnapolri.net.

KIMU bertekanan negatif dan dilengkapi sinar ultraviolet (UV), sehingga virus yang ada di dalam diharapkan sudah terbunuh karena terkena sinar UV. Selanjutnya, udara yang keluar sudah dalam keadaan bersih. Di dalam KIMU juga telah dibekali penyaring udara High Efficiency Particulate Air untuk menyaring partikel virus yang ada.

Kapasitas KIMU dapat diisi delapan tempat duduk untuk delapan pasien dan bisa diisi dua petugas kesehatan. Sayangnya, sampai saat ini TNI AU baru memiliki satu kontainer KIMU, dan perangkat ini pun bukan barang baru, lantaran Kontainer Medik Udara buatan Britsih Aerospace (Inggris) ini, didatangkan pada awal dekade 80-an, atau persisnya semasa Pemerintahan Presiden Soeharto.

Merujuk informasi yang dipaparkan dalam buku “Pak Harto, Saya, Dan Kontainer Medik Udara – Masma TNI (Purn) Dr. Raman Ramayana Saman” yang ditulis Imelda Bactiar, disebutkan bahwa Kontainer Medik Udara ini diakuisisi mengandalkan kredit ekspor yang diberikan Pemerintah Inggris pasca Perang Malvinas.

Mulai dirancang dan dibangun oleh Britsih Aerospace di London pada tahun 1983, dan baru pada akhir 1986 Kontainer Medik Udara akhirnya tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, yang langsung dikeluarkan dari pintu rampa kargo C-130 Hercules.

Kontainer Medik Udara TNI AU memang diracang agar mampu keluar masuk dengan mudah di kargo pesawat C-130 Hercules atau Lockheed L-100 (varian sipil Hercules). Bila beroperasi di udara maupun darat, kabin kontainer ini menggunakan generator sendiri.

Itulah yang disebut sebagai fly away medical service capsule. Kontainer Medik Udara yang juga dimiliki Australia ini dapat dikonfigurasi sedemikian rupa, sehingga menjadi Unit Bedah (ruang persiapan, ruang bedah dan pasca bedah), Unit Perawatan Intensif (ICU) untuk penderita gawat darurat, Unit Pengungsian Medik Udara (PMU), Unit Klinik Gigi, dan lainnya.

Baca juga: Gunakan “Cotton Bud,” Drone DJI Mavic 2 Enterprise Identifikasi Suspect Penderita Corona

Meski terkesan terlupakan, kiprah Kontainer Medik Udara TNI AU rupanya punya sejarah yang menarik untuk dicermati, mulai dari latar belakang pengadaan perangkat medik ini, uji coba operasi bedah udara di atas langit Jakarta, hingga operasi “top secret” guna mendukung lawatan Presiden Soeharto ke Filipina di tahun 1987, telah dituangkan dengan detail dalam buku karya Imelda Bactiar yang dirilis pada tahun 2016 silam. (Haryo Adjie)

3 Comments