Evaluasi Teknis Tuntas, Akuisisi Formal Pesawat Tanker TNI AU Diharapkan Pada 2020
|Meski telah direncanakan pengadaannya sejak tahun 2015 silam, sampai saat ini progress pengadaan pesawat tanker untuk TNI AU terbilang lamban, padahal Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada akhir tahun 2017 pernah menyebut jumlah empat unit pesawat tanker yang akan diakuisisi Indonesia. Meski belum ada kabar perjanjian kontrak pembelian dengan salah satu manufaktur pesawat, belum lama ini ada kabar bahwa TNI AU telah menuntaskan kajian dan evaluasi teknis untuk pengadaan pesawat tanker tersebut.
Dikutip dari Janes.com ( 25/1/2019), hasil evaluasi sesuai dugaan belakangan ini, bahwa pesawat tanker nantinya harus mampu melakukan proses aerial refueling dengan metode hose dan boom. Tentu ini mudah dipahami, lantaran pesawat tanker TNI AU nantinya dapat menyusui jenis pesawat tempur dengan hose, seperti Hawk 209 dan Sukhoi Su-27/Su-30MK2, dan pesawat tempur dengan boom seperti F-16 Fighting Falcon.
Meski belum menyebutkan merek dan tipe, hasil studi dan evaluasi teknis telah mengusulkan dua airframe dalam pengadaan ini. Studi yang dilakukan TNI AU dilaporkan telah melalui konsultasi dengan PT GMF Aeroasia, anak perusahaan PT Garuda Indonesia, yang selama ini telah mengembangkan Airbus Maintenance Platform, dimana GMF Aeroasia memberikan penyediaan layanan perawatan armada pesawat militer.
Kesimpulan dari evaluasi teknis juga mencakup persyaratan jenis serta spesifikasi pesawat dalam mendukung air refuelling. Analis militer menyebut pertimbangan dari hasil evaluasi teknis mengarah pada pilihan A330-200 MRTT (Multi Role Transport Tanker) dari Airbus dan KC-46A Pegasus dari Boeing. Meski diatas kertas kans A330 MRTT lebih besar, namun kesimpulan akhir bisa berbeda. Seperti KC-46A yang menggunakan basis Boeing 767 digadang lebih banyak bisa didarati lanud-lanud milik TNI AU.
Sementara A330-200 MRTT atau dikenal dengan kode KC-30A MRTT, kansnya cukup besar, mengingat pesawat dari platform yang sama telah digunakan oleh maskapai Garuda Indonesia, kelak elemen perawatan pesawat sedikit banyak dapat ditangani oleh pihak GMF Aeroasia. Selama ini pun, negara tetangga pengguna A330 MRTT seperti Australia dan Singapura telah intens memperkenalkan A330 MRTT kepada Indonesia.
Dalam kajian, TNI AU menjabarkan alokasi anggaran sebesar US$500 juta, dan diusulkan pengadaan program pesawa tanker dapat diambil dari kredit eskpor yang diberikan pihak luar negeri. Jika proposal yang diajukan TNI AU mendapat lampu hijau dari Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perindustrian, maka akuisisi formal pesawat tanker dapat dilakukan pada tahun 2020.
Pengadaan pesawat tanker MRTT tak hanya menawarkan konsep pesawat tanker semata. Bila merujuk ke pakem yang ada, memang pesawat tanker yang eksis di dunia juga mengemban fungsi lain, seperti angkut penumpang dan kargo. Sebut saja KC-130B Hercules TNI AU, justru perannya lebih dominan sebagai pesawat angkut kargo.
Baca juga: Selain Harga Pesawat Tanker, Biaya Air Refuelling Ternyata Juga Selangit
Pun dengan Singapura, Negara Kota ini menempatkan empat unit KC-135R tak melulu sebagai pesawat tanker, melainkan juga difungsikan sebagai pesawat angkut VIP dan angkut medis. Khusus untuk Airbus A330 MRTT, AU Singapura melalukan konfigurasi agar dimuati 266 kursi penumpang, dari konfigurasi tersebut menyiratkan Airbus A330 MRTT tak digadang melulu untuk meladeni air refueling, melainkan juga untuk angkut pasukan. (Gilang Perdana)
Kenapa TNI au tidak memasukkan a310 mrtt yg dalam hal ini Airbus bisa saja membuat atau menyesuaikan dari model acj319 neo diubah jadi konsep mrtt, itu setipe dengan KC 46 dan jelas lebih mengurangi potensi embargo
Coba jangan nyinyir dulu, cobain aja kamu naik pesawat tempur lalu masuk ke fase pengisian bahan bakar diudara.
Klo metode drouge, tentu kamu harus nguber selang pipa bahan bakar, dan ngepasin supaya pas masuk ke sedotan. Dan klo dilihat yg kerja cuma 1 orang.
Klo metode boom yg kerja pan operator dan pilot.
Seandainya si ketok ini pilot lvl 1…..
pasti kemungkinan pas isi ulang bbm yg pertama kali dia sering gagal….
Klo misal org lain seperti tukang mentung mungkin sudah lvl 10….
sudah biasa isi bbm pakai drouge😂😂
Memang sistem boom hanya bisa mengisi bahan bakar 1 pesawat, tapi metode ini punya 2 kelebihan :
1. Memungkinkan transfer rate bahan bakar yang lebih tinggi dibanding sistem hose, hal ini berguna jikalau pesawat yang akan melakukan refueling memiliki kapasitas tangki bahan bakar yang besar, misalnya : pembom, transport, ataupun AWACS.
2. Metode boom memungkinkan operator pengisian bahan bakar mengendalikan secara penuh perangkat pengisian bahan bakar, menghindari masalah bila koordinasi pilot dan operator tidak berjalan dengan baik.
Kelemahan sistem ini : posisi pesawat yg terlalu dekat dengan tanker yang bisa menimbulkan bencana fatal jika proses koordinasi refueling tidak berjalan dengan baik.
Sedangkan sistem hose (lebih tepatnya hose dan drouge) punya keuntungan :
1. Sistem pengisian yang menggunakan selang jelas lebih fleksibel, tidak terlalu terpengaruh pada gerakan vertikal dan horizontal (dalam derajat tertentu) pesawat yg menerima bahan bakar.
2. Jarak pengisian dari tanker yang lebih aman, karena selang / hose biasanya lebih panjang dari boom, sehingga bila ada masalah pada proses pengisian bahan bakar antara tanker dan pesawat penerima bahan bakar, keduanya bisa segera melakukan penghindaran .
3. Bisa diterapkan pada pesawat yang lebih kecil (buddy to buddy).
4. bisa mengisi lebih dari 1 pesawat secara bersamaan.
Kekurangannya : minimnya kontrol operator pengisian bahan bakar terhadap proses refueling, dan sepenuhnya bergantung pada keterampilan pilot yang melakukan refueling (meski bisa diatasi dengan latihan)
Tanker modern saat ini menerapkan kedua sistem pengisian bahan tersebut sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan pengguna / caln penggunanya, dengan demikian tidak harus beli 2 tanker dengan metoda yg berbeda
Yang paling penting MAINTENACE nya paling mudah dan murah
Bisa beli tapi nggak bisa merawat, sama juga bohong
A330 punya peluang. Soalnya bekas Garuda bisa dibeli. Kabarnya Garuda mau pensiunkan A330 yang versi lama…… Garuda mau beli A330 versi baru sih………
si boom yg bikin masalah, tiap refuelling cuman 1 pswt, kalo si hose bisa bersamaan 2 pswt, yg cocok MRTT walau lebih bongsor drpada pesaingnya
Ketok…….kalo artikele ndak dibaca 😂😂😂
Keduanya bisa melakukan 2 metode air refueling bro 🤷
@ketok
Walopun si boom tidak bisa merefuel scr simultan, tapi dalam satu sorti pengisian volume BBM yg dialirkan lebih cepat ketimbang pake metoda drouge&hose….dan potensi BBM yg tertinggal diboom sangat kecil kalo dibanding dg teknik D&H (selalu ada sisa BBM yg terbuang percuma krn tertinggal di selang 🙆🙆🙆)
Jadi kedua metode ini masing2 punya keunggulan&kekurangannya sendiri 🤷
betul sekali bung, versi boom lebih hemat bbm karena tidak ada yang tumpah dan pengisian sangat cepat.
Kalau Hose lebih murah, tapi hasil akhirnya ya sama saja mahal
Menurut rencana IFX juga memakai teknik Boom
Yg penting multi-fungsi peranx & bukan produk timur kw & rongsokan