Di Tangan NASA, Rudal Udara ke Udara Legendaris AIM-54 Phoenix Dipasang di F-15 Eagle

Siapa yang tak kenal dengan AIM-64 Phoenix, rudal udara ke udara jarak jauh produksi Hughes Aircraft (sekarang – Raytheon) ini begitu fenomenal debutnya pada dekade 80/90-an. Rudal ini begitu spesial, lantaran hanya mampu diluncurkan dari jet tempur F-14 Tomcat. Punya bobot mencapai 470 kg, Phoenix menjadi salah satu rudal udara ke udara terberat dan tercepat yang pernah diciptakan. Bahkan nama Phoenix begitu harum, karena mampu menyabet air-to-air kills sampai 62 kali selama Perang Iran-Irak.

Baca juga: Mengenal “Veresk” – Active Jammer Pod dari Belarusia untuk Sukhoi Series

Identik dengan jet tempur F-14 Tomcat, jelas tidak ada keterangan atau foto yang memperlihatkan rudal gambot ini digunakan oleh jet tempur lain. Namun, ternyata Badan Antarika Amerika Serikat (NASA) punya program tersendiri pada AIM-54 Phoenix. Rudal yang telah dipensiunkan dari arsenal US Navy sejak 2004 ini ternyata masih dikaryakan,

Oleh NASA, Phoenix yang punya kecepatan hingga Mach 5, didapuk sebagai hypersonic test platform atau testbed. Pengujian ini dilakukan NASA untuk mengukur kinerja wahana pada hypersonic flight, khususnya dalam hal aeorodynamic flight pada kecepatan Mach 5 atau di atasnya.

Di tangan NASA, AIM-54 Phoenix dipasang pada jet F-15D Eagle, namun bila F-14 Tomcat sanggup menggotong enam rudal Phoenix dalam sekali terbang, sebaliknya F-15 Eagle hanya ‘bisa’ membawa satu Phoenix pada central fuselage.

Dikutip dari theaviationgeekclub.com, AIM-54 Phoenix oleh NASA telah direkayasa, dimana hulu ledak telah dilepas dan digantikan oleh perangkat tracking and guidance yang bobotnya lebih ringan. Pada rudal uji ini juga dibekali beberapa instrumen untuk mengirimkan data dari pengujian aerodinamika, beberapa parameter yang yang datanya dikirim ke ground control mencakup thermal protection materials, scramjet propulsion, guidance and control, boundary layer transition dan aerodinamika saat kecepatan hipersonik.

Sekilas tentang AIM-54 Phoenix, rudal dengan panjang 4 meter ini mengandalkan pemandu semi-active dan active radar homing. Dari bobotnya yang 470 kg, 61 kg diantaranya adalah hulu ledak. Pola peledakan pada sasaran menggunakan proximity fuze, artinya tidak mengandalkan perkenaan langsung pada sasaran udara.

Ditenagai solid propellant rocket motor produksi Hercules Incorporated, Phoenix dapat melesat mengejar sasaran sampai kecepatan Mach 5. Kecepatan yang tinggi dan jarak jangkau (diperkirakan) sampai 190 km, menjadikan lawan-lawan F-14 Tomcat sulit menghindari kejaran rudal ini.

Baca juga: Dukung Proyek Gunship, PT Dirgantara Indonesia Rilis CN-235 220 Flying Test Bed

Karena dianggap telah usang dan terlalu berat, AIM-54 Phoenix telah pensiun per 30 September 2004, menyusul F-14 Tomcat yang purna tugas dari AL AS pada tahun 2006. Namun, lain halnya dengan Iran, di tangan AU Iran yang masih mengoperasikan F-14 Tomcat, rudal Phoenix masih digunakan, bahkan Iran melakukan reverse engineering dengan membuat rudal copy-an yang disebut Fakour 90. (Bayu Pamungkas)

9 Comments