HMAS Waller (SSG-75), Kapal Selam Ketiga Collins Class Australia Sambangi Koarmada II Surabaya
|Nama kapal selam Collins class terasa tak asing lagi di telinga, pasalnya Collins class adalah kapal selam diesel listrik milik Angkatan Laut Ausralia (Royal Australian Navy/RAN), yang notabene sering dibicarakan netizen di Indonesia. Dan salah satu Collins class, yakni HMAS Waller (SSG-75) saat ini sedang singgah di dermaga Madura Timur, Koarmada II, Surabaya (27/8/2023).
Salah satu momen yang unik dari kedatangan HMAS Waller adalah pertemuan dari dua komandan kapal selam, yang mana Komandan HMAS Waller Commander Calvin Timms, disambut oleh Komandan kapal selam KRI Alugoro 405 Letkol Laut (P) Topan Agung Yuwono.
HMAS Waller adalah kapal selam ketiga dari enam unit kapal selam Collins class yang dioperasikan oleh AL Australia. Kapal selam ini dinamakan berdasarkan nama Kapten Hector Waller. Kapal selam ini dibangun pada tahun 1992, dan diluncurkan pada tahun 1997. Meskipun RAN awalnya menolak menerima kapal selam tersebut untuk bertugas, HMAS Waller telah menunjukkan kemampuan Collins class dalam beberapa operasi internasional.
HMAS Waller dibangun oleh Australian Submarine Corporation (ASC) pada 19 Maret 1992, diluncurkan pada 14 Maret 1997, dan resmi ditugaskan ke arsenal RAN pada Februari 2001. Selama uji coba laut, jumlah masalah dan kerusakan pada kapal selam Waller jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dua kapal selam sebelumnya, yang menunjukkan bahwa masalah pada kapal selam sebelumnya telah diperbaiki pada kapal selam terakhir selama konstruksi.
Nama Waller diambil dari Kapten Hector Waller, yang memimpin lima kapal ‘Scrap Iron Flotilla’ dari tahun 1940 hingga 1941, kemudian memimpin kapal penjelajah HMAS Perth hingga kematiannya dan kapal tersebut hilang pada tanggal 1 Maret 1942 selama Pertempuran Selat Sunda.
Collins Class masuk ke kelas SSK (kasel diesel listrik) 471, keberadaan kapal ini didapuk sebagai pengganti Oberon Class yang pensiun pada pertengahan tahun 1980. Kasel perdana yang meluncur adalah HMAS Collins (73) pada tahun 1996, berlanjut ke HMAS Farncomb (74) pada Januari 1998, HMAS Waller (75) pada Februari 2001, HMAS Dechaineux (76) pada Februari 2001, HMAS Sheean (77) pada November 2000, dan HMAS Rankin (78) pada Maret 2003. Armada Collins Class berpangkalan di Cockburn Sound di Australia Barat.
Dari sisi persenjataan, Collins Class mengandalkan torpedo, rudal anti kapal dan ranjau. Pada bagian haluan terdapat enam peluncur torpedo kaliber 533 mm (21 inchi). Torpedo yang dibawa dari jenis Mark 48 Mod 7 CBASS (common broadband advanced sonar system) menggunakan active/passive homing dengan hulu ledak 267 kg. Torpedo ini dapat meluncur sejauh 38 km pada kecepatan 55 knots, atau 50 km kecepatan 40 knots.
Menggunakan tabung peluncur torpedo, juga bisa diluncurkan rudal anti kapal UGM-84C Sub Harpoon yang beroperasi dengan active radar homing. Rudal pesaing SM-39 Exocet ini sanggup melesat sejauh 30 km dengan kecepatan Mach 0,9 dengan membawa hulu ledak 227 kg. Secara keseluruhan, tiap Collins Class dapat membawa 22 torpedo atau rudal.
Collins Class juga dapat menebar ranjau, bila misi ini dijalankan tiap kasel dapat dimuati hingga 44 ranjau Stonefish Mark III mines buatan BAE Systems. Meski namanya ranjau, tapi pelepasan senjata maut ini juga dilakukan lewat tabung peluncur torpedo.
Guna menghadapi peperangan elektronik, Collins Class mengusung sistem sensor elektronik ES-5600 dari EDO yang beroperasi di radar band 2Ghz – 18Ghz serta mendukung atomatic detection, direction finding, identification dari sinyal radar. Perangkat ESM (electronic support measures) AR-740 dari EDO Argo System juga disematkan di Collins Class.
Collins Class ditenagai mesin utama 1× Jeumont-Schneider DC motor (7,200 hp or 5,400 kW), driving 1× seven-bladed, 4.22 m (13.8 ft) diameter skewback propeller, dan untuk backup 1× MacTaggart Scott DM 43006 retractable hydraulic motor. Dari spesifikasi tersebut, kasel ini dapat melaju hingga 10 knots di permukaan atau menyelam di kedalaman periskop, sementara kecepatan saat menyelam penuh mencapai 20 knots.
Dengan bobot di permukaan 3.100 ton dan bobot saat menyelam 3.407 ton, Collins Class sanggup berlayar sejauh 21.300 km pada kecepatan 10 knots di permukaan; 17.000 km pada kecepatan 10 knots di kedalaman periskop, dan 890 km pada kecepetan 4 knots saat menyelam penuh. Collins Class diawaki oleh 42 kru (6 perwira dan 36 ABK). (Bayu Pamungkas)
Sampe hari gini masih ga jelas masalah sebenarnya dg Nagapasa class….rumornya saja berkembang luas tanpa penjelasan dibagian apa yg bermasalah.
Di artikel ini ada kapal selam yg jelas cacat desain, tapi dg sistim logistik yg rapih, mereka tetap bisa diandalkan dalam berbagai penugasan