Hadirkan Efek Deteren di Kawasan Laut Cina Selatan, Jepang Siap Kirim Kapal Induk Helikopter JS Kaga
|Belum lama berselang, sosok kapal induk helikopter Jepang telah bertandang ke Indonesia, yakni JS Osumi (LST-4001). Kapal perang dari jenis Landing Platform Helicopter tersebut sengaja merapat untuk ambil bagian dalam ajang Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018 pada awal Mei lalu. Di MNEK 2018, JS Osumi dengan bobot 14 ribu ton hanya bisa ditandingi oleh kapal sejenis dari Perancis, BPC Dixmude L9015 (Mistral Class).
Baca juga: JS Osumi – ‘Pesaing’ Mistral Class dalam Multilateral Naval Exercise Komodo 2018
Dan kini ada kabar terbaru, bahwa Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF) kembali akan mengirimkan kapal induk helikopternya ke Indonesia, namun dalam ukuran dan dimensi yang lebih besar dari JS Osumi. Yang dimaksud adalah JS Kaga (DDH-184). Berbeda dengan JS Osumi yang menyandang label LHD dengan keberadaan fasilitas dock, maka JS Kaga benar-benar mengusung konsep kapal induk yang sebenarnya. Memang tak ada fasilitas dock untuk meluncurkan LCU atau kendaraan amfibi dari tengah laut, namun JS Kaga punya dimensi dan bobot yang masif, jauh lebih besar dari JS Osumi yang tempo hari berlayar ke Perairan Lombok.
JS Kaga yang menyandang label helicopter destroyer punya bobot full 27 ribu ton. Kapal induk ini termasuk dalam Izumo class, karena kapal sejenisnya yang pertama meluncur adalah JS Izumo. Dibangun oleh galangan Japan Marine United, JS Kaga punya panjang mencapai 248 meter, lebar 38 meter, dan draft 7,5 meter. Punya bobot yang masif tentu memerlukan dapur pacu yang spesial, untuk itu JS Kaga disokong mesin dengan teknologi Combined gas turbine and gas turbine (COGAG). Persisnya terdiri empat mesin turbin GE/IHI LM2500IEC. Dengan dua propeller, JS Kaga sanggup berlayar sampai kecepatan 30 knots.
Seperti dikutip dari Janes.com (6/7/2018), Jepang disebut akan mengirim JS Kaga dalam operasi pelayaran di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia selama periode dua bulan. Pejabat Jepang mengatakan misi JS Kaga terkait mempererat kerjasama internasional dan ikut berperan dalam menjaga keamanan di kawasan Indo-Pasifik. Dijadwalkan pada September 2018, JS Kaga akan mengadakan lawatan ke negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia menjadi salah satu tujuan utama kapal induk ini. Berpartisipasi dalam 12th ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) di Singapura pada 18-20 Oktober 2018, JS Kaga menurut rencana akan bersandar di Lanal Changi.
Sebagai kapal induk, JS Kaga dapat membawa 28 helikopter dalam berbagai jenis, termasuk 7 helikopter AKS (Anti Kapal Selam). Meski tak dilengkapi catapult (ketapel) dan ski jump untuk melontarkan pesawat tempur, namun pada pinsipnya kapal induk ini dapat didarati pesawat seperti jenis F-35B yang mengusung STOVL (short take-off, vertical landing) atau pesawa angkut Bell-Boeing V-22 Osprey. Mendukung operasi lintas laut, JS Kaga dapat pula membawa 400 marinir dan 50 unit truk kapasitas 3,5 ton.
Melaju di tengah laut, sudah pasti JS Kaga akan mendapat kawalan dari frigat atau destroyer. Namun lepas dari itu bekal sistem pertahanan pun telah disiapkan, terdiri dari dua pucuk kanon CIWS (Close In Weapon System) Phalanx dan dua konsol rudal hanud SeaRAM CIWS. Kombinasi yang terlihat simpel, namun ditakar sangat efektif memberi perlindungan maksimal dari serangan udara. Mengatasi ancaman bahaya dari bawah laut? Sudah tersedia anti-torpedo mobile decoy (MOD) dan floating acoustic jammer (FAJ).
JS Kaga terbilang kapal induk yang masih baru, peletakan lunas pertama dimulai pada 7 Oktober 2013, kemudian diluncurkan pada 27 Agustus 2015, dan resmi diserahkan ke AL Jepang pada 22 Maret 2017.
Selain meningkatkan kerjasama internasional, misi kapal induk Jepang ini tak bisa dilepaskan dari misi strategis, terutama bagi kepentingan agar kawasan Perairan Pasifik menjadi bebas dan terbuka, terlebih dalam merespon ambisi Cina di Laut Cina Selatan. (Gilang Perdana)
Spesifikasi JS Kaga (DDH-184)
– Displacement: 27,000 ton (full load)
– Length: 248 meter
– Beam: 38 meter
– Draft: 7,5 meter
– Propulsion: COGAG, two shafts 4 × GE/IHI LM2500IEC gas turbine
– Speed: more than 30 knots
– Sensors and processing systems: OYQ-12 combat direction system/FCS-3 fire control system/OPS-50 AESA radar/OPS-28 surface-search radar/OQQ-23 bow sonar
– Electronic warfare & decoys: NOLQ-3D-1 EW suite/Mark 36 SRBOC/Anti-torpedo mobile decoy (MOD)/Floating acoustic jammer (FAJ)
*BGM = Kaga Misaki*
Nah, begini dong contoh negara maritim yg sebenarnya pnya AL yg kuat jg… kalau Indonesiah begimana??
Sedang ke arah itu.
ALRI sudah lama diabaikan, sedang Jepang dari dulu mengutamakan ALnya.
Untuk sama dengan Jepang butuh waktu 20 tahun dari sekarang.
Blog ini makin sepi semenjak ditinggalkan oleh mendiang ayam jaguh…
Lho si kukuruyuk kok disebut mendiang ? Apa sudah mati ? Kapan ?
Si Suli juga udah lama nggak ada tuh di blok sebelah, apa sudah mati juga ?
Tapi blog ini masih ada yang komentar kok.
Apakabar rusky…Gimana?Kilo class jadi gk dikirim ke sini?Masa dari taun ±2012 bahas perencanaan mulu
Seret, kecepatan ngetik 5 kpj….gak jadi komen ahh
Indonesia mah banyakin LPD 185 meter dan 150 meter aja. Indonesia bukan negara agresor. Kalo pengawalnya butuh fregat ivan-denmark, sama light destroyer KDX III Korsel yg banyak. Sama senjatanya bisa di suplay dari blok barat dan timur. Itu aja cukup. Inget ya Indonesia bukan negara gresor, tapi harus memiliki kemampuan bertahan dan menyerang ke negara agresor hingga hancur lebur.
Untuk menyerang ke negara agresor pakai kapal Induk beneran dong.
Indonesia butuh kapal Induk tenaga nuklir (cost power efisien), pelontar elektromagnetik.
Apalagi kalo kita mau invasi, sangat dibutuhkan 😇 .
Achh, jepang kalo dituduh cina mo manas2in LCS, ngelesnya enteng saja….KAGA 🤗
Indonesia Darurat 3 LHD Ski Jump Bwt Angkut F-35B Vs J-31