KAI: Rangkaian Pengembangan KF-21 Boramae Telah Menarik Minat Pasar Asia Pasifik dan Eropa
|Di pembukaan Singapore AirShow 2022, selasa kemarin, pejabat Korea Aerospace Industries (KAI) melontarkan pernyataan menarik terkait KF-21 Boramae. Disebutkan bahwa pengembangan KF-21 telah menarik minat calon pelanggan ekspor di wilayah Asia Pasifik dan Eropa. Serangkaian persiapan dan kemajuan dalam uji coba prototipe KF-21 diklaim telah menarik perhatian pembeli potensial.
Baca juga: Tandem Seat, KAI Perlihatkan Prototipe Ketiga dan Keempat Jet Tempur KF-21 Boramae
Dikutip dari Shephardmedia.com (15/2/2022), pernyataan di atas disampaikan oleh Jae Yun Park, Aircraft Business Development Manager KAI. Ditambahkan, KAI telah menyelesaikan produksi empat unit pesawat prototipe untuk menjalani pengujian sebagai bagian dari fase engineering, manufacturing and development (EMD) yang sepenuhnya ditanggung oleh Korea Selatan. KF-21 Boramae telah menarik perhatian dunia internasional, karena pabrikan mulai meningkatkan persiapan untuk melakukan uji terbang perdana pada bulan Juli mendatang.
Yun Park mengatakan, EMD akan mencakup uji darat, uji terbang, uji persenjataan dan sejumlah item kelaikan udara lainnya, semuanya akan dilakukan di fasilitas KAI di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan. “Kami berharap untuk menyelesaikan pengujian dalam waktu kurang dari dua tahun dan memulai produksi pada tahun 2024,” kata Jae Yun Park.
Secara keseluruhan, enam prototipe KF-21 Boramae diharapkan menjalani pengujian sebelum produksi dimulai. Untuk kebutuhan lokal, AU Korea Selatan nantinya akan diperkuat oleh tiga skadron KF-21. Meski begitu, Yun Park tak menampik bahwa alokasi produksi KF-21 setelah itu akan diarahkan untuk pasar ekspor. “Pemerintah (kami) akan memutuskan dan memberi tahu kapan tepatnya KF-21 tersedia untuk program ekspor,” kata Park. Ia menyebut, dari hasiln diskusi beberapa negara di Asia Pasifik dan Eropa telah menyatakan minatnya pada KF-21.
Sebagai catatan, potensi ekspor KF-21 Boramae akan bergantung pada persetujuan ekspor yang akan diberikan oleh Amerika Serikat. Persetujuan dari AS akan menentukan, pasalnya paket senjata dan sistem avionik jet tempur generasi 4.5 ini didominasi oleh produk buatan AS.
KF-21 Boramae diposisikan oleh pabrikan sebagai pesawat tempur kelas menengah terjangkau yang tersedia dalam konfigurasi kursi tunggal dan tandem. Banyak pihak menyebut KF-21 memiliki kemiripan dengan F-35. Hal tersebut diduga terkait dengan peran Lockheed Martin yang memberikan bantuan teknis kepada KAI.
Meski sarat teknologi dan komponen buatan AS, manufaktur Korea Selatan juga banyak terlibat dalam memasok komponen penting KF-21, sebut saja radar AESA, EW suite, infrared search and track pod dan EO targeting pod yang diproduksi oleh Hanwha Systems. Setelah produksi penuh, KF-21 di Korea Selatan akan menggantikan jet tempur F-4E Phantom II dan F-5E/F Tiger.
Indonesia juga telah berinvestasi dalam pendanaan proyek KF-21, tetapi setelah pemesanan 42 unit Dassault Rafales pada 10 Februari dan menerima persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS untuk pembelian 36 unit Boeing F-15ID pada hari yang sama, komitmen Indonesia atas KF-21, terutama untuk pesanan 50 unit pesawat yang diharapkan, terlihat semakin tidak pasti. (Bayu Pamungkas)
Banyak derama dan kendala dari porject KFX/IFX
Selain Covid, utamanya teknologi inti.
Amerika lebih terbuka kepada KorSel tapi tidak terhadap Indonesia, bahkan KorSel tidak sepenuhnya terbuka untuk teknologi inti kepada kita.
Entah seperti apa poin to poin isi dari MoU porject tersebut.
Dilanjut ataupun tidak semua kembali apa yang telah kita dapat dari tenaga ahli kita yang mengikuti project tersebut.
Jika hasil selama projet tersebut persentasenya dari awal hingga akhir yang didapat dibawah 20℅ lebih baik kita melepaskan project tersebut.
Jika menguntungkan maka lanjutkan dan jika sekiranya merugikan maka tinggalkan.
kenapa terlalu banyak berharap harap. padahal produksi dan pengintegrasian platform KF-21 dgn produk non US udah bisa kok dilaksanakan di Indonesia. tidak usah lama2 gebuk2an. tunggu kf-21 selesai terus didapat indonesia. baiknya daripada gebuk2an, produksi sekarang saja
KF-21 indonesia yang enggak mahu bayar tapi korea pula yang salah?