Geser Posisi Indonesia di Asia Pasifik, India Resmi Akuisisi 56 Unit Airbus C-295
|Posisi Indonesia yang selama ini dikenal sebagai operator terbesar pesawat angkut taktis C-295 di Asia Pasifik, otomatis akan tersaingi oleh India. Indonesia saat ini menjadi operator terbesar C-295 di Asia Pasifik, dengan rincian terdiri dari sembilan unit C-295M varian transport dan satu unit C-295 varian intai maritim yang dioperasian oleh TNI AU. Kemudian ada satu unit C-295 varian angkut yang digunakan oleh Kepolisian Udara RI.
Baca juga: Airbus Uji Coba C-295 Gunship dengan Jenis Persenjataan Baru
Dan posisi Indonesia akan digantikan oleh India, setelah Negeri Anak Benua itu telah resmi meneken kontrak US$3 miliar untuk akuisisi 56 unit C-295MW (varian India). Order besar-besaran pun sudah ditebak arahnya, bahwa India akan meminta ToT (Transfer of Technology) secara masif dari Airbus Defence and Space. Dikutip dari hindustantimes.com (8/9/2021), Airbus Defence and Space dan Tata Advanced Systems Limited (TASL) nantinya akan membentuk joint venture untuk melaksanan fase perakitan dan produksi C-295 di India.
Sesuai kesepatakan, 16 unit pesawat perdana akan diproduksi langsung oleh Airbus, sementara 40 unit sisanya akan dirakit di India oleh TASL. Komite Pertahanan India (CCS) pada hari Rabu menyetujui pembelian 56 pesawat angkut sedang C-295 yang tertunda lama untuk menggantikan armada pesawat Avro-748 milik Angkatan Udara India yang sudah tua.
“Enam belas pesawat akan dikirim langsung dari Spanyol dalam waktu 48 bulan setelah penandatanganan kontrak dan 40 unit pesawat akan diproduksi di India oleh konsorsium Tata dalam waktu sepuluh tahun setelah penandatanganan kontrak. Ini adalah proyek pertama untuk pesawat militer yang akan diproduksi di India oleh perusahaan swasta,” ujar sumber dari Kementerian Pertahanan India.
Yang menarik, kesemua (56 unit) C-295 nantinya akan dipasang electronic warfare suite produksi India. Proyek ini akan mendorong ekosistem kedirgantaraan di India, di mana beberapa UMKM yang tersebar di negara itu akan terlibat dalam pembuatan bagian-bagian pesawat. Program ini akan memungkinkan sektor swasta India untuk masuk ke dalam industri penerbangan yang kompetitif dan akan menambah manufaktur penerbangan domestik, serta berdampak pada pengurangan impor dan peningkatan ekspor.
Pejabat Kementerian Pertahanan India menyebutkan, program ini akan bertindak sebagai katalis dalam penciptaan lapangan kerja dan diharapkan dapat menghasilkan 600 pekerjaan dengan keterampilan tinggi secara langsung, lebih dari 3.000 pekerjaan tidak langsung dan tambahan 3.000 kesempatan kerja keterampilan menengah Program ini akan melibatkan pembangunan infrastruktur khusus dalam bentuk hanggar, gedung, apron dan taxiway.
Sebagai bagian dari ToT, program pengadaan ini akan melibatkan pengaturan fasilitas jasa servis untuk C-295 di India. Diharapkan fasilitas ini akan menjadi hub regional MRO (maintenance, repair and overhaul) untuk berbagai varian pesawat C-295. Kontrak juga akan memiliki klausul offset. Kebijakan offset India menetapkan bahwa dalam semua pembelian modal besar, vendor asing harus menginvestasikan setidaknya 30 persen dari nilai pembelian di negara tersebut untuk meningkatkan kemampuan industri lokal.
Baca juga: Pesawat Angkut Sedang C-295 A-2909 TNI AU Ditembaki di Pegunungan Bintang Papua
“Pihak manufaktur prinsipal (Airbus) juga akan memenuhi kewajiban offsetnya melalui pembelian langsung produk dan layanan yang memenuhi syarat dari mitra offset India yang memberikan dorongan lebih lanjut untuk ekonomi,” ujar sumber dari Kementerian Pertahanan India. Kontrak pengadaan C-295 secara besar-besaran oleh India sedikit banyak akan berdampak pada Indonesia, dimana Indonesia lewat PT Dirgantara Indonesia akan mendapat persaingan dalam ‘potensi’ layanan jasa MRO untuk C-295 di kawasan regional. (Bayu Pamungkas)
Ngga pake mikir..ngga pake bikin php..lgsg gercep…emang beda cara sultan delhi belanja
Antara N-250 dan CN-235 tidak ada kaitannya ☝️
Setelah produksi CN-235-100 alias batch 1, baik Casa dan IPTN mengkustomisasi jeroan CN-235 produksi masing2 produsen dan selanjutnya CASA mengembangkan CN-235 mjd C-295….sementara saat itu IPTN mengembangkan CN-235 PHOENIX utk mengincar pasar australia.
Sayang disayang pesawat yg berhasil memikat hatii RAAF ketika melakukan demo udara keliling aussy harus ambyar krn terpaan krismon.
Bahkan disaat aussy menyanggupi utk membiayai proyek CN 235 PHOENIX….tetap saja IPTN pilih melempar handuk ke gelangang
Min, bahas kunjungan KASAU ke LM dong soal pengadaan Super Hercules. Muncul laman FB official TNI AU min
Rafale?
Airbus?
penyerapan pesawat angkut penumpang melayani maskapai lokal ini yang kadang bikin ngenes PT DI …. coba order Ada, mungkin bisa survive dan terus melakukan inovasi. tanpa hanya mengandalkan order kemenhan dan sedikit ekspor
Ya sudah menjadi kebiasaan buruk bangsa Indonesia yg sebetulnya minim sumber daya selain aumberdaya alam tapi songongnya minta ampun. Yang namanya membangun dan menjalankan suatu negara harus selalu mengedepankan potensi2 terburuk bukannya optimistis yg ke bablasan. Setiap ada rencana selalu pikirkanlah kemungkinan terburuk. Karena pada dasarnya tetangga2 Indonesia itu enggak mau Indonesia bisa maju. Semua menginginkan Indonesia itu hancur. Mau cina, malaysia, singapura, australia, filiphina, papua newgenie, dll. Makanya diperlukan kerjasama dan lobi2 yg kuat dengan sahabat untuk saling menguntungkan.
Kita lagi mengembangkan KFX/IFX dan seharusnya saat diajak kerjasama dengan turki untuk pesawat tempur silumannya terima aja. Itu untuk antisipasi jika suatu saat KFX/IFX gagal atau tidak sesuai harapan yg dari Turki bisa jalan. Sama waktu Indonesia diajak kerjasama C 295 waktu itu seharusnya ambil aja. Jaga2 kalo N250 gagal dan nyatanya memang gagal.
Singapura bisa maju karena dia selalu memikirkan kemungkinan terburuk dalam memajukan negaranya makanya dia menggunakan analisa SWOT yg membuat bangsanya maju. Dan saya pun menggunakan metode yg sama saat disuruh membantu menyelamatkan sebuah perusahaan pembuatan hydraulic and pneumatic system yg mau bangkrut karena perpecahan level direksinya. Setelah perusahaan pecah lalu sy konsolidasikan segala sumberdaya yg ada. Mapping segala peluang, ancaman, keunggulan dan kekurangan. Lalu ciptakan musuh dan tujuan bersama agar semua bagian bisa fokus untuk kemajuan perusahaan.
Dalam program C 295 keterlibatan PT DI tidak ada sama sekali y..sebenarnya kita dulu jg diajak gabung pembuatan C 295 sama seperti program CN 235.tp karna PT. DI pny program N 250 jd CASSA jalan.sendiri sementara proyek N250 gagal untuk CASSA dengan C 295 malah jalan, memang sudah jalannya PT. DI bermain di pesawat2.kecil sekelas NC 212, CN 235 dan 219 untuk kelas sedang dan besar hanya perusahaan2 besar.sekelas Boing dan Airbus..
Jika Indonesia beli RAFALE dan Jika Prancis tak mau berikan TOT alangkah baiknya Kita minta lisensi CN 295 untuk pemasaran di wilayah Asia dan Afrika Dan Airbus akan memasarkan ke Eropa dan Amerika