Hari ini 34 Tahun Lalu, Batch (Gelombang) Perdana F-16 Fighting Falcon di Tiba di Indonesia
|Hari ini 34 tahun lalu, bertepatan dengan 12 Desember 1989, mungkin bisa dianggap sebagai Hari Ulang Tahun jet tempur F-16 di Indonesia. Tiga Pesawat F-16 Fighting Falcon yang dibeli Indonesia datang pertama kali di Indonesia setelah melakukan penerbangan ferry dari Forth Worth Dallas ke Honolulu, lalu menuju Guam dan akhirnya mendarat di Lanud Iswahjudi, Madiun. Pesawat ini tiba di Indonesia secara bergelombang. Gelombang (batch) pertama tiba pada tanggal 12 Desember 1989.
Kemudian gelombang kedua pada tanggal 7 Januari 1990, dan gelombang ketiga tiba pada tanggal 22 September 1990 melengkapi 12 unit pesawat yang dipesan. Selanjutnya pada tanggal 13 Desember 1989, pesawat ini diresmikan Kasau Marsekal TNI Oetomo sebagai kekuatan Skadron Udara 3 yang ber-home base di Lanud Iswahjudi Madiun.
Penentuan pembelian Pesawat F-16 Fighting Falcon tidak lepas dari perkembangan kebutuhan objektif saat itu, disamping berbagai pertimbangan lain seperti politik dan ekonomi. Bagi TNI AU sendiri kebutuhan membeli pesawat tempur berkemampuan tinggi sangat diperlukan baik untuk kepentingan pertahanan maupun perkembangan teknologi. Dan Pesawat F-16 A/B Block 15 Fighting Falcon dinilai pesawat yang paling tepat untuk melanjutkan kebutuhan akan penguasaan teknologi mutakhir.
Pembelian Pesawat F-16 Fighting Falcon dilakukan melalui “Proyek Bima Sena” yang diketuai oleh Marsma TNI Sudjatio Adi. Tipe pesawat yang dibeli adalah tipe A (kursi tunggal) dan tipe B (kursi ganda) yang berfungsi multirole.
Kemudian secara khusus TNI AU menyiapkan 180 orang anggotanya baik penerbang maupun teknisi untuk mendapatkan latihan dan pendidikan. Lalu dipilihlah empat penerbang F-5 Tiger II yang telah mengantongi lebih dari 1000 jam terbang untuk diberangkatkan ke Amerika Serikat. Mereka adalah Letkol Pnb Wartoyo, Mayor Pnb Basri Sidehabi, Mayor Pnb Eris Heryanto dan Mayor Pnb Rodi Suprasodjo.
Sebelum diterbangkan ke Indonesia, pesawat ini terlebih dahulu diserahkan secara resmi oleh pabrik pembuatnya General Dynamic ke Indonesia yang diwakili oleh Sekjen Dephan Letjen TNI IB. Sudjana, dan penyerahannya dilaksanakan di pabrik General Dinamics Forth Worth Texas Amerika Serikat dengan mengkumandangkan lagu Indonesia Raya.
Banyak hal yang menarik dari proses pengiriman F-16 ke Indonesia, yakni semuanya dilakukan lewat ferry flight, yakni diterbangkan dari Amerika Serikat ke Tanah Air dengan membelah Samudera Pasifik, yang jika ditakar bentang antara Pantai Barat AS ke Indonesia berjarak sekitar 15.000 km. Selain dibutuhkan pilot dengan kemampuan serta ketahanan ekstra, komponen lain yang tak kalah penting adalah dukungan pesawat tanker.
Dalam ferry flight pengiriman F-16 dari AS ke Indonesia memang tak dilakukan secara langsung, melainkan dengan singgah (transit) di Lanud, Hawaii dan di Lanud Anderson, Guam. Di kedua lanud tersebut, umumnya F-16 menginap sejenak untuk proses inspeksi dan istirahat awak. Dari Guam baru kemudian pesawat F-16 langsung diterbangkan ke Lanud Iswahjudi. Meski diterbangkan secara estafet, namun jarak tempuh antar point to point bisa dibilang di luar jangkauan F-16. Untuk itu kehadiran pesawat tanker mutlak dipersiapkan, tentunya yang menyediakan adalah pihak AS.
KC-10 Extender: Serba Serbi Pesawat Tanker ‘Pendukung’ Ferry Flight F-16 TNI AU
Boleh dibilang sejak awal pengiriman gelombang pertama F-16, sosok pesawat tanker KC-10 Extender punya jasa besar dalam proses air refueling. Dengan setia KC-10 mendampingi pergerakan F-16 TNI AU. (Gilang Perdana)
*makin ngakak aja ni orang, kalau ngga buat keperluan domestik lantas kenapa rudalnya dilengkapin? napa ngga f-16 yang jumlahnya lebih banyak yang dilengkapin? f-16 itu bisa dibilang nyewa, cuma masa pakainya sehabis²nya, dan, jika rusak kita ngga perlu ganti, orang² sudah banyak tau masalah di jet tempur mimiriki, makannya timbang viper, perjuangan akuisisi su-35 jauh lebih keras, mahal iya mahal, yang penting bebas mau buat apa, ngga dikode² segala macem kayak buka gembok atau buka pin atm, f-16 juga akuisisinya ngga murah, dah gitu pake maen kode² pula dan juga, jangankan jet tempur strategis, tucano saja cuma ngga ada berita aksinya, ngga perlu bertanya soal aksi pesawat tempur, memang belum mau kerahksn pemerintah, tapi setidaknya sukhoi bisa dikerahkan dengan jauh lebih bebas