DRDO Netra AEW&C Tidak Terkait Teknologi Radar AESA dari Saab
|Jelang berakhirnya periode MEF (Minimum Essential Force) II di tahun 2019, hingga kini Kementerian Pertahanan (Kemhan) belum juga diputuskan jenis pesawat AEW&C (Airborne Early Warning & Control) yang bakal diakuisisi, padahal waktu yang dibutuhkan untuk membangun platform pesawat baru AEW&C tidak bisa singkat. Dan belum lama berselang, muncul kabar bahwa Indonesia menyatakan minat pada salah satu pesawat AEW&C. Di luar prediksi, ternyata yang diminati Indonesia justru pesawat AEW&C DRDO Netra buatan India.
Baca juga: Ketika GlobalEye Memonitor Ruang Udara Indonesia
Meski belum ada kepastian dan konfirmasi atas kabar ini, namun informasi ini sejenak menggeser perkiraan para pengamat bahwa platform AEW&C yang digadang Indonesia adalah Airbus C-295 AEW&C atau Global 6000 Saab GlobalEye. Kabar ketertarikan Indonesia pada DRDO Netra AEW&C pertama kali dirilis livefistdefence.com (12/2/2017), disebutkan Indonesia adalah negara pertama yang menyatakan minatnya terhadap sistem ini. Indonesia menunjukkan ketertarikannya dengan meminta dilakukan demonstrasi sistem yang mungkin akan dilakukan di Indonesia.
Kabar tentang dunia aviasi dari India memang sedang gencar, pasalnya di Negeri Anak Benua ini tengah berlangsung ajang Pameran Dirgantara Aero India 2017, yang disebut-sebut sebagai pameran dirgantara kedua terbesar setelah Paris AirShow di Perancis. Pada artikel terahulu bahkan disebutkan keterkatikan pihak Indonesia pada LCA (Light Combat Aircraft) Tejas buatan HAL (Hindustan Aeronitics Limited).
Baca juga: HAL Tejas – Penempur Bersayap Delta, Bersiap Gantikan F-5 E/F Tiger II TNI AU
Lepas dari benar atau tidaknya rencana pengadaan DRDO Netra AEW&C, pesawat ini memang menarik perhatian dari aspek desain, terutama menggunakan jenis radar tegak, serupa yang diterapkan pada Saab Erieye (GlobaEye) dan Boeing E-7A Wedgetail. Lebih spesifik lagi, kemiripan AEW&C yang dibangun DRDO (Defence Research and Development Organisation) India, menjerus pada sistem radar Erieye yang dimiliki Saab, lantaran DRDO Netra AEW&C dipasang pada platform jet ERJ 145 buatan Embraer, manufaktur pesawat dari Brasil. Jika merujuk ke silsilahnya, Brasil adalah pengguna radar Saab Erieye, AU Brasil mengadopsi Erieye pada pesawat Embraer EMB-145, yang tak lain varian lagi dari Embraer ERJ 145.
Baca juga: E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia
Jenis radar pada DRDO Netra AEW&C juga menganut teknologi AESA (Active Electronically Scanned Array), dilengkapi kemampuan ESM (Electronic Support Measures) dan CSM (Communications Support Measures). Melihat kemiripan yang begitu mirip dengan solusi pesawat AEW&C dari Saab, maka beberapa orang ada yang bertanya, apakah ada keterkaitan antara DRDO Netra AEW&C dengan solusi AEW&C dari Saab?
Vice President Head of Communications Saab Asia Pacific, Robert Hewson menyebutkan langsung kepada Indomiliter.com, “DRDO Netra AEW&C tidak ada kaitan sama sekali dengan Saab, dan sedari awal kami tidak tahu menahu pada pengembangan AEW&C tersebut.” Berdasarkan penelurusan, DRDO Netra AEW&C kini statusnya memang sudah dioperasikan oleh AU India, sejatinya pengembangan pesawat ini masih belum tuntas sepenuhnya. Dan sampai saat ini baru India yang mengoperasikan DRDO Netra AEW&C, sementara dari pihak luar negeri, baru Indonesia yang disebut menyatakan minat.
Baca juga: Saab Tawarkan Radar Erieye AEW&C Untuk Indonesia
Sebagai perbandingan, sistem radar Saab Erieye AESA sudah dipasang di atas platform tiga pesawat sipil, Saab 340 dan Saab 2000 yang bermesin turboprop serta Embraer E145 yang bermesin jet (turbofan). Sejak masuk operasional pada tahun 1997 oleh AU Swedia, Erieye kini telah digunakan AU Thailand, Brazil, Yunani, Mexico, Pakistan, dan Uni Emirate Arab. (Haryo Adjie)
makanya dari dulu TNI selalu aneh aneh dalam hal pembelian alutsista , ga tau sistem apa yg dirunut , teknologi negara mana yg mau di TOT , pembelian alutsista dari banyak negara jadi gado gado semua alutsista nya , dan hasilnya ?
Semoga secepatnya jadi kenyataan…