Update Drone KamikazeKlik di Atas

Dilirik Sejumlah Negara, Frigat Australia HMAS Melbourne dan HMAS Newcastle Akhirnya Dibeli Chili

Usia masih terbilang muda, soal kecanggihan sistem senjata jangan ditanya, frigat Adelaide Class milik AL Australia (Royal Australian Navy) adalah salah satu kapal perang terbaik di kawasan Pasifik. Dan ketika ‘sisa’ dari dua unit kapal perang ini dipensiunkan, sontak sejumlah negara tergiur untuk memilikinya. Seandainya Indonesia masih menganut pengadaan alutsista ‘second’ seperti di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maka frigat berpeluru kendali dengan bobot 4.260 ton ini, mungkin juga akan dilirik, terlebih Indonesia pada dekade 80-an juga pernah menerima kapal perang dari Australia.

Baca juga: Attack Class – From Australia to Satrol Armabar TNI AL

Adelaide Class terdiri dari enam unit, dimana empat unit – HMAS Adelaide, HMAS Canberra, HMAS Sydney dan HMAS Darwin, dibuat di Amerika Serikat oleh Todd Pacific Shipyards di Seattle. Keempat kapal perang non aktif sejak periode 2008 – 2017 dan tak dijual ke pihak lain. Keempat Adelaide Class batch pertama ini sudah didatangkan sejak awal dekade 80-an.

Namun dua unit terakhir Adelaide Class – HMAS Melbourne (05) dan HMAS Newcastle (06), adalah pengadaan yang relatif baru pada periode 1992 – 1993. Dan kedua kapal dibangun di Australia oleh AMECON di Williamstown.

Dan HMAS Melbourne dan HMAS Newcastle inilah yang kemudian pensiun dini dan jadi rebutan sejumlah negara. HMAS Newscatle resmi purna tugas pada 30 Juni 2019, menyusul HMAS Melbourne pada 26 Oktober 2019. Dikutip dari navyrecognition (21/4/2020), sejumlah negara sejak 2017 sudah mulai melakukan pendekatan untuk bisa membeli kedua kapal, yaitu Yunani dan Polandia. Tapi justru kemudian yang berhasil ‘meminang’ frigat idaman ini adalah Chili, salah satu negara yang lumayan makmur di Amerika Selatan.

Kedua kapal dibeli di bawah program Puente IV, dan kini telah berganti nama, HMAS Melbourne menjadi “Almirante Latorre” dan HMAS Newcastle menjadi “Capitan Prat.” Pada 15 April 2020, dilakukan upacara pelepasan HMAS Melbourne dan HMAS Newcastle di Lanal Watson, Sydney, untuk selanjutkan kedua kapal akan dilayarkan menuju Chili. Sementara itu, tanggal kedatangan kedua frigat masih belum diketahui, lantaran pada 31 Maret, virus corona terdeteksi pada 15 kru Chili yang tiba di Australia, dan saat ini Lanal Watson ditutup untuk karantina.

Kedua frigat bekas pakai ini punya kelengkapan sensor dan persenjataan yang jauh di atas kemampuan rata-rara kapal perang TNI AL. Kapal perang dengan panjang 138,1 meter dan lebar 13,7 meter ini dilengkapi 13 peluncur rudal anti kapal Harpoon. Sementara untuk menghadang serangan udara dari jarak menengah, frigat ini punya rudal hanud Evolved Sea Sparrow, setidaknya ada 8 cell peluncur rudal ini yang siap menjadi perisai.

Bila sasaran udara harus dihadapi dalam jarak dekat, kedua frigat masih punya satu pucuk kanon CIWS (Close In Weapon System) Phalanx kaliber 20 mm. Sesuai standar frigat pada umumnya, pada bagian haluan disematkan meriam reaksi cepat OTO Melara kaliber 76 mm.

Sebagai perlindungan jarak dekat untuk sasaran permukaan, setidaknya kedua frigat punya enam dudukan untuk senapan mesin berat kaliber 12,7 mm. Bahkan dari hasil upgrade pada dekade 90-an, kapal perang ini dilengkapi 2 pucuk senapan mesin berat 12,7 mm dalam modul Mini Typhoons RCWS (Remote Control Weapon System).

Bicara tentang aspek anti kapal selam, kedua frigat dapat membawa dua helikopter AKS Sikorsky S-70B Seahawk. Lepas dari itu, frigat yang dibangun oleh Australian Marine Engineering Consolidated ini juga punya dua peluncur torpedo Mark32 (triple tube).

Baca juga: Masih Tergolong Frigat Canggih, HMAS Melbourne 05 Lakukan Pelayaran Terakhir

Jantung sensor dan perangkat elektronik di kedua frigat terdiri dari AN/SPS-49 air search radar, AN/SPS-55 surface search and navigation radar, SPG-60 fire control radar dan AN/SQS-56 hull-mounted sonar. Dapur pacu frigat ini disokong turbin gas 2 × General Electric LM2500 yang menghasilkan tenaga 41.000 hp. Kecepatan maksimum yang dapat dijalani 29 knots dan kecepatan jelajah 20 knots, kedua frigat dapat mengarung sejauh 8.300 km.

Dengan spesifikasi dan konfigurasi persenjataan di atas, rasanya memang wajar bila kedua frigat menjadi incaran sejumlah negara. (Haryo Adjie)

8 Comments