Komandan US Pacific Air Forces: “Kami Inginkan F-15EX untuk Gantikan Armada F-15C dalam Operasi di Indo Pasifik”
Menjawab permintaan harga yang dilayangkan Pemerintah Indonesia, Amerika Serikat pada 10 Februari 2022 telah merilis paket penawaran untuk 36 unit F-15ID (varian F-15EX untuk Indonesia) senilai US$13,9 miliar. Atas tawaran tersebut, sejauh ini belum ada respon balik dari Pemerintah Indonesia, apakah melanjutkan pembelian atau mungkin membatalkan, semuanya bisa terjadi, mengingat belum ada kontrak yang ditandatangani.
KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pernah mengungkapkan, bila terjadi kontrak hari ini, maka pesawat (F-15EX) baru akan diterima Indonesia pada tahun 2027. belum ada MoU apalagi kontrak efektif dengan pihak produsen, alhasil belum dapat diketahui kapan delivery pesawat tempur yang akan dibeli. Umumnya, jadwal pengiriman suatu pesawat tempur (dimana pun) baru diketahui setelah adanya kontrak efektif, dimana pihak produsen sudah menerima uang muka pembayaran untuk dimulainya produksi.
Lamanya jadwal pengiriman tentu ada beragam alasan, seperti antrian jumlah pesanan sampai line kapasitas produksi yang memang terbatas dari pabriknya.
Nah, terkait pihak Indonesia yang belum memberikan respon atas tawaran dari Washington, maka boleh jadi, bila Indonesia tak juga memberi keputusan kontrak, maka delivery F-15ID bisa bakal lebih lama lagi. Hal tersebut didasari adanya kebutuhan dari US Pacific Air Forces yang menginginkan armada jet tempur baru, khususnya F-15EX, yang diproyeksikan untuk menggantikan armada F-15C yang saat ini ditempatkan sebagai ujung tombak di Pangkalan Udara Kadena, Jepang.
Dikutip dari nationaldefensemagazine.org, Jenderal Kenneth Wilsbach, Komandan US Pacific Air Forces mengatakan, “jet tempur AS yang dikerahkan di Indo Pasifik membutuhkan peningkatan kualitas dan peningkatan jumlah, itu jika Angkatan Udara ingin menganut doktrin baru yang menyerukan lebih banyak kelincahan.” Ia menegaskan, bahwa memperoleh F-15EX, platform drone berbiaya rendah, dan sistem peringatan dini yang lebih baru akan menempatkan kekuatan gabungan yang lebih baik untuk mengantisipasi konflik di Indo Pasifik.
Doktrin pertama tentang pertempuran udara, yang juga dikenal sebagai ACE, dirilis pada bulan Desember tahun lalu, menyerukan Angkatan Udara untuk memindahkan aset dengan cepat dan meningkatkan komunikasi di lingkungan yang diperebutkan selama operasi gabungan.
Wilsbach mengatakan, kini saatnya untuk mengganti armada F-15C yang sudah tua dengan F-15EX Eagle II yang baru, yang menawarkan fleksibilitas jangkauan dan persenjataan. Angkatan Udara AS bermaksud untuk mengakuisisi 144 unit pesawat F-15EX buatan Boeing untuk menggantikan model F-15C/D.
Baca juga: Untuk Pertama Kali, F-15EX Lakukan Uji Tembak Rudal, Menggunakan AIM-120D AMRAAM
Jika tangki bahan bakar konformal ditambahkan, F-15EX dapat tetap mengudara tanpa tanker selama empat jam. Itu juga akan mampu membawa senjata hipersonik berat yang tidak dapat diangkut oleh jet tempur stealth. Fleksibilitas jenis senjata, seperti membawa AGM-158 JASSM, adalah kunci strategi keunggulan kami di Pasifik. (Gilang Perdana)
Mantap jiwa! Hajar bleh! Tidak ada istilah takut bagi kita dalam hal anggaran alutsista. Kita punya 11.000 T yg ada di kantong dan lebih banyak lagi di luar negeri. Belum lagi laba dari ekspor racun kalajengking. US$ 14 miliar terlalu kecil, bahkan harus ditambahkan lagi sebanyak 100-200 unit F-15EX full combat. Laksanakan! Bravo!
kayanya..f15 ID ngga lanjut,…pemerintah dah ngeri liat anggaran yg hrs disiapkan,..Nasibnya kaya’ osprey, ngga ada klanjutannya.
Sudahlah fokus beresin semua rafale aja yg ampe 42 unit,…ini jg sdh cukup ditambah nnti ifx.
Info dari SIDPRI untuk 2021 belum ada berita Down Payment untuk F-15ID
Semoga saja rilis di 2022
Umur airframe nya udah lama itu F-15 C/D, itukan produksi pertengahan 80an, ini F-16 kita aja ga tau 10 tahun kedepan masih pada konteks nya nggak mengikuti perkembangan teknologi senjata yg makin ke arah generasi 4.5 dan 5
Selain harga minta bonusan F15 C/D gurun barang 1 skuadron boleh jg