Ghadir Class – Kapal Selam Mini untuk Misi Gerilya Bawah Laut di Teluk Persia
|Selain armada speed boat yang acap kali ‘menggojek’ kapal perang Amerika Serikat di Teluk Persia, masih dalam wujud yang terbilang kecil, Iran punya alutsista andalan untuk menggelar gerilya dari dari bawah permukaan laut. Yang dimaksud adalah kapal selam mini Ghadir Class yang digadang beroperasi di laut dangkal. Meski diragukan tingkat kecanggihannnya, namun sebaran 23 unit Ghadir Class di Teluk Persia dan Selat Hormuz tak bisa dianggap sebalah mata.
Baca juga: Delfin Class – Kapal Selam ‘Misterius’ yang Tertangkap Kamera di Dermaga Umum
Dibangun oleh Marine Industries Organization, Ghadir Class mulai dioperasikan AL Iran pada 28 November 2007. Para analis berpendapat bahwa rancangan kapal selam dengan harga per unit US$18 juta ini mengacu pada Yono Class MS29, kapal selam mini milik Korea Utara yang pada tahun 2010 berhasil menenggelamkan korvet Korea Selatan dan menewaskan 46 pelaut.
Seperti halnya kapal selam mini lainnya, Ghadir Class dengan propulsi diesel elektrik hanya dapat membawa dua torpedo berat (heavy torpedo) YT-534-UW1 kaliber 533 mm. Meski dalam misi yang lain, tabung peluncur dapat diisi rudal anti kapal Jask-2 atau bahkan sebagai gate untuk meluncurkan pasukan khusus secara senyap.
Ghadir Class punya bobot saat di permukaan 115 ton, dan bobot saat menyelam 120 ton. Panjang kapal ini hanya 29 meter dan lebar 2,5 meter, serta punya kecepatan 11 knots saat berlayar di bawah permukaan. Taktik yang digunakan Ghadir Class untuk menyekat lalu lintas kapal di Selat Hormuz yaitu berlayar di permukaan dan ‘menyatu’ dengan armada kapal penangkap ikan. Bila suatu target dilaporkan, maka kapal selam dengan 18 awak ini baru akan menyelam untuk melakukan serangan.
Keterbatasan kapal selam mini umumnya pada kemampuan endurance, kapasitas bahan bakar, kemampuan mesin diesel dan baterai, dan tentunya bekal persenjataan, dimana satu tabung peluncur hanya untuk meluncurkan satu torpedo, alias tidak bisa internal reload.
Baca juga: Indonesia Mau Bangun Kapal Selam Mini? Lihat Dulu yang Dilakukan Vietnam
Meski begitu dukungan navigasi dan sensor dapat menyesuaikan dengan teknologi terbaru. Satu yang pasti, kapal selam mini lebih lincah dalam manuver dan bisa menjangkau perairan dangkal, termasuk berlayar di sungai. (Gilang Perdana)
Bagus sekali kalau untuk spesifik di perairan mereka, seperti teluk Oman. Dangkal dan sempit dan ramai. Kelas ghadir bakal dapat nyaru sama kondisi sekitar.
Mau Kilo, U214 atau lainnya, ngga bakal gampang manuver di perairan kaya gitu.
Ghadir Kalau untuk di Indonesia, LCS atau lainnya tentunya tidak cocok.
Saya tau itu bukan keluar dr pemikiranmu yg real Ntung.
Krn kamu sekedar intermezo aja. Ini kasel blom nyerang aja sdh terdeteksi keberadaannya. Krn selalu memantau musuh dng cara selalu berada dipermukaan, dan baru menyelam saat akan menyerang musuhnya, akibat keterbatasan kemampuan menyelamnya Ntung.
Kita beli korvet sigma kan ada untungnya walau agak lama prosesnya hingga kita bisa mendapatkan ToT.
Usd 18 juta per unit?
Gue heran kenapa dulu kita nggak beli ini saja ya daripada korvet diponegoro class 4 biji.
http://defense-studies.blogspot.com/2009/05/tni-al-beli-4-korvet-belanda-sepakati.html?m=1
Pembelian sigma diponegoro class dulu adalah usd 680 juta ( 170 x 4 unit = 680)
680 / 18 = 37,77777778
4 unit diponegoro class senilai usd 680 juta, dengan dana yang sama mestinya bisa dapat ghadir class sebanyak 37 unit.
Daripada kepingin beli kilo 2 unit senilai usd 700 juta atau beli sigma 9113 senilai usd 680 juta mending dulu beli ghadir class 37 unit.
Ghadir class 37 unit itu bikin musuh lebih gemeteran daripada kilo ataupun sigma.
Iya kalo musuhnya lewat perairan Indonesia. Lagian Ghadir bahannya kurang bagus, kalo pake sonobuoy gampang ketahuan itu orang nyelamnya aja gak bakal lebih dari 60 meter.
Baru masuk 3 mil di lautan lepas kayak LCS bisa kejang-kejang tuh awak kaselnya.
Teluk persia sangat strategis bagi gadhir class karena perairan disana kecil… Tapi tidak dengan Indonesia yg dikelilingi 2 samudra.. Yang Indonesia butuhkan bukan Ghadir class melainkan Kilo class/Nagapasha class
Kilo susah gerak di Selat Malaka atau Laut Jawa. Makanya U-209 udah tepat. Bisa perairan dangkal juga perairan dalam.
Tinggal luncurkan 100 torpedo mana bisa ngelak tu kapal selam kecil kena 30mm aja mati semua kru
Yg jenis spt ini aja sdh buat armada AS pusing dan frustrasi menghadapinya. Apalagi menghadapi si Black Hole kasel Kilo sengada lawan yg terkenal Stroongg Bingiiitt, pasti sdh bakalan jg rumpon tempat rimah ikan Nemo semua kapal AS dibuatnya