Humvee 2-CT Hawkeye 105mm MHS – Self Propelled Howitzer Paling Fleksibel dengan Manuver Tinggi
|Sampai saat ini, ada dua model penggelaran howitzer yang populer, yaitu dengan ditarik oleh truk (towed howitzer) atau gerak sendiri yang terintegrasi pada ranpur (self propelled howitzer). Kedua model penggelaran sudah barang tentu punya keunggulan masing-masing, seperti di lini self propelled howitzer, kini penempatannya bukan di platform tank seperti halnya pada AMX MK61 yang digunakan TNI AD, lebih fleksibel lagi, kini howitzer 105 mm juga bisa diintegrasikan pada rantis jip 4×4.
Baca juga: AMX MK61 – Howitzer 105mm Self Propelled Armed TNI AD
Yang dimaksud adalah 2-CT Hawkeye 105mm Mobile Howitzer System (MHS) yang memanfaatkan platform jip Humvee buatan AM General. Dengan dipasok pada platform jip, maka 2-CT Hawkeye MHS disebut-sebut sebagai sistem howtizer self propelled yang paling lincah dengan mobilitas tertinggi. Dengan dukungan digital fire control system dan komunikasi on-board. Hawkeye 2-CT mampu melakukan tembakan pertama sejak 1,5 menit kendaraan melakukan steling di titik tembak terbaru.
Fitur utama dari sistem 2-CT Hawkeye adalah penggunaan soft recoil technology (SRT) yang dirancang untuk mengurangi dampak destruktif dari recoil (efek tolak balik) howitzer 105 mm pada sasis Humvee. Karakteristik dari self-propelled 2-CT Hawkeye yaitu waktu dari deployment hingga tembakan pertama – 1,5 menit, waktu yang diperlukan untuk mencapai target dan meninggalkan posisi menembak – 3 menit, jarak “tembakan langsung” – dua kilometer, jarak tembak maksimum – 11, 6 kilometer dengan amunisi standar dan 19,5 kilometer dengan granat berpeluncur roket.
Dari segi ukuran dan bobot, memungkinkan 2-CT Hawkeye MHS dapat dengan mudah diangkut oleh pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. 2-CT Hawkeye MHS punya bobot 6.395 kg dan payload mencapai 1.420 kg. Sistem Hawkeye dapat dengan cepat menyerang dua sasaran dengan tembakan tidak langsung dan langsung yang meningkatkan elemen kejutan dengan direct fire camera dan laser range finder system yang meningkatkan akurasi tembakan secara signifikan.
Dalam gelar operasinya, 2-CT Hawkeye MHS ‘didampingi’ oleh kendaraan pengangkut amunisi yang disebut 2-CT ammunition support vehicle.
Baca juga: Excalibur Army Perkenalkan “DITA” – Self Propelled Howitzer Terbaru di Kaliber 155mm
Pada Juli 2019, 2-CT Hawkeye MHS telah diuji coba oleh Pasukan Garda Nasional AS, dan saat ini sedang diuji oleh Angkatan Darat AS. Sementara itu, pengujian sedang dilakukan, AM General juga mencoba menggabungkan Humvee dengan mortir 120 mm secara paralel. (Bayu Pamungkas)
Udah dibeli belom ?
Meriam 105 mm buatan Pindad seharusnya bisa ditaruh pada chasis Maung atau Komodo sebagai self propelled howitzer kita.
Soal rate of fire meriam Pindad yang hanya 4 tembakan per menit seharusnya tidak jadi masalah sebab habis menembak meriamnya bisa berpindah koordinat dengan cepat.
Tidak bisa sembarangan bisa memasang meriam 105 mm pada sasis maung atau komodo tanpa memiliki soft recoil technology (SRT) yang dirancang untuk mengurangi dampak destruktif dari recoil (efek tolak balik) howitzer 105 mm.
Ya beli aja soft recoilnya, gitu aja repot.
Mau niat dipasang di rantis komodo atau maung boleh saja. SRT itukan fungsinya hanya utk mengurangi efek tolak balik saja bukan menghilangkan. Tp yg utama adalah sisa kekuatan tolak balik saat howitzer ditembakkan itu apa mampu ditahan oleh rangka maung maupun komodo. Kemungkinan retak atau bengkok sdh pasti bila tidak ada tambahan penguatan rangka. Mengingat kekuatan toalk balik Howitzer ini lebih besar ketimbang senjata mesin atau peluncur rudal shorad yg biasa diinstall ke kendaraan infantri Ntung.
Bagian repotnya jika Amerika tidak mau menjualnya.
kalou didarat lagi memungkinkan dan bisa dipasang dan dimodifikasi…nah kalou di air dan udara gimana coba…???
Di udara, ada C-130 Herky gunship yg pake meriam howitzer 105. Katanya mau ada C-235/295 gunship juga tapi gak tau jadi apa gak. Ada juga roket FFAR tapi dipake Ama heli macam Apache atau cobra. Kalo dilaut kapal perang udah lengkap dah ada Otomelara juga. Kalo buat bantuan MLRS diiket di kapal angkut pasukan juga ada.
Mortir 105mm komodo aja aman apa lg MBT g bakal hancur walau 100 mortir barengan
dicontek, trus maung sama komodo diperkuat rangkanya…. kalo patah atau bengkok untuk yg pertama mah wajar aja….. yg penting bikin dan kembangkan…. katanya harus mandiri
Bismillah kenapa tidak dikembangkan di Indonesia seperti kutipan berita ini.. Turki yang merilis self propelled MLRS (Multiple Launcher Rocket System) mini dalam platform rantis Vuran 4×4, Rusia rupanya juga ikutan melirik MLRS berkaliber kecil yang ditempatkan pada rantis ukuran ringan. Yang dimaksud adalah MLRS “Sel” yang mengusung platorm kendaraan pickup UAZ-23602 cargo 4×4.dan kerjasama pengadaan radar nebo rusia.tahun 2021 perlu inovasi (pencerahan alutsista TNI perlu ditambah.)