Di Tengah Penolakan dari Karyawan, Microsoft Pasok Kacamata Tempur HoloLens Senilai US$21,9 Miliar untuk AD AS

Dengan mendapat penolakan dari sejumlah karyawannya, belum lama ini, Microsoft telah menyepakati kontrak senilai US$21,9 miliar untuk memasok kacamata tempur (combat goggles) untuk kebutuhan Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army). Kesepakatan itu dicapai meski karyawan Microsoft selama bertahun-tahun menuntut agar kesepakatan militer itu dihentikan.

Baca juga: Pasukan Infanteri Singapura Punya Helm Tempur Anyar dan New Personal Equipment

Dikutip dari interestingengineering.com (4/9/2022), AD AS telah memutuskan untuk membeli ribuan kacamata tempur HoloLens Microsoft. Sebagai tahap pertama, Microsoft akan mulai mengirimkan sekitar 5.000 unit goggle Integrated Visual Augmentation System (IVAS). Sebelumnya, pesana pertama 5.000 uniit goggle ditunda karena terkait performa yang terungkap pada Maret 2021.

Kacamata augmented reality ini yang merupakan versi modifikasi dari kacamata Microsoft HoloLens, yang memberikan pengguna “heads-up display” atau hologram yang diproyeksikan ke lingkungan mereka dan memberikan lebih banyak informasi tentang apa yang dapat mereka ‘lihat’.

Kacamata HoloLens disebutkan per unitnya berharga US$3.500, kacamata jenis ini digunakan juga digunakan oleh NASA dan di sejumlah industri, termasuk perawatan kesehatan. Selama sepuluh tahun ke depan, Angkatan Darat AS akan mengucurkan dana US$21,9 miliar untuk kacamata ini.

Microsoft HoloLens dikenal dalam pengembangan sebagai Project Baraboo. Kacamata ini berupa sepasang smartglass realitas campuran yang dikembangkan dan diproduksi oleh Microsoft. HoloLens adalah first head-mounted display yang menjalankan platform Windows Mixed Reality di bawah sistem operasi komputer Windows 10.

Kesepakatan antara Microsoft dan AD AS itu terjadi meskipun karyawan Microsoft selama bertahun-tahun menuntut agar kesepakatan militer dihentikan. Pada tahun 2018, Microsoft dan AD AS merundingkan perjanjian awal senilai $480 juta. Namun, dalam sebuah surat kepada CEO Microsoft Satya Nadella dan Presiden Microsoft Brad Smith, sekelompok karyawan Microsoft mendesak perusahaan untuk membatalkan kontrak karena teknologi tersebut akan digunakan “untuk membantu orang membunuh.”

Baca juga: L-3 Technologies F-Pano, Night Vision Goggles Terbaru untuk Pasukan Khusus

“Kami khawatir bahwa Microsoft sedang bekerja untuk menyediakan teknologi senjata kepada Militer AS, membantu pemerintah satu negara ‘meningkatkan tingkat kematian’ menggunakan alat yang kami buat,” tulis para pekerja dalam sebuah surat di Twitter. “Kami tidak mendaftar di Microsoft untuk mengembangkan senjata.” (Gilang Perdana)