Update Drone KamikazeKlik di Atas

Hanya 150 Km dari Hong Kong, Nyaris Terjadi Insiden Antara AS dan Cina dalam Operasi Anti Kapal Selam


Meski tak diumbar secara frontal, aktivitas militer Amerika Serikat untuk melindungi Taiwan berlangsung terus-menerus. Namun, tak banyak diketahui bahwa ada insiden besar yang pernah terjadi antara AS dan Cina, khususnya menyangkut kemampuan anti kapal selam yang digelar AS untuk mendeteksi pergerakan kapal selam Cina di kawasan tersebut.

Baca juga: Harbin Z-9 – Helikopter Anti Kapal Selam Cina yang Bikin Taiwan Ketar-ketir, ‘Sepupu’ AS565 MBe Panther

Mengutip dari The South China Morning Post – scmp.com (15/3/2023), disebutkan bahwa pada 5 Januari 2021, pernah terjadi ‘pertemuan berbahaya’ antara elemen intai AS dan Cina yang terjadi hanya 150 km dari Hong Kong. Sebagai catatan, jarak antara Hong Kong dan Taipei (Taiwan) sekitar 711 km, dan Taiwan berada di Timur Laut Hong Kong.

Pertemuan berbahaya yang dimaksud adalah memang terjadi konfrontasi yang berisiko tinggi, yang oleh media Cina, intensitasnya dikatakan sampai memaksa AS menghancurkan sonar apungnya untuk mencegah agar tidak jatun ke tangan Cina. Lantas, bagaimana kronologi pertemuan berbahaya tersebut?

Pada hari itu, laporan dari tim ilmuwan militer Cina mengatakan tiga pesawat militer AS memulai perburuan kapal selam yang tidak biasa, melakukan operasi yang sangat dekat dengan teritori laut Cina. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pesawat anti kapal selam AS (P-8A Poseidon) terbang dekat dengan Hong Kong, yang ditaksir mencapai jarak sedekat 150 kilometer.

Laporan lebih lanjut mengatakan bahwa AL Cina bertindak cepat dengan mengerahkan unsur laut ke wilayah tersebut, tetapi sifat dan ukuran dari respon AL Cina tetap dirahasiakan. Liu Dongqing, tim peneiti dari PLA Unit 95510, menekankan dalam laporannya bila aktivitas AS secara signifikan mengancam keamanan nasional Cina. Studi tersebut menyoroti bahwa tindakan AS dapat menghambat misi kritis kapal selam Cina selama masa perang.

Sensor MAD pada ekor P-8 Poseidon.

Terungkap juga bahwa pesawat intai AS menempatkan sensor secara strategis di perairan dekat Kepulauan Dongsha, yang juga disebut sebagai Kepulauan Pratas. Pulau-pulau ini terdiri dari atol dan terumbu karang di bawah kendali Taiwan.

Penyebaran sensor ini menunjukkan keterlibatan Amerika Serikat dalam memantau kegiatan di wilayah tersebut, menambah kompleksitas situasi di sekitar perairan yang diperebutkan ini.

Berbeda dengan pulau-pulau lain yang disengketakan di Laut Cina Selatan, di mana Amerika Serikat telah melakukan operasi kebebasan navigasi untuk menantang apa yang dianggapnya sebagai klaim Cina yang berlebihan, maka Kepulauan Dongsha diklaim hanya oleh Taipei dan Beijing. Tidak adanya klaim teritorial yang lebih luas oleh negara lain membedakan Kepulauan Dongsha dari wilayah kontroversial lainnya di wilayah tersebut.

Menurut para peneliti Cina, AS telah mencurahkan upaya signifikan untuk menargetkan monitoring kapal selam Cina dalam beberapa tahun terakhir. Mereka berpendapat bahwa fokus yang diintensifkan ini adalah bagian dari pola peningkatan kegiatan militer AS yang lebih besar di wilayah Laut Cina Selatan.

Operator sonobuoy pada P-8A Poseidon.

Laporan tersebut menambahkan bahwa AS menggunakan alat canggih seperti pelampung sonar dan sensor untuk menemukan kapal selam Cina, bahkan ketika beroperasi pada kedalaman yang signifikan di bawah permukaan.

Para ilmuwan dari AL Cina menegaskan bahwa teknik yang digunakan oleh Amerika Serikat menimbulkan “ancaman parah” terhadap kapal selam Cina, secara signifikan dikatakan dapat menghambat kemampuan mereka untuk beroperasi secara diam-diam di wilayah tersebut. Menurut tim Liu, AS sengaja menggunakan taktik menerbangkan pesawat mata-mata di ketinggian rendah sekitar 60 meter, yang relatif dekat dengan permukaan dan menimbulkan risiko keselamatan.

Taktik ini meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan melacak kapal selam, terutama oleh pesawat patroli anti kapal selam canggih seperti P-8A Poseidon yang dilengkapi sensor magnetic anomaly detector (MAD).

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa militer AS mengerahkan beberapa pesawat untuk menemukan kapal selam Cina, yang beroperasi secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan mereka.

Militer AS mempertahankan kehadirannya secara terus-menerus di daerah tersebut dengan melakukan beberapa penerbangan dalam jangka waktu yang lama, memungkinkan mereka untuk mengumpulkan informasi ekstensif tentang aktivitas kapal selam Cina dan meningkatkan kesadaran situasional dan kemampuan pengawasan mereka.

Baca juga: P-8A Poseidon AU Australia Nyaris Celaka, Diserang Flare dan Chaff oleh Jet Tempur Shenyang J-16 Cina

Menanggapi upaya AS, peneliti Cina mengusulkan langkah-langkah untuk menangkalnya, seperti yang disarankan dalam studi terbaru, yakni meningkatkan kemampuan peperangan elektronik untuk mengganggu sistem sonar terapung AS, menghalangi deteksi kapal selam. Cina juga mengembangkan umpan realistis untuk menipu sistem sonar AS dengan meniru suara dan gerakan kapal selam. (Gilang Perdana)

5 Comments