Cina Kembangkan Drone Kombatan Rainbow CH-5 Jadi Drone Intai Maritim
|Raibow CH-5 sudah dikenal sebagai salah satu drone kombatan (UCAV) yang dioperasikan militer Cina. Dibandingkan drone kombatan Cina lainnya, CH-5 yang terbang perdana pada Agustus 2015 punya kualifikasi sebagai drone HALE (High Altitude Long Endurance) dengan kemampuan membawa payload sampai 1 ton. Dan lama tak terdengar debut drone bermesin propeller ini, ada kabar bahwa CH-5 varian maritim telah sukses terbang perdana.
Baca juga: MQ-9 Guardian – Varian Drone “Reaper” Spesialis Misi Intai Maritim
Dikutip dari GlobalTimes.cn (16/7/2020), disebutkan CH-5 varian maritim telah berhasil melakukan terbang perdana. Dalam uji terbang perdana, CH-5 sukses melakukan tahapan uji koneksi data untuk operasional sistem radar. Sementara fase uji berikutnya adalah menerbangkan drone di kawasan oceanic (laut) secara intensif.
CH-5 varian standar dengan bobot maksimum saat tinggal landas 3 ton, mampu membawa 16 rudal udara ke permukaan di bawah sayapnya. Dibandingkan dengan CH-5 varian standar, CH-5 varian maritim memiliki daya tahan yang lebih baik untuk menghadapi situasi suhu tinggi, lembab, dan berkabut di laut. Kemudian, CH-5 varian maritim juga dibekali perangkat sensor tambahan berbentuk belly dome.
Meski tidak disebutkan apa isi di dalam dome tersebut, pihak pengembang, China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) menyebut bila sensor tambahan yang dibawa drone ini bisa terdiri dari radar pengendali tembakan, perangkat photoelectric dan perangkat countermeasures.
Sejauh ini pihak CASC belum mengungkap jenis dapur pacu pada CH-5, hanya disebut CH-5 mengadopsi mesin piston turbo. Adopsi CH-5 sebagai drone intai maritim cukup tepat, lantaran dari spesifikasi, CH-5 dapat terbang terus-menerus selama 60 jam dan punya jarak jelajah hingga 10.000 km dengan kendali NLoS. Kabarnya CASC tengah mengembangkan block pengembangan terbaru CH-5 agar punya endurance selama 120 jam. Ketinggian terbang yang dapat dicapai CH-5 yaitu 9 km.
Ini bukan pertama kali Cina menggarap drone HALE untuk tugas intai maritim, sebelumnya sudah beroperasi Harbin BZK-005 yang kerap meronda kawasan Laut Cina Selatan. Harbin BZK-005 dapat dengan tenang memantau setiap pergerakkan di permukaan dari ketinggian 8 km.
Baca juga: Harbin BZK-005 – Drone Pengintai Andalan Militer Cina di Laut Cina Selatan
Waktu yang dibutuhkan untuk misi mata-mata, yakni lebih dari 48 jam. Bobot maksimum saat take-off mencapai 1,25 ton. Dengan basis mesin propeller drone ini punya kecepatan jelajah 150 – 180 km per jam. Meski bisa melayang di ketinggian 8 km, ketinggian jelajah BZK-005 ada di level 5.000 – 7.000 meter. Untuk kapasitas payload drone ini masih di bawah CH-5, yaitu 150 kg. (Gilang Perdana)
Kita sudah punya elang hitam.. tinggal upgrade” sesuai dengan kebutuhan mau intai maritim maupun serang… Beli teknologi Turki aja dimana teknologi drone” mereka sudah botol pulpen.. sesama negara mayoritas muslim harus bekerja sama 🙂
ini pasti buat nenggelemin kapal induknya amerikaa,,
wwaaaaaaaoooo dong…
Belum sempat buat nembak kapal induk tuh UAV udah jatuh duluan kena laser Dhek.
Laser yg mana tong???? Emang secepat apa laser bisa nembus plat baja, emang sekuat apa daya dorog laser???? Mau aje loe dikibulin, us aja masih ragu kok, di industri aja laser yg digunakan untuk membelah play baja butuh jarak yg sangat dekat untuk bisa membelah benda keras, semakin jauh objek akan membuat daya bakar laser berkurang’ sinar ya sampai2 aja tp gimana daya bakar nya untuk membakar objek kiloan meter???? ente update teknologinya terus ente besar2in seolah olah teknologi ampuh tuk hadapi rudal hipersonic tp gk mikir keefektifan cara kerjanya,,,dasar fans boyyyy 🤧😂🤣😂🤣😂🤣
Cukup aneh untuk drone dg sebutan UAV HALE tapi ketinggian yg bisa dicapai cuman 8-9 km
9 km kurang lbh 29k ft, setara dgn ketinggian jelajah boeing 737 atau airbus A320
Biasanya untuk wahana udara dg kategori HALE memiliki batas minimal ketinggian diatas 15 km. Contohnya Global Hawk. Jadi bukan semata-mata mampu terbang lebih dari 24 jam nonstop saja.
Gak usah heran dng spek barang china mbah. Itulah kejelian China dlm promosi barangnya. Menampilkan vitur yg banyak dan spek yg tinggi, tp realnya gak spt yg tersurat, malah kemampuannya tdk sesuai spek. Masa yg beginian aja masih dipertanyakan mbah. Jng kelamaan dowgrade mbah. Nanti bisa malfunction.
Justru trobosan vitur barunya itu lho yg perlu mendapat perhatian. Apalagi nanti klo dilempar kepasaran, dng vitur hampir selengkap global hawk tp harga sangat jauh lebih murah, pastinya banyak yg lirik. Buktinya TNI aja beli punya China, klo beli punya AS, sdh lah mahal blom tentu dpt ijin beli. Sampe disini sdh bisa paham ya mbah.?
Yup benar guru kencing berdiri murid kencing berlari
(Mig-25)
Ini alutsista Dhek, bukan mobil atau HP. Alutsista kualitas rendah gampang rontok dipake perang. Makanya beli seken gpp asal bagus dan Battle proven. Aneh aja itu udah ada Elang Hitam kok beli punya China juga. Emangnya mau tuh Alutsista gampang mogok kayak Zhongtong bus buat Trans Jakarta?
Mau itu alutsista, atau hp, atau mobil sejalipun mbah. Msh ingat Main Battle Tank terbaru mereka, ZTZ-96B.? Yg rontok saat mengikuti Tank Biathlon. Rudal yg delay saat pak jokowi tekan tombol.? Meriam Giant Bow buatan China yg tewaskan prajurit TNI.? Jd sdh gak heran klo speknya dewa tp kualitas kacrut.
Itu saya bilang jng terlalu lama terdowngrade mbah, malah ngikuti ritme murid2mu yg kualitas komennya banyak bohongnya, tanpa ada sumbernya yg sahih.
Tp tdk semua kualitasnya kacrut jg mbah. Paling tdk rudal Silkworm china pernah bettel prupen.
Ya, untuk yg ini ane setuju. Yah tapi itu bukan berarti pantas diakuisisi sama Indonesia. Kasihan lah para prajurit.
sepertinya bentar lg bakalan di protes dari yg cuma bisa bikin martabak telor😂😂😂😂
Betul sesuai perkiraan ente bung. Tp yg ini keburu suhu mereka duluan yg protes.
🤣🤣🤣🤣