Helikopter AS565 MBe Panther ‘Tantang’ Kemampuan Radar Terma SCANTER di Korvet KRI Malahayati 362
|Setelah menuntaskan proyek mid-life modernization (MLM) dari Indra dan Navantia, yaitu dengan instalasi enam perangkat canggih yang ditanam di korvet KRI Malahayati 362, kini korvet Fatahillah Class buatan Wilton-Fijenoord, Belanda ini telah beroperasi mengawal kedaulatan NKRI. Dan guna menguji kemampuan dari sistem terbaru yang dipasang di korvet tersebut, belum lama ini dilakukan uji fungsi radar di KRI Malahayati 362, yaitu dengan cara mendeteksi obyek sasaran yang terbang di ketinggian rendah.
Baca juga: Ini Dia! 6 Perangkat Canggih Yang Ditanam di KRI Malahayati 362 dalam Proyek MLM
Seperti dikutip dari tnial.mil.id (16/11/2019), disebutkan helikopter AS564 MBe Panther yang take-off dari korvet KRI Diponegoro 365 melaksanakan terbang rendah dengan ketinggian kurang dari 100 ft (33 meter) menghindari sapuan radar (radar sweep) untuk menjaga kerahasiaan kedatangan helikopter dalam peyerangan terhadap kapal permukaan musuh.
Helikopter Panther AS565 MBe dengan nomor HS-4211 melaksanakan terbang rendah di Laut Jawa mendekati KRI Malahayati 362 dari Jarak 50 nautical mile (92,6 km) dan sesekali meninggi untuk mengecoh radar surveillance milik KRI Malahayati 362. Helikopter HS-4211 lepas landas dari KRI Diponegoro 365 dari jarak sekitar 65 nautical mile (120 km) dari KRI Malahayati 362.
Maksud dari upaya terbang rendah helikopter AS565 MBe Panther adalah dalam rangka menguji kemampuan radar 2D yang baru terpasang di KRI Malahayati 362. Seperti halnya KRI Fatahillah 362, KRI Malahayati 362 juga menggunakan radar intai jenis Terma SCANTER, namun dari tipe yang berbeda, bila KRI Fatahillah dengan Terma SCANTER 4100, maka KRI Malahayati 362 menggunakan Terma SCANTER 6000.
Dengan terbang rendah, AS565 MBe Panther disebutkan mulai terdeteksi radar 2D di KRI Malahayati dari jarak 35 nautical mile (64,8 km). Hal menunjukkan bahwa radar 2D yang dimiliki oleh KRI Malahayati 362 berfungsi dengan baik.
Radar Surveillance yang baru saja dipasang di KRI Malahayati 362 sedang dalam percobaaan untuk mengetahui bagaimana kemampuan deteksinya yang dapat mencapai jarak deteksi udara lebih dari 125 nautical mile (231,5 km) dan ketinggian 35.000 feet (setara 10.668 meter).
Demikian adalah gambaran penggunaan pesawat udara dalam Peperangan Anti Kapal Permukaan yang dapat dilaksanakan oleh pesawat udara baik fixed wing maupun rotary wing dalam melaksanakan penyerangan terhadap Kapal permukaan lawan yang radar udaranya tidak ada, ataupun memanfaatkan Blind Zone Area dari radar udara musuh.
Kedatangan dari pesawat udara yang memiliki kecepatan tinggi akan mengejutkan musuh dan membuat kapal permukaan lawan tidak sempat untuk melaksanakan pertahanan maupun serangan balik.
Terma di Indonesia lumayan banyak memasok radar intai, di TNI AL selain KRI Fatahillah 361 dan KRI Malahayati 362, armada KCR-60M (Sampari Class) juga menggunakan Terma SCANTER tipe 4603. Belum lagi ada lima kapal patroli dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) juga menggunakan Terma SCANTER 6000. Terma SCANTER merupakan radar X-band dengan kemampuan naval air and surface surveillance.
Baca juga: Terma SCANTER 4603 – Radar Intai Udara dan Permukaan untuk KCR-60M (Sampari Class)
Dalam paket instalasinya, SCANTER 6000 dapat diintegrasikan dengan sistem display dari Northrop Grumman Sperry Marine Vision Master automatic radar plotting aid (ARPA). SCANTER 6000 dirancang mampu beroperasi dalam segala kondisi cuaca, dan sanggup mendeteksi dan melacak obyek berukuran kecil dari ujung cakrawala. (Gilang Perdana)
coba menguji rudal dummy siluman buatan lokal utk menguji kemampuan radar kapal perang. saling menguji bertujuan utk saling meningkat update dan kemampuan lbh baik. agar bisa menembus pertahanan negara agresor yg sistem terkini..
Sy baca di berita lain, radar 2d ini Adalah, buatan Indonesia, namu Indomiliter tidal memberikan penjelasan.
Ya, sudah dijelaskan, menurut sumber kami Terma SCANTER buatan Denmark
bagaimana nasib KRI Nala (363)…….kabarnya akan di non aktifkan……setelah beberapa tahun yang lalu sempat terbakar
Bung Admin.
Kabarnya pada uji coba ini jg dilaksanakan pengujian perangkat IFF yg ada di KRI malahayati dng CN-235 MPA ya bung.?
64 kilo? emangnya heli harus nempel dulu baru bisa nembak rudal? awak heli dari jarak 100km sambil ngopi sudah bisa ngeluncurin sosisnya.. wkwkwk..
Gini ya mas.. Kalau mau nembak dari jarak sejauh itu, pasti heli akan menggunakan radar aktif.. Kalau udah pakai radar aktif, kapal nya juga langsung tau posisi si heli walaupun masih jauh..
Lha wong itu adegan mengetes sensitivitas radar terma kok….suka-suka yg mendesain tesnya dong