Hawk 209 TNI AU Diduga Jatuh Akibat Kehilangan Tenaga, Inilah Spesifikasi Mesin Adour Mk.871
|Pasca insiden jatuhnya jet tempur Hawk 209 dengan nomer registrasi TT-0209 di Pekanbaru, Riau pada 15 Juni 2020, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, telah menjelaskan ke media nasional, bahwa informasi awal penyebab jatuhnya pesawat tempur buatan Inggris ini dikarenakan masalah pada mesin, yaitu mesin seolah kehilangan tenaga (lose power engine).
Sesaat sebelum jatuh, pilot Lettu Pnb Aprianto Ismail, melaporkan terjadi keganjilan pada bagian mesin. Kemudian, lampu indikator peringatan juga menyala yang mengindikasikan adanya kerusakan bagian mesin. Selain itu, pilot juga sempat merasakan adanya suara ledakan pada bagian mesin hingga mesin pesawat buatan Inggris itu benar-benar kehilangan daya hingga terhempas dan jatuh menimpa rumah warga dari ketinggian sekitar 152 meter. Kala itu posisi pesawat dalam manuver persiapan mendarat di Lanud Roesmin Nurjadin, setelah melakukan aktivitas latihan tempur di Siabu.
Sejak dioperasikan TNI AU pada tahun 1997, sudah beberapa kali insiden yang terkait jatuhnya Hawk 109 dan Hawk 209, seperti pada 16 Oktober 2012, Hawk 209 TNI AU juga jatuh di Pekanbaru, sebagai pilot pesawat adalah Letda Reza Yori Prasetyo yang berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi lontar. Merespon insiden Hawk 209 yang terjadi pada 15 Juni lalu, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo telah memberlakukan temporary grounded pada seluruh pesawat Hawk series yang ada di Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.
Yang terpasang di Hawk 209 adalah mesin jet turbofan Roll-Royce Turboméca Adour Mk.871 yang punya daya dorong 6.000 pon (setara 2721 kg). Dari mesin ini, dapat dicapai kecepatan maksimum hingga Mach 1.2 pada ketinggian diatas 17.000 kaki, jarak tempuh feri 3.610 km dengan tiga drop tanks, serta daya angkut senjata maksimal 3.500 kg. Kapasitas bahan bakar internal 1.361 kg dan kapasitas bahan bakar eksternal dengan drop tanks 2 x 864 liter.
Meski terpasang pada jet tempur ringan, namun mesin peranakan Inggris (Roll-Royce) dan Perancis (Turbomeca – sekarang Safran) ini terbilang punya kinerja yang baik. Bahkan basis mesin ini digunakan pada jet tempur Specat Jaguar (two engine), belum lagi varian mesin ini juga digunakan pada pesawat latih T-45 Goshawk dan jet tempur Jepang, Mitsubishi T-2 and F-1. Mesin tanpa afterburner ini dibandrol per unit US$3 juta. Dengan overall pressure ratio pada maximum power: 11.3, mesin dengan bobot 610 kg ini punya diameter 57,7 cm dan panjang mesin keseluruhan 1,96 meter.
Baca juga: TNI AU Lakukan Upgrade Radar Warning Receiver Untuk Armada Hawk 109/209
Sampai saat ini setidaknya 3.000 unit Adour Mk.871 telah diproduksi, termasuk varian mesin ini juga telah dibuat secara lisensi di India oleh Hindustan Aeronautics Limited. (Gilang Perdana)
Udah waktunya diganti kalau mau ganti bisa pilih Gripen c/e series sekalian tot dan produksi lisensi di PT di
ganti FA50 korsel.
Apa mungkin kemasukan benda asing di intakenya ya yg memicu ledakan spt yg terdengar oleh pilot sesaat sebelum insiden.
bisa jadi bird strike. posisi sudah 152 m
Minggu dpn pilotnya sdh terbang lg
Bird strike?
https://dunia.tempo.co/read/1354144/eksklusif-janji-pentagon-ke-indonesia-soal-laut-cina-selatan
kemaren pak prabowo dah angkat bicara,kalou mengusik malaysia harus berhadapan dengan indonesia secara langsung,cina langsung mundur teratur.
yang aneh inggris dan negara angota fpda malah diam aja,.
padahal malaysia selalu membangakan keangotaan nya siapa yang berani mengusik malay akan diserang secara serempak oleh angota lainya.
Bisa minta link nya bos soal prabowo ngomong gitu? Gue cari ga ktemu wkwk
biasakan d sertai link’nya mas boss ku…
@H.muhidin, Indonesia mo pasang badan? wkwkwkwk.. ditagih hutang nyahok lu.. trus Cina mundur teratur? wkwkwkwk.. amerika aja dijabanin.. owkowkowk… jangan2 lu habis mimpi basah kali yee?