Hari ini 56 Tahun Lalu, BO-105 Terbang Perdana – Helikopter Ringan Serbaguna yang Memukau, Sipil Laris Tempur Teruji
Hari ini, 56 tahun lalu yang bertepatan dengan 16 Februari 1967, menjadi momen bersejarah dalam jagad helikopter global, yakni merupakan tanggal penerbangan perdana (first flight) BO-105 oleh Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), pabrikan dirgantara asal Jerman (Barat).
Baca juga: NBO-105 – Pernah Jadi Heli Serang Utama TNI AD
Menyebut nama BO-105 tentu tak asing lagi, diproduksi secara lisensi oleh PT Dirgantara Indonesia (d/h PT IPTN), helikopter ini lekat dengan label NBO-10 dan secara luas digunakan oleh institusi militer, kepolisian, pemerintahan dan komersial.
BO-105 adalah helikopter ringan bermesin ganda yang dikembangkan oleh Bölkow dari Ottobrunn, Jerman Barat. Debut yang melekat pada BO-105 pada saat diperkenalkan adalah sebagai helikopter bermesin ganda ringan pertama di dunia, dan helikopter pertama yang dapat melakukan manuver aerobatik loop terbalik – yang pernah diperlihatkan dalam Indonesia AirShow 1986.

BO-105 menampilkan sistem rotor tanpa engsel yang revolusioner dan menjadi inovasi perintis dalam segmen helikopter ketika diperkenalkan ke dalam layanan pada tahun 1970. Fasilitas produksi utama BO-105 berlokasi di Jerman dan Kanada. Namun, karena tingkat penjualan ekspor yang meningkat, maka jalur produksi tambahan didirikan di Spanyol, Indonesia, dan Filipina.
MBB kemudian menjadi bagian dari Eurocopter pada tahun 1991, yang melanjutkan produksi BO-105 series hingga tahun 2001. BO-105 secara resmi diganti dalam rangkaian produk Eurocopter dengan seri Eurocopter EC135 yang lebih baru. Sejak diproduksi tahun 1967 sampai tahun 2001, total 1.500 unit BO-105 telah diproduksi dalam berbagai varian.
Di arsenal TNI, NBO-105 punya jasa besar, selain berlaku sebagai helikopter angkut ringan, termasuk untuk evakuasi medis, karena dilengkapi back door, NBO-105 juga menjadi helikopter ‘serang pertama’ Puspenerbad, terutama saat Puspenerbad belum kedatangan helikopter serang serbu dedicated seperti Mi-35 dan AH-64 Apache.

Untuk mendukung tugas pertempuran di darat, NBO-105 CB Puspenerbad dipersenjatai empat senapan mesin FN Herstal MO.32 kaliber 7,62 mm standard NATO yang ditempatkan dalam dua TMP (Twin Machine Gun Pods) atau dua senapan mesin FN Herstal M.3P kaliber 12,7 mm NATO dalam tiga HMP (Heavy Machine Gun Pods).
Konfigurasi lain dari persenjatan heli serang ini adalah roket FFAR (Folding Fins Air Rockets) jenis T.905 kaliber 2,75 inc NATO dalam dua MLRS (Multi-Launch Rocket System) masing-masing dengan 13 tabung peluncur. Tiga jenis hulu ledak yang digunakan ialah FZ-21 untuk anti personal, FZ-58 untuk anti tank dan FZ-32 untuk marking jika NBO-105 dioperasikan sebagai FAC (Forward Air Control) untuk memandu pesawat tempur yang sedang memberikan bantuan tembakan udara.

Terakhir NBO-105 Puspenerbal yang disulap menjadi gunship dengan dipasangi door gun berupa senapan mesin FN MAG kaliber 7,62×51 mm. Meski ada kesamaan dengan door gun yang dipakai di helikopter Bell-205/NBell-412 dan Mi-17 TNI AD, FN MAG di NBO-105 TNI AL tidak menggunakan model popor. Persisnya dicomot solusi FN Light Door Pintle (LDP). Ciri khas dari FN MAG dengan LDP adalah penggunaan spade grips, bukan model popor.
Baca juga: BO-105 HGH – Helikopter Bolkow Varian Berkecepatan Tinggi
NBO-105 Puspenerbal yang dipersenjatai digunakan Satgas Merah Putih melaksanakan Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia. Sementara NBO-105 Puspenerbad, sudah kenyang dalam banyak operasi di dalam negeri, mulai dari operasi di Timor Timur, Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam. (Gilang Perdana)
Spesifikasi NBO-105 CB
* Crew: 1 or 2 pilots
* Capacity: 4
* Length: 11.86 m (38 ft 11 in)
* Rotor diameter: 9.84 m (32 ft 3½ in)
* Height: 3.00 m (9 ft 10 in)
* Disc area: 76.05 m² (818.6 ft²)
* Airfoil: NACA 23012
* Empty weight: 1,276 kg (2,813 lb)
* Max takeoff weight: 2,500 kg (5,511 lb)
* Powerplant: 2× Allison 250-C20B turboshaft engines, 313 kW (420 shp) each
Ini helikopter bagus.
Sayang sekali produksinya dihentikan.
Sekarang gantinya H145m.
Mintalah lisensi produksi H145m dari Airbus supaya bisa bikin sendiri. Buat langsung yang banyak 200 – 350 unit dibagi-bagi untuk AURI, ALRI, ADRI, POLRI, BAKAMLA, BASARNAS, BNPP, BNPB, Kemenkes, kemenhut, kemenhub dll.
Remembered to B.J Habibie,
in the future we hope Indonesia can be made new Helicopter and new Aircraft (R80) like N-250