Keturunan CN-235, HC-144 Ocean Sentry Mendapatkan Upgrade Sistem Setara Super Hercules
|Meski tak ada keterlibatan Indonesia dalam proses produksi HC-144 Ocean Sentry, namun, saat menyebut nama pesawat intai/SAR milik Penjaga Pantai Amerika Serikat – United States Coast Guard (USCG), terlintas rasa bangga, lantaran salah satu pesawat andalan USCG itu mengambil basis platform dari CN-235, pesawat angkut medium yang tak lain adalah hasil rancangan Indonesia dan Spanyol pada dekade 80-an. Dan, ada kabar bahwa USCG telah menerima 8 unit HC-144 yang telah mendapatkan upgrade.
Sejak menerima unit perdana pada tahun 2009, USGC saat ini mengoperasikan 18 unit HC-144 Ocean Sentry, dimana delapan unit diantaranya telah tuntas mendapatkan paket upgrade berupa Ocean Sentry Refresh (OSR) dan Minotaur mission system pada akhir Agustus 2020.
Dikutip dari navalnews.com (23/9/2020), disebutkan USCG telah menerima delapan unit HC-144B yang telah mendapatkan paket upgrade di Aviation Logistics Center yang berlokasi Elizabeth City, North Carolina. Proyek OSR meningkatkan pesawat ini dengan sistem manajemen penerbangan baru, yang mengelola kontrol komunikasi, navigasi, dan pemantauan peralatan. Setelah peningkatan OSR selesai, setiap pesawat dirancang ulang sebagai HC-144B.
Sementara Minotaur mission system mengintegrasikan sensor dan radar yang terpasang dan menyediakan fusi data yang ditingkatkan secara dramatis serta kemampuan pemrosesan dari berbagi informasi dan memungkinkan awak untuk mengumpulkan dan memproses informasi pengawasan yang dapat dikirim ke platform dan unit lain selama penerbangan. Sistem ini awalnya dikembangkan oleh Angkatan Laut AS dan digunakan di berbagai platform departemen Pertahanan dan Keamanan Dalam Negeri. Sebelumnya, Minotaur mission system telah diadopsi pada HC-130J Super Hercules long range surveillance.
Dalam paket upgrade, setiap pesawat akan menerima unit kontrol dan tampilan kokpit baru, yang digunakan dalam manajemen penerbangan sebagai komputer avionik utama untuk kontrol komunikasi serta navigasi.
HC-144 Ocean Sentry selama ini diipandang efektif dalam menemukan objek di area pencarian yang luas dan menjadi perespon pertama ke lokasi kecelakaan di laut . Pesawat ini memiliki kemampuan untuk melakukan pengiriman peralatan SAR dari udara, seperti melemparkan rakit, perahu karet dan suar. Ocean Sentry dibekali fasilitas ramp door yang memungkinkan kru untuk dengan cepat mengkonfigurasi ulang pesawat untuk berbagai operasi, seperti untuk komando dan kendali, evakuasi medis, atau transportasi penumpang. Berdasarkan pesawat angkut CASA/IPTN CN-235, HC-144 Ocean Sentry memiliki endurance lebih dari 10 jam.
Pada 22 September 2017, sebuah upacara diadakan di Mobile, Alabama, di mana Airbus dan USCG merayakan 100.000 jam operasi HC-144 Ocean Sentry. Diperkirakan pesawat ini akan mencapai 200.000 jam terbang dalam layanan pada tahun 2022. Unit kesembilan HC-144 yang akan di-upgrade dijadwalkan tuntas pada akhir November 2020. Secara keseluruhan, upgrade pada ke-18 unit HC-144 akan selesai pada tahun 2022. (Gilang Perdana)
Sialan, dulu bangga sekali setiap lihat ni pesawat di Amrik kirain beli dari PT. DI/CASA ternyata buatan lik Sam sendiri
Rikues artikel ttg polemik pemesanan radar buatan thales-belanda oleh taiwan dong bung @admin 🙏
Woow… sangat menarik reverse engineering dr platform CN-235
Sudah di tahun ke 3, kalo diamati Indonesia tidak ada berita peningkatan dan pengembangan ALUTSISTA yang signifikan. Hampir semua masih menyelesaikan proyek2 jaman SBY. Tidak ada inovasi yang wah di jaman Jokowi. Hanya sekelas MAUNG. Tank Harimau masih peninggalan proyek jaman SBY. Mungkin yang prestisius jaman Jokowi adalah panser Pandur II (Kobra Pindad). Sayang banget, anggaran besar tapi tidak ada master plant pengembangan ALUTSISTA yang membuat gentar kawasan regional. Malah Menhannya Pak Prabowo dirusuh ngurusin pertanian. Mungkin menteri pertaniannya MANDUL.
Mungkin gak sepenuhnya benar yg dikatakan bang ersat 🤔
Rintisan pengembangan alutsista yg dimulai sejak era pak sby (terutama dalam hal TOT alutsista), tidaklah instant….bahkan kalau kita baca tahapannya, sampai kita bisa memproduksi hull sepenuhnya (PKR dan CBG) didalam negri dan mengintegrasikan sewaconya, lamanya bisa 2~3 dasawarsa, karena terkait juga dg faktor pendanaan, ketersediaan komponen lokal, dan juga kapasitas&kapabilitas SDM nya sendiri.
Saat ini, dalam.proyek PKR dan CBG posisi kita dalam hal penyerapan TOT, kandungan komponen lokal dan nilai pekerjaan masih kecil, masih jauh dibawah estimasi karena berbagai alasan…..jadi singkatnya tidak ada yg instant
kalau ga salah dulu PT. DI jaman msh IPTN ada rencana buat buka anak perusahaan di Amerika untuk menjual produk2 dari IPTN sepertinya ga lanjut y seiring Krismon..
Bukan lg rencana dek, tp memang sdh berdiri kantornya disana. Namanya tetap memakai IPTN, lengkapnya IPTN North America (INA Inc.)
Usaha yang mendatangkan banyak keuntungan sebagai pemasok komponen pesawat terbang yg tidak untuk PT Dirgantara Indonesia saja tapi juga untuk perusahaan pembuatan pesawat di negara-negara lain. Sudah sukses dan terkenal perusahaan itu di Amerika sono dek
Malah skrng sdh madiri perusahaan itu. Gak lg disubsidi induknya PT.DI. Inilah salah satu peninggalan pak Habibie yg tersisa namun berjaya menyumbang keuntungan bg industri pesawat terbang plat merah itu, jg bagi negara. Terima kasih pak Habibie atas jasanya.
Patut bangga CN 235 n Nc 212 murni rancangan pak habibie,
Kira2 A400 jadi di beli kah?
https://www.indonesian-aerospace.com/news/detail/766_ptdi+bakal+murnikan+hak+produksi+pesawat+rancangan+bj+habibie
Kalo CN-235 itu hasil rancangan Indonesia dan Spanyol pada dekade 80-an.
Kalo C-295 itu murni buatan spanyol. PT. DI blom ada ijin utk memasarkan di areal Asia Pasifik. Jd jng ada lg yg melintir bahwa PT.DI sdh berbagi area penjualan dng pabrikannya sono.