Update Drone KamikazeKlik di Atas

GBU-39/B SDB (Small Diameter Bomb) Diklaim Mampu Tembus ‘Benteng’ Jammer Rusia

Militer Ukraina untuk sementara ini mengendurkan pola serangan artileri, selain karena alasan menghemat stok amunisi, lain dari itu, presisi tembakan dari proyektil pintar (berpemandu) yang dilepaskan howitzer dan roket kini cenderung melorot. Kuat dugaan, Rusia berhasil menjalankan peperangan elektronika (electronic warfare) dengan melakukan jamming pada amunisi berpemandu.

Baca juga: Pertama Kali, F-15E Strike Eagle Uji Peluncuran Bom Anti Bunker GBU-72 A5K, Beratnya 2,2 Ton!

Sebut saja amunisi pintar berpemandu dari Excalibur dan versi GBU-39 yang diluncurkan HIMARS (High-Mobility Artillery Rocket System) – GLSDB (Ground-Launched Small Diameter Bomb) telah jatuh pamornya. Namun, Ukraina masih punya cara untuk ‘menembus’ tembok jammer Rusia.

Seperti dikutip The Aviationist, GBU-39/B SDM (Small Diameter Bomb) telah terbukti mampu menahan aksi jamming yang dilakukan oleh Rusia, di mana hampir 90 persen bom pintar yang dilepaskan dari udara tersebut, diklaim berhasil mengenai sasarannya.

Dilepaskan dari udara oleh jet tempur di luar wilayah musuh, GBU-39/B memiliki sistem navigasi inersia berbantuan GPS dengan sayap berbentuk DiamondBack yang mengembang setelah dilepaskan.

Teknologi jammer Rusia (telah mendorong) pejabat militer Ukraina untuk membatasi, atau “menghindari artileri untuk sementara waktu sama, sambil mengupayakan adanya solusi ‘upgrade’ dari Pentagon dan pihak produsen senjata terkait.”

Amunisi berpemandu buatan AS yang diberikan ke Ukraina biasanya berhasil ketika awal diperkenalkan, namun seringkali menjadi kurang berhasil ketika pasukan Rusia telah beradaptasi.

Sebuah foto juga beredar pada tanggal 25 Mei 2024, deretan GBU-39 disebut berada di bawah sayap MiG-29. Namun, menurut beberapa saluran Telegram Rusia, GBU-39/B SDB tersebut dimuat di bawah sayap Sukhoi Su-27.

Salah satu dugaan mengapa GBU-39/B efektif ketika diluncurkan dari udara dan tidak ketika ditembakkan dari roket HIMARS seperti GLSDB, adalah karena jalur penerbangan parabola yang diikuti oleh roket tabung. Roket tersebut terdeteksi saat bergerak ke atas, kemungkinan oleh radar S-300 atau Buk/Buk-M3 AD SAM Rusia.

Berbeda dengan GBU-39/B yang dikepaskan dari pesawat pembom tempur (seperti Su-27 Ukraina, seperti terlihat di foto), GBU-39/B dilepaskan beberapa kilometer sebelum garis depan, ketika ia menempuh jarak yang tersisa tinggal ‘meluncur’ ke sasaran.

Tidak digerakkan dengan motor roket yang memiliki tanda inframerah (infrared signature) atau emisi elektromagnetik aktif dari hidung, membuat GBU-39/B sulit untuk dicegat.

Dapat diasumsikan Moskow terus memperbarui dan menyempurnakan sistem EW seperti Krasukha dan LEER lebih jauh lagi. Oleh karena itu navigasi satelit sebagai satu-satunya sinyal yang menghubungkan bom dan platform peluncuran, memudahkan pemutusan sambungan di antara keduanya, sehingga menyebabkan bom meleset dari sasaran.

Jamming pada dasarnya terjadi ketika sejumlah besar energi dipancarkan ke suatu area, sehingga membuat sinyal pada perangkat kewalahan. Rusia telah menggunakan taktik ini pada radio komunikasi Ukraina, drone, dan bahkan amunisi artileri Excalibur 155 milimeter yang dipandu GPS.

Dirproduksi oleh Boeing Integrated Defense Systems, GBU-39/B Small Diameter Bomb (SDB) punya berat 129 kilogram, panjang 1,8 meter dan lebar saat sayap terbentang 1,61 meter. Dengan tingkat akurasi 1 meter, GBU-39/B dapat menjankau sasaran hingga jarak 70 kilometer. Mulai digunakan sejak Oktober 2006, harga per unit GBU-39/B sekitar US$40.000.

Selain AS dan Ukraina, pengguna GBU-39/B adalah Australia, Israel, Italia, Belanda, Arab Saudi, Korea Selatan dan Swedia. Sementara calon pengguna di masa depan (sudah memesan) adalah Bahrain, Bulgaria, Maroko, Portugal, Turki dan Uni Emirat Arab. (Gilang Perdana)

Sistem Jamming Rusia Pole-21 ‘Ganggu’ Akurasi Munisi Howitzer M982 Excalibur 155mm

6 Comments