Ini Alasan Dassault Rafale Dianggap Jet Tempur yang Lebih Fleksibel dan Tahan Terhadap Sanksi (Embargo)

Akuisisi jet tempur Dassault Rafale untuk kebutuhan TNI AU dianggap sebagai pilihan yang ideal, terlepas dari urusan performa, Rafale dianggap sebagai pilihan yang lebih fleksibel dan tahan terhadap sanksi atau embargo dibandingkan banyak jet tempur lain.

Baca juga: Kabar Buruk Buat Saab (Swedia), AS Veto Penjualan Mesin GE F414 untuk Gripen E/F yang Akan Diekspor

Salah satu keunggulan strategis utama Rafale adalah tingkat kemandirian industri Perancis yang tinggi dalam produksi Rafale. Hampir semua sistem kritis, termasuk mesin (Snecma M88), radar (Thales RBE2), avionik (Thales/Safran), dan sistem peperangan elektronik (SPECTRA) — adalah buatan dalam negeri Perancis.

Itu berarti Perancis tidak perlu meminta izin dari negara ketiga (seperti AS) untuk menjual, memodifikasi, atau mensuplai suku cadang ke negara pembeli. Tidak seperti F-16, F-35, atau bahkan beberapa varian Eurofighter Typhoon, Rafale sangat sedikit menggunakan komponen asal AS. Akibatnya, penjualan Rafale tidak terikat pada ITAR (International Traffic in Arms Regulations) — regulasi ekspor senjata AS yang sering digunakan sebagai alat politik.

Perancis memiliki tradisi kebijakan luar negeri yang independen, dan industri pertahanannya tidak terlalu dikendalikan oleh koalisi internasional seperti NATO dalam hal ekspor. Ini memberi ruang bagi Dassault dan pemerintah Prancis untuk menjual Rafale ke negara mana pun yang mereka anggap cocok, seperti Mesir, India, UEA, dan Qatar — bahkan jika negara-negara ini punya hubungan yang kompleks dengan Barat.

Meski begitu, bukan berarti Rafale bebas dari komponen buatan AS. Ada komponen dari Rafale yang berasal dari perusahaan Amerika Serikat (AS), meskipun tidak dalam jumlah besar. Beberapa komponen/bagian pada Rafale yang teridentifikasi berasal dari perusahaan asal AS adalah Inertial Navigation System (INS) atau Sistem Navigasi Inersia yang disebut dipasok oleh Honeywell.

Meskipun Dassault dan Safran memiliki teknologi navigasi sendiri, beberapa sistem Rafale yang diekspor (seperti ke India) menggunakan INS dari Honeywell karena alasan interoperabilitas atau permintaan spesifik pelanggan. Sebagai catatan, untuk kursi lontar, Rafale mengunakan produk dari Martin Baker, yang notabene adalah perusahaan asal Inggris.

Martin Baker F16F – Rahasia Kecanggihan Kursi Lontar Jet Tempur Dassault Rafale

Beberapa modul elektronik dan subkomponen dari sistem komunikasi atau avionik dapat melibatkan perusahaan AS, khususnya untuk varian ekspor (contohnya India). Hal ini tergantung pada perjanjian offset dan spesifikasi negara pembeli, seperti dalam kasus penjualan ke India melibatkan nama perusahaan Rockwell Collins, Honeywell, dan lainnya.

Beberapa varian Rafale memiliki komponen display yang berlisensi atau diproduksi oleh perusahaan AS. Contohnya, beberapa Helmet-Mounted Display (HMD) awalnya dapat melibatkan teknologi AS, sebelum digantikan oleh sistem buatan Thales seperti Scorpion HMD (dikembangkan bersama perusahaan AS, Elbit Systems of America – meskipun Elbit adalah perusahaan Israel, mereka juga beroperasi di AS).

Jika Rafale membawa senjata buatan AS seperti bom berpemandu Paveway atau JDAM, maka subsistem integrasi senjata tersebut juga menyertakan komponen AS, tergantung pada konfigurasi pengguna. (Gilang Perdana)

Perancis Tawarkan India Produksi Mesin Jet Tempur Rafale, Inilah Syaratnya

6 Comments