Improvisasi ala Pasukan Khusus Malaysia – Pasang Senapan Anti Material Denel NTW-20 di Rantis URO Vamtac 4×4
|Senapan anti material dan rantis 4×4, di lingkup TNI jelas bukan sesuatu yang asing, seperti senapan anti material sudah jamak melengkapi arsenal persenjataan satuan elite. Namun, sejauh ini jarang terlihat senapan anti material dipasang dalam dudukan di suatu rantis oleh TNI. Pernah dalam sebuah defile HUT TNI hal itu diperlihatkan oleh Korps Marinir dengan rantis amfibi JASGU, namun, belum pernah hal yang sama ditampilkan dalam format latihan taktis.
Baca juga: Denel NTW-20 – Senapan Anti Material Taifib Korps Marinir TNI AL
Nah, rupanya ada yang unik dari Negeri Jiran, dimana kedua unsur tadi ‘diinterasikan’ untuk kebutuhan operasi taktis pasukan khusus. Merujuk ke postingan akun Twitter @IshmaelJaq, diperlihatkan pasukan khusus Malaysia memasang senapan anti material buatan Afrika Selatan, Denel NTW-20 dalam sebuah dudukan di rantis buatan Spanyol, URO Vamtac 4×4. Di lingkup TNI, Denel NTW-20 dikenal sudah lama dioperasikan Satuan Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir, sedangkan URO Vamtac 4×4 menjadi plaform kendaraan peluncur rudal Starstreak (Rapid Ranger).
Tentang Denel NTW-20, senapan anti material produksi Denel Mechem ini punya kemampuan menembakkan dua jenis proyektil berbeda, yaitu 20 mm dan 14,5 mm Russian. Khusus amunisi 20 mm, yang digunakan adalah peluru 20 x 83,5 mm eks senapan anti pesawat Jerman MG-151 pada era Perang Dunia II.
Denel NTW-20 dapat merobek lapisan baja pada ranpur sekelas BTR dan BMP. Piliah pelurunya cukup beragam, mulai dari jenis HE (High Explosive), fragmentasi, sampai peluru bakar (High Explosive Incendiary). Untuk memilih di antara dua peluru ini, semuanya cukup dilakukan melalui penggantian laras, bolt, dan magasin, yang kesemuanya hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit di tangan operator terlatih.
Denel NTW-20 punya jarak tembak efektif sampai 2.300 meter dengan akurasi 1 meter. Kapasitas magasin senapan ini terdiri dari lima peluru. Jenis senapan anti material ini memang tidak ideal ditembakkan dalam kondisi kendaraan bergerak.
NTW-20 rupanya punya tiga mekanisme untuk menangani daya tolak balik (recoil) yang besar. Pertama, sistem yang disebut hydraulic double acting damper berupa katup dan perluasan kamar peluru untuk menahan pemuaian tekanan yang dihasilkan oleh tembakan peluru 20 mm. Tabung hidrolis ini dari luar berbentuk tabung menonjol yang ada di bawah laras. Ketika terdorong oleh gaya tolak talik ke belakang, laras dipaksa menarik piston hidrolis yang diisi pelumas, sehingga gerakannya melambat dan hentakannya berkurang.
Jurus kedua, ada pegas penahan (buffer spring) ganda pada bagian bawah-belakang receiver yang menempel ke popor belakang. Pegas penahan ini adalah benteng lapis kedua yang menangani efek tolak balik setelah batang piston hydraulic damper sudah berada di titik puncak peregangannya. Kedua benteng ini membentuk sistem kontinyu yang tidak terputus, sehingga tekanan gaya tolak balik dapat disebar dalam rentang waktu yang lebih panjang agar penembak tidak merasakan tekanan terlalu besar. Terakhir, jurus ketiga berupa muzzle brake dua tingkat yang membantu menyalurkan kilatan api penembakkan dan sebagian gaya tolak balik ke arah depan.
URO Vamtac 4×4
Dari karakteristiknya, VAMTAC dihadirkan sebagai jawaban atas kebutuhan militer Spanyol akan kendaraan dengan spesifikasi multipurpose, air-portable, high mobility off-road vehicle dengan good payload capacity. VAMTAC mulai digunakan oleh Angkatan Darat Spanyol pada tahun 1998, dan sampai saat ini telah diproduksi lebih dari 4 ribu unit.
Baca juga: VAMTAC ST5 4×4 RAPIDRanger – Rantis Pengusung Rudal Starstreak RCWS Arhanud TNI AD
VAMTAC disokong mesin diesel Steyr enam silinder. Sementara gearbox menggunakan transmisi otomatis Allison AT-542 dengan empat percepatan maju dan 1 mundur. Output mesin mencapai daya maksimum 188hp. Dari akselerasi, VAMTAC dapat dibawa ngebut sampai kecepatan maksimum 135 km per jam. Kapasitas tangki bahan bakar internal 110 liter, memungkinkan kendaraan menempuh jarak lebih dari 600 km. (Gilang Perdana)
Yg di atas JASGU Marinir AL tsb gk diinstalasi di atas roof top Mas Min. Hanya diletakkan di atas roof top sambil dipegang prajurit tsb. Bipod masih bawaan. Kan gk mungkin bipod tsb kuat menahan senapan seberat itu. Gimana kl ngebut di medan berat, kan berabe. Lagipula posisi membidiknya gk ideal kl berdiri apalagi di lubang sempit roof top. Marinir TNI AL pintar, pasti paham. Maka senapan snipernya gk akan pernah di instal di roof top mobil. Gila apa. Lha kalau pasukan khusus TDM itu mmng diinstalasi sekuat dan sekokoh mungkin tapi ya suka2 merekalah. Heran, bisa2nya mereka bgtu. Besar kemungkinan hanya diketawain yg paham. Bukan sy sok paham, gini2 pegang senapan long range juga (sayange
hanya bedil long barrel tenaga angin 2500psi….hik). Jadi cukup mudhenglah posisi peletakan senapan dan posisi badan saat membidik dan mengeksekusi).
Ya memamg 🙂
Senapan runduk tp diletakan di dudukan Rantis?
Udah pasti akurasinya JEBLOK,
Apalgi kalo ditembakan dalam kondisi kendaraan bergerak.
Ide USELESS..
Daripada dipasang senapan anti tank seperti itu lebih baik dipasang senjata pelontat granat atau sekalian rudal anti tank dengan senjata sekunder senapan mesin 12,7 mm dengan peluru armor piercing, lumayan untuk menghadapi pasukan dan kendaraan tempur musuh