Isuzu Elf NPS 4×4 Giant Bow 23mm: Jadi Truk TNI Berdaya Gempur Tinggi
Truk Isuzu Elf NPS 4×4 milik Batalyon Arhanud Ringan 1 Kostrad TNI AD kini bisa disebut sebagai rantis (kendaraan taktis) TNI yang paling mematikan. Dari aspek platform, Isuzu Elf NPS 4×4 tak ubahnya truk rantis TNI yang punya kemampuan offroad dan mengemban misi angkutan taktis operasional dalam operasi perang dan non perang. Namun lain dari itu, Isuzu Elf NPS 4×4 Yon Arhanudri 1 menjadi sosok yang lethal tatkala bagian bak-nya ditempati kanon PSU (Penangkis Seragan Udara) Type 80 Giant Bow twin gun kaliber 23 mm.
Baca juga: Type 80 Giant Bow 23mm – Kanon Perisai Bandara Soekarno Hatta
Dengan dipasangnya kanon Giant Bow 23 mm di bak truk, menjadikan kanon produksi tahun 2000 yang dibeli dari Cina ini punya kemampuan mobile. Bahkan Giant Bow 23 mm dapat ditembakkan sembari truk sedang melaju. Doktrin penggelaran kanon produksi Norinco ini pun mengalami perluasan, yang tadinya fokus pada sistem pertahanan udara (hanud) titik, kini Giant Bow 23 mm dapat digelar untuk mendukung pergerakan pasukan infanteri, khususnya dalam misi bantuan tembakkan (fire support).
Baca juga: Isuzu NPS 75 4×4 – Truk Sipil Offroad Untuk Peran Taktis
Saat dipasang di platform truk, sumber tenaga kanon semi otomatis ini bisa mengandalkan baterai yang ada di truk. Dalam moda otomatis, awak kanon menggerakkan kanon dengan dukungan joytick. Namun dalam kondisi darurat, Giant Bow dapat saja dioperasikan secara manual. Yon Arhanudri 1 memiliki 2 baterai (kompi) kanon Giant Bow, dengan jumlah total ada 18 pucuk yang siap digunakan. Sebenarnya masih ada 1 pucuk lagi yang ditempatkan di Pusat Pendidikan Arhanud (Pusdikarhanud). Dari dua baterai yang ada di Yon Arhanudri 1, saat ini baru satu baterai (9 pucuk) yang disiapkan untuk di deploy pada platform truk.
Baca juga: AS901A 3D – Radar Intai dan Penjejak Sasaran Kanon Giant Bow 23mm Arhanudri Kostrad


Ada dua kursi operator pada kanon Giant Bow 23 mm, dan dalam skema operasi mandiri, dapat pula ditangani oleh satu juru tembak. Peran awak lainnya diperlukan untuk loading amunisi (magasin) dan penggantian laras. Seperti halnya kanon PSU pada umumnya, Giant Bow memiliki sudut putar 360 derajat. Sedangkan sudut elevasi laras dengan sistem manual yakni -5 sampai 90 derajat, dan elevasi laras dengan sistem elektrik mulai dari -3 sampai 90 derajat.
Mau tahu seberapa garang kanon ini? Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 970 meter per detik. Sementara untuk jarak tembak, untuk sudut vertikal maksimum 1.500 meter, dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter. Tapi, bila bicara jarak tembak mendatar maksimum bisa hingga 2.500 meter. Untuk merontokkan pesawat yang terbang rendah sudah barang tentu perlu kecepatan tembak yang spektakuler, secara teori disini 1.500 – 2.000 proyektil dapat dimuntahkan dalam 1 menit. Sedangkan untuk kecepatan tembak praktis 400 proyektil per menit. Jenis amunisi yang biasa digunakan adalah HEI-T dan API-T.
Dalam aksi tempurnya, kanon dua laras ini dibekali 2 box magasin (di kiri dan kanan). Masing-masing box magasin hanya berisi 50 butir peluru. Bisa dibayangkan betapa borosnya amunisi yang harus dikeluarkan dalam aksi tembak cepat. Awak pendukung pastinya harus selalu siap bongkar pasang magasin dalam sikap tempur. Satu lagi yang cukup menantang, karena kecepatan tembak yang tinggi, membuat laras cepat panas. Secara prosedur, setiap 200 tembakan laras harus diganti. Kebetulan memang laras dirancang untuk bisan diganti secara cepat. Kabarnya, setiap kali latihan minimal harus disiapkan empat laras pengganti.

Sebagai operator, Yon Arhanudri 1 Kostrad adalah kesatuan yang bermarkas di bilangan Serpong, Tangerang – Banten. Selain punya tanggungjawab menjadi perisai bandara Soekarno-Hatta, batalyon ini juga punya tugas untuk mengamankan Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang – Banten.
Paskhas Lebih Dulu
Sejatinya kesatuan di TNI yang pertama kali menempatkan kanon PSU pada platform truk adalah Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Korps Paskhas TNI AU. Korps Baret Jingga ini sudah lebih dulu menempatkan kanon Triple Gun M55 A2 di truk REO M35 dan truk Mercedes Benz. Asasi Triple Gun serupa dengan kanon Giant Bow, yakni sebagai sistem hanud titik yang mobilitasnya ditarik (towed) oleh truk ukuran sedang. Penasaran tentang serba serbi dan sejarah Triple Gun? Simak artikelnya pada judul tautan dibawah ini. (Haryo Adjie)
Baca juga: Triple Gun – Alutsista “Khas” Korps Paskhas TNI AU
gimana ni bung ayam jago, giant bow nya nembak error nembak tuan nya sendiri, apa karena salah modifikasi atau memang jelek dari sono nya
Sbg triple agent yg baik (saab, norinco & airbus) tugas ane bantu jualan. Masalah knp giantbow error itu sdh urusan pnyelidikan tni ad + norinco. Jk ada prkembangan insyaalah akan ane sharing
Yg jelas ane cuma bisa mngucapkan turut brduka cita sdlm2nx
Giant Bow makan korban di latihan pprc di natuna
Siap wes go Suriah or Irak biar TNI punya pengalaman tempur yg sesungguhnya….
@bung ayam jago
ada yg bilang senjata buatan Rusia apalagi cina itu buruk kwalitasnya ….
apa benar begitu, menurut Anda bagai mana???
saya sering baca komentar Anda sering masuk akal dan ga lebay
trim’s Sebelum nya….
Itu cuma pandangan umum yg berkmbang krn bnyk meliat overhaul alutsista rusia yg cukup pndek ato patokannx kasus senapan ak200
Alutsista rusia lumayan bandel & kuakitas metalurginx hebat. S60 & m1939 yg kita beli jaman orla trbukti keampuhannx dlm operasi seroja mampu mnmbak konstan lbh dari 1 jam tanpa masalah
Alutsita cina pra 2014 memang hancur2an metalurginya tp generasi sekarang tdk kalah dgn rusia. Buktinya uji terakhir yaitu aa gun twin 35mm type 90 lulus uji temabakan 1 jam nonstop. Permasalahan bukan di kualitas metalurginx tp kualitas wiringnx dmn mamakai fibre optic industrial grade bukan military grade
@ayam jago
Itu wiring utk versi ekspor bung ? Atau memang utk dalam negeri mereka ?
Trs jika dibandingkan dgn produk barat, kualitasnya oke mana ? Yang membedakannya apa ?
Kagak juga.
Satu hal alasan kita mmilih alutsista cina krn faktor harga. Untukmengakali harganya tntunya dgn cara mnurunkan biaya pembuatannx agar seekonomis mungkin.
Daricina sndiri ada bbrp cara yaitu memakai caing dgn bahan lbh murah, memakai produk standar sipil bukan militer sprt wiring/kabel optik, stabilizer dll ato mengurangi bbrp detil sprt as, baut dll
Alutsista barat vs alutsista cina jlas lbh baik barat trutama quality control. Beda harga pasti beda rupa. Justru barang cina dgn kualitas premium sprt alutsista barat harganya tdk kalah mahal dgn alutsita barat sprt medium range sam skydragon 50, ifv 8×8 norinco ato mbt vt4
giant bow yang kita beli ada stabilizernya bung?
Ada tp dari standar sipil sprt pd excavator cuma 1 axis stabilizer. Kalo alutsista barat sdh 3 axis stabilizer makanx perbedaan elevasi no problem pd alutsista barat
Dg ditempatkan diatas bak truk spt ini yang dipertanyakan adalah akurasinya….tanpa sistim stabilizer, jangankan menembak sambil berjalan, saat truknya diam ditempatpun operatornya akan kesulitan membidik karena setelah tembakan pertama, truknya akan bergoyang
kayak di Somalia naik di truk
Sdh abad 21 msh aja bangga pk cannon arhanud