Di Balik Kecanggihan F-35B Lightning II Ada Warisan Teknologi Rusia Yakovlev Yak-141
Lewat nama besar Yakovlev, Rusia punya harapan di masa mendatang untuk memproduksi kembali jet tempur dengan kemampuan VTOL (Vertical Take-off and Landing) serta STOVL (Short Take-off and Vertical Landing). Tidak sebatas VTOL/STOVL era perang dingin yang serba analog, namun mimpi Rusia adalah untuk mendingi popularitas F-35B Lightning II, yang artinya jet tempur STOVL yang punya kemampuan stealth, alias pesawat tempur generasi kelima yang kelak beroperasi dari kapal induk.
Baca juga: Yakovlev ‘Reborn’ Siap Produksi Jet Tempur VTOL dengan Kemampuan Stealth
Nun jauh sebelum F-35B hadir, Rusia kala dibawah naungan Uni Soviet telah merilis beberapa nama jet tempur dengan kemampuan ala Sea Harrier. Yang terakhir dibuat oleh Soviet adalah Yakovlev Yak-141, yang merupakan pesawat tempur supersonik VTOL/STOVL pertama di dunia yang dikembangkan pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Yak-141 adalah pesawat VTOL Soviet yang paling maju, tetapi proyek ini dibatalkan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, sebelum masuk ke fase produksi massal.
Dirancang oleh Yakovlev Design Bureau, Uni Soviet mulai mengembangkan pesawat tempur VTOL untuk menghadapi ancaman kapal induk AS. Pengalaman awal mereka adalah dengan Yak-36 dan Yak-38, pesawat VTOL pertama di dunia yang memasuki layanan militer. Pada tahun 1980, persyaratan untuk pesawat tempur VTOL generasi baru yang lebih canggih dari Yak-38 dikeluarkan. Pesawat ini diharapkan memiliki kinerja tempur yang sebanding dengan pesawat tempur konvensional.
Prototipe Yak-141 pertama kali terbang pada 9 Maret 1987 di Zhukovsky Airfield, sebuah lapangan terbang yang terletak di dekat Moskow, Rusia, yang dikenal sebagai lokasi pengujian penerbangan untuk berbagai pesawat eksperimental dan militer. Pesawat ini dirancang dengan mesin turbofan vector-thrust dan nozel yang dapat diarahkan untuk lepas landas dan mendarat secara vertikal atau pendek.
Yak-141 dirancang untuk menjadi pesawat multirole yang mampu melakukan pertempuran udara-ke-udara dan udara-ke-darat. Pada periode tahun 1989 – 1991, Yak-141 menjalani berbagai uji coba penerbangan dan pengujian kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal di kapal induk. Pada tahun 1991, salah satu prototipe mengalami kecelakaan pendaratan di kapal induk Admiral Gorshkov, menyebabkan kebakaran yang merusak pesawat.
Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, menyebabkan pengurangan drastis dalam anggaran militer dan proyek-proyek pengembangan pesawat tempur. Proyek Yak-141 terpengaruh secara signifikan oleh krisis ekonomi. Dan satu tahun kemudian, proyek Yak-141 secara resmi dihentikan karena kekurangan dana dan minat dari militer Rusia.
Kerja sama dengan Lockheed Martin
Seperti sebuah anomali, kerja sama antara Yakovlev dan Lockheed Martin dalam pengembangan Yak-141 memang terjadi, meskipun terkesan tidak biasa mengingat konteks Perang Dingin. Selama Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah musuh ideologis dan militer. Namun, ketika Uni Soviet mulai runtuh pada awal 1990-an, kondisi ekonomi yang sulit mendorong pembukaan hubungan dengan perusahaan Barat.
Pada tahun 1991, Uni Soviet runtuh dan negara-negara bekas Soviet mengalami kesulitan ekonomi yang parah. Banyak perusahaan dan biro desain militer Soviet, termasuk Yakovlev, mencari cara untuk mendapatkan dana agar bisa melanjutkan pengembangan dan produksi mereka. Untuk itu, Yakovlev mulai mencari mitra internasional untuk mendanai proyek Yak-141. Lockheed Martin, yang tertarik pada teknologi V/STOL (Vertical/Short Take-Off and Landing) dari Yak-141, melihat kesempatan ini sebagai cara untuk mempelajari teknologi tersebut.
Lockheed Martin menyetujui kesepakatan dengan Yakovlev pada tahun 1991 untuk memberikan dana dan dukungan teknis untuk proyek Yak-141. Sebagai imbalannya, Lockheed Martin mendapatkan akses ke data teknis dan pengalaman yang dapat digunakan dalam pengembangan pesawat V/STOL mereka sendiri.
Pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari kerja sama ini berkontribusi pada pengembangan pesawat V/STOL generasi berikutnya oleh Lockheed Martin, termasuk pada F-35B Lightning II.
Dari spesifikasi, Yak-141 punya panjang 18,36 meter, Lebar sayap 10,10 meter dan tinggi 5 meter. Pesawat dengan label NATO “Freestyle” ini punya berat kosong 11.650 kg dan berat maksimum lepas landas: 19.500 kg.
Yak-141 disokong mesin utama: 1 x R-79V-300 afterburning turbofan dengan daya dorong maksimum 108 kN (24.300 lbf) dengan afterburner, kemudian ada mesin pengangkat: 2 x RD-41 lift jet dengan daya dorong masing-masing 40,2 kN (9.000 lbf). Yak-141 punya kecepatan maksimum Mach 1.7 dan jarak jangkauan: 1.400 km. Ketinggian terbang maksimum 15.000 meter.
Yak-141 dipersenjatai kanon 1 x 30 mm GSh-30-1dengan 120 peluru, dan terdapat 4 hardpoints pada sayap untuk membawa berbagai kombinasi senjata, termasuk rudal udara-ke-udara seperti R-73, rudal udara-ke-permukaan dan berbagai jenis bom. (Gilang Perdana)
Hanya di F-35B Lightning II, Sistem Auto Eject yang Mampu Lontarkan Pilot Secara Otomatis
dan Rusiapun (Soviet) sebenarnya terinspirasi dari Indonesia oleh kedekatan romantis dengan Uni Soviet dulu, Indonesia sejak awal punya ide hebat memiliki kapal yang bisa terbang, makanya disini disebut kapal terbang yg belum terpikirkan oleh negara manapun didunia.
Salah satu kelemahan Russia. Menganggap temuan sendiri gk penting. Pada akhirnya menyesal sendiri ketika di kembangkan negara lain.