F-15 Global Strike Eagle – Jet Tempur Tanpa Awak Peluncur Rudal Balistik ke Orbit Rendah Bumi
Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa jet tempur super kondang F-15 Eagle ternyata pernah dirancang out of the box oleh pabriknya. Persisnya pada tahun 2006, Boeing pernah mengusulkan desain F-15 Global Strike Eagle (GSE), yakni varian tanpa awak yang digadang sebagai peluncur rudal udara dengan launch vehicle mounted dorsally.
F-15 GSE dirancang dari basis F-15E Strike Eagle, varian penempur tandem seat yang punya peran ganda, yakni untuk penyerangan target udara dan target permukaan. Seperti yang dijelaskan Tony R. Landis dalam artikel Air Force Materiel Command History Office: F-15 Global Strike Eagle Paths, konsep tersebut mengusulkan F-15 GSE sebagai demonstrasi berbiaya rendah dari kemampuan serangan global yang memanfaatkan berbagai amunisi termasuk Common Aero Vehicle (CAV) yang kurang dikenal.
CAV didefinisikan sebagai wahan rudal hipersonik yang dapat bermanuver dan memiliki kemampuan mengeluarkan berbagai muatan di dalam atmosfer. Konsep CAV akhirnya digabungkan dengan proyek Air Force/DARPA Falcon.
CAV prinsipnya akan menyediakan kemampuan peluncuran satelit mikro atau mikrosat di orbit rendah Bumi. Bila konsep CAV berjalan, maka nantinya dimungkinkan bagi F-15 GSE dapat meluncurkan muatan rudal balistik ke orbit.
Launch vehicle (LV) CAV tidak dipasang di bawah sayap atau di bawah bodi pesawat, melainkan LV dipindahkan ke atas F-15E yang memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dan kapasitas muatan yang lebih besar. Seperti yang diusulkan, F-15E GSE hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk memperkuat struktur badan pesawat bagian atas untuk tiang rudal yang dipasang di atas, mesin Pratt & Whitney F100-229 yang ditingkatkan dan profil kanopi belakang yang lebih rendah.
Demi keselamatan, Angkatan Udara akan melakukan misi peluncuran udara tanpa awak, tetapi pesawat tetap memiliki kemampuan berawak untuk misi ferry flight. Sistem LV yang besar akan mengganggu kemampuan ejeksi pilot dan karenanya membutuhkan misi tak berawak. Perangkat lunak kontrol penerbangan yang ada dari sistem Unmanned Air Vehicle (UAV) terbaru akan digunakan untuk memungkinkan operasi tanpa awak.
CAV pada F-15 GSE memanfaatkan solid rocket motors (SRM) untuk mengurangi biaya, waktu dan kompleksitas. Termasuk di antara tahapan booster adalah paket kontrol dan komunikasi avionik, sistem penggerak elektro mekanis, baterai, sistem pemisahan, dan sistem penghentian penerbangan.
Menurut Alert5.com, CAV yang diusulkan terdiri dari komponen off-the-shelf seperti roket SR-19, tahap kedua roket Minutemen II yang digunakan sebagai tahap pertama kendaraan peluncuran. Tahap kedua kendaraan peluncuran akan menggunakan Orion 50XL, sedangkan tahap ketiga menggunakan Orion 38, keduanya dari sistem peluncuran Pegasus XL.
Namun, pada akhirnya Angkatan Udara AS memilih untuk tidak menggarap konsep peluncuran udara yang unik ini, sebaliknya model peluncuran untuk uji coba rudal udara (hipersonik) tetap mengandalkan penggunaan Boeing B-52 Stratofortress dan B-1B Lancer. (Gilang Perdana)
Beda dg cina, pengembangan alutsista AS ccenderung sangat rahasia. Tapi bgt jadi kemampuannya teruji di lapangan. Klo cina mengumbar kemampuan lewat kertas, bgt operasional bnyak masalah, spt j-17 myanmar. Blm full operasional sdh di grounded.
Sebetulnya ini mirip dg konsep Rudal Khinzal yg notabene adalah Iskander M yg diluncurkan lewat Mig-31. Bedanya rudal balistik yg dipasang di F-15 jauh lebih besar dari Rudal Khinzal. Sebetulnya jika rudal balistik ini bisa dikembangkan untuk meluncurkan glide hipersonik, jangkauan yg ditimbulkan oleh rudal balistik tersebut bisa mencapai jarak antara 3000-5000 km, lebih jauh 1,5-2,5x dari jangkauan Khinzal.