Update Drone KamikazeKlik di Atas

Floating Decoy System: Kecoh Serangan Rudal Anti Kapal dengan Teknologi Reflektor

Bagi sebuah kapal perang, mengetahui keberadaan lawan dan kemampuan memberikan reaksi atas serangan yang diarahkan adalah kunci utama dalam setiap misi tempur. Semisal dalam peran anti serangan udara yang dikumandangkan oleh komandan, maka selain awak mempersiapkan alutsista hanud (pertahanan udara), dari Pusat Informasi Tempur (PIT) juga dilakukan upaya penangkalan datangnya serangan rudal anti kapal yang dilepaskan pesawat tempur lawan.

 Video: Penembakkan Kanon CIWS Type 730 dan Chaff dari KRI Sultan Thaha Syaifuddin 3

Upaya konvensional untuk menghadang serangan rudal anti kapal umumnya mengedepankan peran chaff dan flare yang diluncurkan via roket. Flare digadang untuk menghadang terjangan rudal dengan pemandu infra red, sementara chaff diandalkan sebagai penghadang rudal anti kapal yang berpemandu radar atau frekuensi radio.

Penggunaan chaff dan flare sampai saat ini masih menempati porsi di banyak kapal perang. Namun seiring meningkatnya ancaman, terutama dengan kemajuan sistem seeker pada rudal anti kapal, maka upaya penangkalan perlu dilakukan lebih ekstra.

Seperti AL Kerajaan Inggris (Royal Navy) yang sejak tahun 2006 menggunakan solusi yang disebut Floating Decoy System (FDS). Dan baru-baru FDS3 dipamerkan oleh IrvinGQ pada ajang pameran pertahanan IDEX2019 di Uni Emirat Arab. FDS berbeda dengan konsep pada chaff dan flare, dimana FDS sejatinya adalah sistem reflektor pasif yang mengambang di permukaan air. Beberapa kapal perusak Inggris mengandalkan FDS untuk mengahadapi serangan rudal yang dibimbing dengan frekuensi radio.

Dalam operasinya FDS akan membuat gangguan dan ‘membingungkan’ sistem pemandu pada rudal, terutama dengan menciptakan ‘bayangan’ sosok kapal yang diterjemahkan sebagai sasaran oleh rudal, sehingga rudal menyasar ke target yang keliru, atau mengarah langsung ke FDS. Multi reflektor pada FDS mencakup mewujudkan ‘citra’ kapal perang yang lebih besar dari sebenarnya, ini berkat dukungan teknologi Radar Cross Section (RCS).

FDS dikemas dalam tabung, dan dapat diluncurkan secara terintegrasi dari PIT, namun dapat juga FDS diluncurkan secara manual. Untuk menghadapi serangan rudal anti kapal, biasanya tabung FDS dihadirkan secara berpasangan. FDS sejak diluncurkan dan mengembang layaknya sebuah balon, tidak memerlukan pasokan tenaga dari kapal perang. Semua dilakukan secara mekanis dan tak diperkukan pengaturan apa pun setelah FDS diluncurkan.

Baca juga: Roket Flare di Kubah Bofors 57mm MK1, Perisai Anti Serangan Udara di KCR Mandau Class TNI AL

Bentuk perlidungan dari FDS mencakup 360 derajat, karena merupakan sistem yang stand alone, FDS efektif diluncurkan dalam berbagai kondisi gelombang laut. Selain AL Inggris, pengguna FDS adalah AL Amerika Serikat, AL Kanada, dan AL Selandia Baru. (Gilang Perdana)

One Comment