Update Drone KamikazeKlik di Atas

F-15SG (Strike Eagle Singapore) – Profil Jet Tempur Multirole Tercanggih di Asia Tenggara

Meski bukan jenis alutsista baru, namun Boeing F-15SG (Strike Eagle Singapore) milik Angkatan Udara Singapura yang didapuk sebagai penempur tercanggih di kawasan Asia Tenggara, kembali menjadi topik perbincangan, terutama setelah tersiar kabar rencana penempatan 12 unit F-15SG di Pangkalan Udara (Lanud) Andersen, Guam, beserta dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur guna memperkuat komposisi aliansi pertahanan sokongan AS di Indo Pasifik.

Baca juga: Jadi Postur Kekuatan Udara Sekutu di Pasifik, 12 Jet Tempur F-15SG Singapura Bakal ‘Menetap’ di Lanud Andersen Guam

Sebelum tibanya jet tempur F-35B pesanan Kementerian Pertahanan Singapura pada tahun 2026, maka pamor F-15SG akan terus disorot sebagai penempur tercanggin di kawasan.

Merujuk ke sejarahnya, F-15SG didatangkan lewat program Next Generation Fighter (NGF) sebagai pengganti dari A-4SU Super Skyhawk yang telah dipensiunkan. Sebagai kompetitor dalam program NGF adalah Dassault Aviation Rafale dari Perancis.

Setelah menolak tawaran Dassaut Aviation, kemudian pada Desember 2005, Pemerintah Singapura menandatangani kontrak US$1,6 miliar dengan Boeing untuk 12 unit F-15SG. Unit perdana F-15SG pertama diluncurkan pada November 2008 dan dikirim ke Singapura pada Mei 2009.

Kementerian Pertahanan Singapura memesan empat F-15SG tambahan dan melaksanakan opsi untuk delapan pesawat lagi pada bulan Oktober 2007. Angkatan Udara mendeklarasikan kemampuan operasional penuh (full operational capability) armada F-15SG pada September 2013. Gelombang terakhir yang terdiri dari delapan pesawat tempur dikirimkan antara awal 2016 dan Juli 2017. Angkatan Udara Singapura menempatkan 24 unit F-15SG di Lanud Paya Lebar.

Untuk mempersenjatai F-15SG, Pemerintah Singapura pada April 2013 menandatangani perjanjian foreign military sales (FMS) untuk 100 unit rudal AIM-120C7 advanced medium-range air-to-air missiles (AMRAAM).

Tidak itu saja, Pentagon juga menyetujui FMS yang terdiri dari bom berpemandu laser (laser-guided bombs/LGB) GBU-10 Paveway II senilai US$415 juta, LGB GBU-12 Paveway II, dan FMU-152 atau FMU-139D/B kepada Pemerintah Singapura untuk mendukung detasemen pelatihan Peace Carvin V F-15SG pada November 2017.

AIM-120 AMRAAM terpadang di jet tempur F-15SG Singapura.

F-15SG dilengkapi dengan kursi ganda yang kompatibel dengan night vision goggle (NVG) untuk memaksimalkan keselamatan penerbangan. Tampilan joint helmet-mounted cueing system (JHMCS) dipasang pada helm pilot F-15SG untuk memberikan kesadaran situasional berkelanjutan baik dalam kondisi siang maupun malam.

Sebagai jet tempur multirole, F-15SG memiliki 15 stasiun senjata untuk membawa berbagai senjata konvensional dan presisi berdasarkan kebutuhan misi. Pesawat ini dapat dipersenjatai dengan delapan rudal udara-ke-udara AIM-120 atau AIM-9X ketika digunakan dalam misi serangan udara-ke-udara dan bom berpemandu laser atau rudal udara-ke-permukaan Maverick. Secara keseluruhan, F-15SG memiliki kapasitas payload 10.432 kg.

Lockheed Martin Sniper XR pod and Infrared Search and Track (IRST) under F-15SG (photo : Sina)

Sebagai senjata internal, F-15SG dibekali kanon Gatling 20 mm General Dynamics M61A1 yang ada di sayap kanan. Kanon ini dapat menembakkan hingga 6.000 peluru per menit, senjata ini menawarkan peningkatan daya tembak dan tingkat kematian maksimum terhadap target udara dan permukaan.

Sebegai penempur terdepan di Asia Tenggara, F-15SG sudah terlahir dengan perangkat peperangan elektronik (EW) onboard, yang terdiri dari jammer radar, penerima peringatan radar, dan dispenser flare/chaff, menawarkan kemampuan pertahanan terhadap ancaman yang dipandu radar.

F-15SG sudah menggunakan Link-16 datalink untuk bertukar informasi target dengan pesawat lain guna meningkatkan kesadaran situasional di medan perang dengan mengurangi penargetan ganda. Seperti halnya Sukhoi series, F-15SG juga dapat dilengkapi pod infrared search and track (IRST)untuk mendeteksi dan melacak pesawat jet, helikopter, dan target lain dengan radiasi inframerah.

Secara opsional, F-15SG dapat dipasangi targeting pod AN/AAQ-33 Sniper generasi ketiga yang dikembangkan oleh Lockheed Martin dan dilengkapi dengan pelacak titik laser dan kamera FLIR memberikan kemampuan penampakan, deteksi, dan pelacakan target.

Dapur pacu F-15SG ditenagai oleh sepasang mesin turbofan General Electric F110-GE-129C, yang masing-masing menghasilkan daya dorong sebesar 29.000 pon. Pemerintah Singapura memesan 12 mesin F110-GE-129C pertama dari General Electric pada bulan Desember 2005 dan 12 mesin tambahan pada bulan Oktober 2007.

AU Singapura dan Boeing Perpanjang Kontrak Perawatan F-15SG untuk 10 Tahun ke Depan

F-15SG mampu melesat lebih dari Mach 2,5 dan beroperasi pada ketinggian 19,800 meter. F-15SG pada dasarnya adalah varian dari F-15E Strike Eagle dan memiliki konfigurasi yang mirip dengan F-15K yang dijual ke Korea Selatan, tetapi berbeda dalam penambahan radar active electronically scanned array (AESA) APG-63 (V) 3 yang dikembangkan oleh Raytheon. (Gilang Perdana)

One Comment