HMS Albion: Merapat di Jakarta, Landing Platform Dock Ini Jadi Andalan AL Inggris
|Bersamaan dengan momen kedatangan kapal induk helikopter BPC Dixmude (Mistral Class) milik AL Perancis, di dermaga Terminal 2 (JITC2), Pelabuhan Tanjung Priok juga hadir kapal angkut amfibi milik AL Kerajaan Inggris, HMS Albion (L14). Bila Mistral Class merujuk pada segmen LHD (Landing Helicopter Dock), maka HMS Albion lebih pas masuk pada segmen LPD (Landing Platform Dock), serupa dengan LPD Makassar Class TNI AL, meski HMS Albion punya dimensi dan tonase yang lebih besar.
HMS Albion yang merapat di Tanjung Priok dari 22 sampai 25 April 2018 merupakan kapal pertama dari LPD Allbion Class. Kapal kembarannya adalah HMS Bulwark (L15). Albion Class dibangun oleh BAE Systems Marine, galangan yang sama yang memproduksi korvet Bung Tomo Class.
HMS Albion diluncurkan pada Maret 2001, dan resmi masuk operasional AL Inggris pada 19 Juni 2003, kapal pendukung dalam misi amfibi ini berpangkalan di Devonport, Plymouth. Kapal yang akrab dengan Marinir ini dapat membawa utama Challenger 2. Dia dapat mengerahkan pasukan ini menggunakan empat unit Landing Craft Utility (LCU) dan empat unit Landing Craft Vehicle and Personnel (LCVPs).
Normalnya HMS Albion dapat membawa 405 pasukan infanteri, meski dalam kondisi khusus dapat dimuati sampai 710 pasukan, alias satu batalyon penuh. Beragam kendaraan berat dan ringan dapat diparkir pada internal deck, 67 unit kendaraan resminya dapat dimuati dalam berbagai konfigurasi, termasuk sukses membawa beberapa unit MBT Challenger 2.
Seperti halnya LPD di lingkup TNI AL, Albion Class juga umumnya mengemban peran sebagai kapal markas. Untuk mendukung tugas tersebut, Albion dilengkapi sejumlah sensor pendukung, sebut saja radar Type 997 E/F-band. Mengemban peran yang strategis, Albion Class dibekali beberapa senjata pertahanan, yang paling sangar adalah kanon CIWS (Close In Weapon System) Phalanx 20 mm. Kanon reaksi cepat ini terpasang pada sisi haluan. Senjata lainnya ada 4 pucuk Oerlikon 20 mm dan beberapa senapan mesin berat M2HB 12,7 mm.
Baca juga: Landing Platform Dock TNI AL – Peran dari Kapal Markas Hingga Rumah Sakit
Albion Class dilengkapi flight deck yang ukurannya cukup besar, dua helikopter angkut berat CH-47 Chinook disebut-sebut dapat mendarat di deck kapal perang ini. Namun sudah barang tentu Albion tidak memiliki fasilitas hanggar untuk menampung helikopter sekelas Chinook. (Gilang Perdana)
Spesifiksasi HMS Albion (L14)
– Displacement: 19,560 t (19,250 long tons; 21,560 short tons)
– Length: 176 meter
– Beam: 28,9 meter
– Draught: 7,1 meter
– Propulsion: 2 × Wärtsilä Vasa 16V 32E diesel generators/2 × Wärtsilä Vasa 4R 32E diesel generators/2 × electric motors bow thruster
– Speed: 18 knots (33 km/h)
– Range: 13,000 km
– Craft carried:2 × Pacific 22 Mk2/4 × LCU MK10 dan 4 × LCVP MK5
– Capacity: 67 vehicles
– Crew: 325
@min,
ulas kaprang2x yg terjun dalam Komodo 2018 donk. Mayoritas kaprang2x tsb amphib. Thanks
Sudah direncanakan, stay tuned aja yaa 🙂
Indonesia mau bikin kapal kaya gini? Bikin dulu pengawalnya sekelas light destroyer 150 meter.
Kalo LPD 125 meter, kapal pengawalnya sekelas light fregat.
LPD 145 – 155 meter, kapal pengawalnya sekelas heavy fregat 135 – 140 meter.
Nah kalo LHD atau kapal induk, kapal pengawalnya banyak pasti. Ada Kapal Penjelajah 220 meter, kapal heavy destroyer 180 an meter, kapal light destroyer 150 meter, beberapa heavy fregat, Kapal bantu cair 180 meter, Kapal selam dari kelas berat deasel electric sampe KS nuklir.
Kalo Indonesia cukup naik kelas di LPD 155 meter aja dulu, dengan dibanyakinnya heavy fregatnya sekelas Ivan (Denmark). Enggak usah pikirin LPD 175 meter keatas dulu. Karena dengan dibuatnya Armada Timur Indonesia butuh kapal banyak, minimal 40 kapal. Belom lagi gantiin kapal2 yang udah tua.
Kedatangan kapal ini termasuk juga BPC Dixmude apakah terkait (participant) dalam Komodo Exercise 2018 di Lombok?
Ya.
Ga udah yang aneh2,
KCR yang pake meriam bekas diganti dengan meriam baru dan diganti mesinnya agar sesuai dengan namanya kCr, C = Cepat, Bung Tomo dan Martadinata di lengkapi peluru kendalinya, Acmad Yani kelas buatan tahun 1967 diganti, kapal dipertinggi kesiapan operasionalnya (cost).
LPD dengan dimensi skr sudah cukup, jika memang kurang dapat di tambah karena pembelian alutsista itu banyak faktornya dan bkn sebagai alat untuk gagah-gagahan
Tenggelamkaaaan…