G-Fortar: Giroskop Militer Berbasis Serat Optik Rancangan Tim Teknik Fisika ITB
Dalam pola operasi yang mengandalkan mobilitas tinggi, setiap meriam atau kanon di kapal perang dan ranpur (kendaraan tempur) membutuhkan perangkat untuk menstabilkan posisi laras ke arah sasaran. Maklum saja, di tengah laut yang bergelombang, kapal perang dituntut suatu waktu untuk melakukan tembakan ke sasaran secara presisi, begitu pun dengan tank dan panser, upaya penembakan sembari kendaraan melaju mutlak dilakukan dalam situasi tertentu. Dan tanpa dukungan perangkat yang disebut giroskop semua itu rasanya amat sulit dilakukan.
Baca juga: Pernah Menarik Perhatian, Apa Kabar Rudal Sea Cat Dislitbangal?
Giroskop pun bukan barang baru dalam dunia alutsista, di era Perang Dunia II, giroskop dengan sistem kerja mekanis sudah lazim disematkan pada kapal perang. Persisnya giroskop adalah perangkat untuk mengukur atau mempertahankan orientasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut. Dan pada jaman now, umumnya penggunaan giroskop dikombinasikan dengan laser range finder untuk menghitung jarak ke sasaran, yang kemuanya diolah lewat sistem berbasis komputer.
Dan terasa terlewatkan, belum lama berselang justru Tim Mahasiswa Teknik Fisika dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) telah berhasil merilis prototipe giroskop militer, dan yang dirilis bukan sembarang giroskop, melainkan giroskop dengan basis fiber optic (serat optik) yang diberi label G-Fortar (Gyroscop for Military).
Dikutip dari itb.ac.id (31/7/2017), G-Fortar yang menggunakan teknologi inferometer optik disebut-sebut sebagai ciptaan pertama yang dibuat di Indonesia. Diantara komponen utama G-Fortar ada sebuah sistem navigasi inersial yang didalamnya terdapat suatu sensor kecepatan sudut. Sensor yang disebut giroskop ini memegang peranan penting dalam mengukur dan mempertahankan orientasi perangkat berdasarkan prinsip-prinsip momentum sudut.
Dalam dunia militer, giroskop yang banyak dipakai ialah giroskop berjenis serat optik. Giroskop dengan jenis ini banyak dipilih sebab memiliki banyak kelebihan dibandingkan giroskop solid-state yang lain. Dalam terminologi di dunia persenjataan kapal perang, teknologi ini disebut fiberoptic gyro weapon stabilization system.
G-Fortar berdiameter 15 cm yang memanfaatkan efek Sagnac dan interferensi gelombang cahaya untuk mendeteksi kecepatan sudut perangkat alutsista. Dengan memanfaatkan gelombang cahaya, giroskop ini diharapkan menjadi lebih efisien dan lebih presisi dibandingkan giroskop mekanik. Perangkat keras giroskop mengukur kecepatan angular perangkat dengan memanfaatkan interferensi gelombang cahaya. Hasil pembacaan giroskop ini kemudian dimasukkan ke dalam perangkat lunak Kalman filter untuk diolah sinyalnya. Pengolahan sinyal ini berfungsi mereduksi galat sehingga bacaan giroskop lebih akurat.
Sayangnya sampai hari ini 100 persen giroskop yang dimiliki oleh Indonesia masih berasal dari jalur impor, hal ini disebabkan belum menjamurnya pabrik serat optik di Indonesia. Padahal komponen ini merupakan komponen utama pada giroskop jenis serat optik yang banyak digunakan dalam dunia militer.
Untuk adopsi pada alutsista di dalam negeri, nampaknya para kreator dari ITB ini masih harus berjuang keras. Ada sejumlah tantangan yang masih menghadang dalam pengembangan G-Fortar lebih lanjut, seperti komponen-komponennya yang belum dapat diproduksi oleh Indonesia secara independen.
Kedepan ukuran giroskop ini masih bisa dipekerkecil lagi dengan menghilangkan selubung pelindung seratnya. Dengan diameter 15 cm, G-Fortar masih tergolong cukup besar dibandingkan giroskop serat optik komersial di luar negeri. Ukuran giroskop yang lebih kecil tentu akan lebih mudah disematkan dalam instalasi di berbagai perangkat tempur. (Bayu Pamungkas)
semoga riset & pengembangannya lancar, kelak bisa jadi model utk prototype kontrol senjata udara, NC212, CN235, C295 + C130 varian sepuh bisa dibuat percobaan ala spectre atau utk heli gunship.
Cm meniru apa yg dah ada bkn inovasi tekhnologi baru. Dikembangin lg jg percuma keburu usang dah ada tekhnologi pengganti baruny.
Tapi lumayan buat stabilizer meriam CSE 90LP Badak, supaya bisa fire on move. Juga buat RCWS karena RCWS buatan Indonesia masih belum stabilized.
Bakwan…
Keburu usang ? anda ini merendahkan sekali kreatifitas putra-putri bangsa, bahkan BPPT pun pernah melakukan penelitian tentang teknologi giroskop serat optik ini tetapi tak ada hasilnya, dan anda juga harus tahu sampai saat ini kebutuhan giroskop untuk TNI 100% masih mengandalkan import, kreatifitas dari putra-putri ITB ini layak diapresiasi walaupun ada dukungan dari PT. Telkom, untuk saat ini dan yg akan datang kebutuhan giroskop ini masih akan tetap diandalkan, yg terpenting jangan berhenti sebatas pada prototipe saja, harus terus mendapat dukungan dari semua pihak agar bisa berkembang lebih lanjut, terutama komponen2 terkait yg berpotensi mampu diproduksi didalam negeri…
Teknologi gyro serat optik sampai 20 th ke depan blm usang, yg usang hanya software nya. Krn serat optik sebagai sensor. Kl mau tahu risetnya datang ke lab optoelectronic ITB
Trus sempurnakan… Jng puas mentok jd prototipe…
Ayo TNI dukunglah kemandirian bangsa…