Kena Prank, Kolombia Bukan Beli CAESAR, Melainkan Pilih Atmos untuk Self Propelled Howitzer
|Seiring dengan tertundanya pengadaan jet tempur Rafale oleh Kolombia, rupanya ada kabar lain yang terkait dengan jenis senjata yang juga ditawarkan Perancis ke Kolombia. Bila berita sebelumnya menyebut Bogota akan mengakuisisi self propelled howitzer (SPH) CAESAR (Camion Equipe’ d’un Syste’me d’ ARtillerie) 6×6 produksi Nexter Systems, maka seolah terkena prank, justru keputusan pembelian SPH telah ditujukan ke Israel.
Baca juga: Selain Rafale, Kolombia Juga Borong Self Propelled Howitzer CAESAR 6×6 dari Perancis
Diwartakan, Kolombia telah memesan 18 unit SPH Atmos (Autonomous Truck Mounted howitzer System) 155 mm produksi Elbit Systems dengan nilai kesepakatan US$101,7 juta. Hal tersebut diungkapkan sumber militer di Bogota kepada Defense News.
Keputusan itu mengejutkan beberapa pengamat yang memperkirakan kontrak akan jatuh ke pilihan yang lebih disukai Angkatan Darat Kolombia, yakni CAESAR 6×6 buatan Perancis.
Selama negosiasi akhir, Nexter Systems memberi tahu Kolombia bahwa nilai kesepakatan potensial adalah US$114 juta. Harga tersebut rupanya dinilai terlalu tinggi dibandingkan dana yang dialokasikan untuk program akuisisi.
Dan Kolombia akhirnya mengalihkan perhatiannya ke Atmos, dan para pihak mencapai kesepakatan sesuai anggaran.
Pengadaan self propelled howitzer adalah komponen kunci dari upaya modernisasi militer, dimana Angkatan Darat Kolombia kekurangan senjata jenis ini. Atmos adalah self propelled howitzer kaliber 155 mm/52 kaliber yang dipasang pada truk berpenggerak 6×6, yang menampilkan sistem pengendalian tembakan terkomputerisasi dengan mode otomatis.
“Setelah beberapa dekade fokus pada kontra pemberontakan dan memerangi pengedar narkoba, Kolombia sekarang mulai dapat meningkatkan kemampuan konvensional angkatan bersenjatanya, dalam hal ini jenis senjata artileri medan,” kata analis independen Emilio Meneses.
Mulai dioperasikan pada tahun 2001, Atmos meski basisnya menggunakan kaliber 155 mm/52 NATO, namun larasnya bisa diganti untuk kaliber munisi 39 dan 45. Bahkan saat menggunakan kaliber 155 mm/45, howitzer ini dapat melontarkan munisi M-46 kaliber 133 mm buatan Rusia.
Dengan proyektil 155 mm/52 jenis Extended Range Full Bore Base Bleed (ERFB-BB), jarak tembak maksimum Atmos bisa mencapai 41 km. Sementara bila menggunakan proyektil NATO L15 high explosive, jarak tembaknya mencapai 30 km.
Selain Filipina dan Israel, Atmos saat ini telah digunakan oleh Azerbaijan, Bostwana, Kamerun, Thailand, Rumania, Rwanda dan Uganda. (Gilang Perdana)
Wah buntut dari tertundanya pengadaan jet tempur Rafale (re-negosiasi), imbasnya akuisisi SPH bagi matra daratnya juga.
Alutsista Prancis memang terkenal mahal..🙃🙂
Hohoho
Intervensi Amriki nich!!
Bisa juga ditiru Indonesia, ngga dijinin beli mirage ex qqatar, ganti dg viper atau gripen e/f
btw sales israel ini gercep juga kombinasi operasi intelijen dan marketing nya ditambah kualitas produknya yang mantab
Selisih duit US$13 Juta lumayan buat Kolombia utk bisa dapatkan sekitar 150 rudal Spike, jumlah yg lumayan banyak utk memperkuat angkatan bersenjatanya setelah tetangga Peru beli hampir 300 unit rudal Spike dari Israel.