Chiron: “Paket” Rudal VSHORAD Pada Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU
Meski sampai saat ini sosoknya belum pernah terlihat di publik, namun kabar keberadaan rudal MANPADS VSHORAD (Very Short Range Air Defence) Chiron dalam arsenal Denhanud (Detasemen Pertahanan Udara) Paskhas marak jadi bahan perbincangan. Dalam beberapa pemberitaan, disebut rudal buatan Korea ini menjadi satu paket terintegrasi pada sistem senjata PSU (Penangkis Serangan Udara) Oerlikon Skyshield.
Baca juga: Oerlikon Skyshield 35mm – Perisai Reaksi Cepat Pangkalan Udara TNI AU
Bila merujuk ke situs resmi Rheinmetall Defence selaku manufaktur Oerlikon Skyshield, dan situs LIG Nex1, tidak muncul informasi yang mengaitkan antara kedua sistem senjata anti serangan udara tersebut. Hanya saja pihak Rheinmetall menyebut Oerlikon Skyshield dapat terintegrasi dengan peluncur rudal VSHORAD. Namun rujukan dari situs militer deagel.com dan Wikipedia secara tegas menginformasikan keberadaan rudal Chiron (Shingung), yang disebut mulai memperkuat Paskhas TNI AU sejak tahun 2014. Adanya Chiron seolah menjadi pengimbang rudal QW-3 buatan Norinco, Cina, yang juga menyandang predikat rudal MANPADS.
Baca juga: QW-3 – Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU
Baca juga: Arhanud TNI AD Lirik Rudal MANPADS QW-3
Dari segi gelar operasi, Chiron mirip dengan rudal Mistral buatan MBDA dan Saab RBS-70, yakni diusung menggunakan media tripod. Meski tak begitu populer, Chiron juga dibuat dengan varian multi laucher system yang dikendalikan secara remote. Untuk versi single dan double launcher, Chiron ditembakkan secara manual, tak ada bedanya dengan rudal QW-3. Kemudian bagaimana kaitan antara Chiron dan sistem Oerlikon Skyshield?
Bila dicermati, koneksi diantara keduanya lebih mengedepankan pada elemen komunikasi, satuan tembak Chiron memanfaatkan informasi yang disalurkan dari Command Post Skyshield. Sebagai informasi Command Post menaungi sistem penembakkan kanon dan monitoring radar. Unit sensor radar Skyshield terbilang canggih, yakni menyediakan kemampuan pencarian, akusisi, penjejakan dan penindakan sasaran, kemudian mengirimkannya ke sistem kendali penembakan untuk memberikan solusi penembakan berdasarkan sejumlah parameter data yang dihasilkan unit sensor.
Sistem yang terpasang di modul radar terdiri dari radar pencari, radar penjejak, dan sensor elektro optik untuk menjejak sasaran. Radar pencari berbentuk kotak dan beroperasi pada i-band di frekuensi 8,6 – 9,5 Ghz, berputar dengan kecepatan 40 kali per menit dan memiliki moda gelombang penjejak 2D atau 3D sesuai kebutuhan. Sistem radar pencari dihubungkan dengan modul IFF (identification friend or foe) untuk dapat mengenali target di udara. Kemampuan menjejak sasaran dibagi dalam dua radius: 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20 kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Pemancaran gelombang radar dilengkapi moda burst untuk mencegah jamming, plus modul ECCM (electronic counter measure) untuk menghadapi situasi perang elektronik. Sejatinya pola konektvitas antara Chiron dan radar di sistem Skyshield mirip dengan konektivitas data antara rudal QW-3 dan radar intai Smart Hunter. Jalur komunikasi yang dipilih bisa menggunakan wireline atau wireless.
Baca juga: TH-5711 Smart Hunter – Radar Pemandu Rudal Paskhas TNI AU
Rudal Chiron termasuk salah satu rudal generasi terbaru di kelasnya yang dikembangkan lembaga riset Korsel selama lebih dari delapan tahun, diproduksi oleh LIG Next1, salah satu anak perusahaan LG Corporation. Pengembangan rudal ini berdekatan dengan proyek rudal Grom dari Polandia. Pada awalnya Korea Selatan merintis pengembangan rudal panggul pada tahun 1995 oleh badan penelitian pertahanan pemerintah dengan anggaran 71 juta dollar dengan nama proyek KP-SAM (Korean Portable Surface-to-Air Missile) Shingung.
Baca juga: Grom – Rudal Utama Arhanud TNI AD
Baca juga: Strela – Si Pemburu Panas Andalan Parchim dan Korps Marinir TNI AL
Pada tahun 2003 Korsel menerima pengiriman rudal panggul Igla dari Rusia sebagai bagian dari pembayaran hutang Rusia. Fase produksi rudal dimulai pada tahun 2004 dan penggelaran operasional dilakukan pada September 2005. AD Korea Selatan memesan sebanyak dua ribu unit rudal. Sebagai komponennya, sensor pengindra inframerah dipasok pabrik LOMO Rusia sedangkan sistem kendali, motor roket dan hulu ledak dikembangkan sendiri oleh Korsel sendiri.
Bobot Chiron mencapai 14,4 kg, sedangkan berat peluncur dan rudal jika ditotal mencapai 24,3 kg. Meski bisa dioperasikan dengan dipanggul, efektivitasnya akan lebih baik bila dilepaskan dengan tripod untuk menjaga stabilitas saat penembakkan. Dalam gelar tempur, satuan tembak Chiron diawaki oleh tiga orang, masing-masing adalah gunner, loader amunisi, dan observer.
Baca juga: Arhanud di Indonesia, Masih Berkutat di Zona SHORAD (Short Range Air Defence)
Dengan sokongan solid rocket motor, Chrion dapat menguber target dengan kecepatan 700 meter per detik (setara Mach 2.4). Karena bergelar VSHORAD, jarak uberan rudal ini memang terbatas, hanya 7.000 meter dan jarak ketinggian luncur maksimum 3.500 meter. Chiron beroperasi dengan pemandu infra red dengan dual mode (IR/UV) sehingga lebih tahan terhadap aksi jamming. Sistem rudal juga dilengkapi interrogator IFF yang dipasok oleh sistem radar.
Pihak LIG Nex1 mengklaim sistem Chiron hanya membutuhkan waktu penembakan kurang dari tiga detik untuk meluncur setelah dipicu, MANPADS (Man Portable Air Defence System) Chiron menerima informasi dari sistem sensor dan mengirimkan informasi posisi dan status misil ke TDR (Target Data Receiver) dari piranti GPS yang ditanamkan dalam misil. Mekanismenya hulu ledak dengan berat 2,5 kg akan otomatis meledak jika misil mendekati 1,5 meter dari sasaran dengan menyebarkan 720 potongan fragmen berenergi kinetik yang akan mengoyak badan maupun mesin helikopter atau pesawat yang menjadi sasaran.
Rudal yang per unitnya seharga US$173 ribu ini pernah dihadirkan LIG Nex1 pada ajang Indo Defence 2012 di Jakarta. Sayangnya Chiron bukan termasuk rudal MANPADS yang laris dipasaran, selain Korea Selatan, penggunanya ternyata hanya Indonesia. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Chiron
– Diameter: 80 millimeter
– Launch Unit Length: 1,87 meter
– Missile Length: 1.68 meter
– Max Range: 7.000 meter
– Target’s Max Altitude: 3.500 meter
– Top Speed: Mach 2.4 mach
– Launch Unit Weight: 19,5 kilogram
– Warhead: 2.5 kilogram
– Missile Weight: 14 kilogram
Related Posts
-
Kamov Ka-32A11M – Fire Fighting Helicopter Terbaru dengan Avionik Canggih
1 Comment | Nov 17, 2021
-
Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang di Utara Pulau Bali
30 Comments | Apr 21, 2021
-
Elbit Systems Jual Drone Intai Hermes 900 ke Negara Asia, Kabarnya adalah Singapura
18 Comments | Mar 5, 2021
-
Menelusuri Jejak Sejarah KRI Thamrin, Kapal Tender Kapal Selam TNI AL
9 Comments | Oct 7, 2016
Horeee… Menhan pesen S300
http://indonesia.rbth.com/news/2015/08/24/indonesia-pertimbangkan-pembelian-sistem-rudal-antipesawat-s-300_392111
Padahal di sumber berita Kang Dadang ndak ada kata “pesen” lho 🙂
ealah…ini toh wujud nya Chiron ?? lagi-lagi Shorad yang datang,,
perkiraan sudah ada peningkatan kelas ke Medium lah, karena lihat Skyshield yang sangar pasti tandem nya juga mematikan….
Kok kayak nya Indonesia jadi semacam Lab ujicoba alutsista Korea, mulai dari senapan K-7, pesawat golden eagle, kapal selam, dll selalu jadi yang pertama mengadopsi setelah tuan rumah…
engagement Indonesia dengan Korsel memang bagus dan Korsel tidak pelit. dan barang Korsel juga tidak jelek. dalam banyak hal mereka sudah menyalip Jepang dan mulai menguntit negara2 produsen alutsista utama. tradisi riset mereka sangat kuat dan cepat.
barang yang sudah dijual ke negara lain, statusnya bukan uji coba lagi. ia sudah melewati tahap purwarupa, engineering sample dan product verification.
itu salah satu syarat KFX, bagaimana kita bisa dapat ToT 100% cuma dengan membayar 20% dari proyek kalau tidak beli barang.
Pak Menhan bikin PHP Sukhoi Fans Boy hahaha, akhirnya kaga ada paraf kontrak Su35 dalam kunjungan bulan April ini 🙂
saya justru berharap Pak Menhan tidak merealisasikan kontrak Su35 😀
Admin bikin ulasan tentang SPH GS M109A4 SP 155 mm Howitzer, yang mungkin bakal memperkuat arsenal ArMed kita..
Oke mas, nanti kita siapkan dulu. Terima kasih
Kalau pespurnya SU35, jelas nge link nya dengan Buk-M ato S300,
Menhan sudah lirik kemarin di Rusia
Bahas rudal hanud medium aja. Paskhas udah mulai ngelirik 4 produk tuh:
Nasams,………………. & 3 lainnya made in China XD
(kalo yg kepilih made in China, lucu juga kalo digelar di Natuna).
Yup, HQ-16, DK-10 serta HQ-12/KS-1 bersaing ketat melawan Nasams untuk pengadaan medium range SAM buat Kohanudnas
RRT jg masih ada jatah untuk TNI AL terutama platform KCR-60M dimana pilihan terkuat pd Shorad FL-3000N serta untuk TNI AL utk point defence dgn kamdidat PL-9C
TNI AD plg lain sendiri. Ikatan TNI AD dgn Saab sdh dlm status cinta setengah mampus. Pilihan jatuh pd Bamse RBS-23. Tp tentunx menunggu proyek datalink Kartika kelar dulu dimana Saab bertindak tdk hanya sbg pemasok ttp jg sbg konsultan
Apa itu proyek datalink Kartika? Datalinknya TNI-AD aja ato TNI keseluruhan? Kok jarang kedengeran infonya (terakhir kalo nggak salah TNI-AD pake Harris buat alkom Leopard).
Trus gimana soal embargo produk2 China jika kita berkonflik di LCS & Natuna dengan mereka?? Sebetulnya apa nggak mending beli dari Eropa, apalagi yg netral & nggak punya kepentingan dengan LCS?
Datalink TNI AD. Proyek pembangunan interkoneksi data, navigasi, komunikasi terpadu
PT. Haniff mengerjakan BMS & sistem telekomunikasi berbasis Wimax disisi lain Saab & tmpt saya bekerja perusahaan telekomunikasi Swedia membangun sistrm telekomunikai berbasis VSAT & TDMA termasuk mobile BTS dll
Saab jg memasok perangkat komunikasi & navigasi buat infanteri & Penerbad. Harris utk platform artileri & kavaleri sedangkan PT. LEN utk alutsista bikinan Pindad.
Utk perangkat navigasi memang dipasok full oleh Saab sprt GPS, aerial navigation serta terminal navigation bhk radar giraffe jg dibeli dlm jlh masif untuk navigation support serta yg plg penting adalah IFF dimana kelak semua alutsista TNI AD akan memakai IFF yg sama
Bhkn perangkat airbase utk pangkalan penerbad jg dipasang radar giraffe sprt yg dipasang di kalimarau berau & ranai natuna (saya kena di kalimarau).
Proyek Kartika kini msh dlm taraf pengerjaan & sdh dimulai sejak akhir 2014. Tendernx sndri bertahap dari 2013-2014 & pengadaannx memang tdk heboh krn tenggelam oleh Leopard & Apache
Kolaborasi Saab dan Ericsson memang top punya 🙂
Lalu gimana konektivitasnya dengan perangkat yg ada di TNI-AU & TNI-AL? Apa mereka juga sedang membangun datalinknya sendiri sebagaimana isu yg didengungkan petinggi TNI-AU bahwa mereka nggak mau kalah dari Singapur?
Oia, jadi inget dengan komentarnya anggota DPR (keliatannya dari komisi I) pas berkunjung ke markas Leopard yg kecewa bahwa Leopard yg dibeli nggak dilengkapi peralatan tempur memadai. Lha kan emang rencananya mau diinstal tersendiri yg sesuai kebutuhan & karakteristik dalam negeri (terutama kayak Battle Management System). Amunisi MBT katanya udah bisa dibikin sama Pindad. Kalo emang bener, lumayanlah pembelian Leopard kemaren.
@ayam jago
Oom tni ad beli radar giraffe yang mana?
Oom@ayam jago rekeningnya pake mata uang krone dong,,,
@lesus
Radar Giraffe AMB
Kelebihannx multifungsi & mudah bongkar pasang karena sgt modular. Cukup ganti modul transmitter & pastinx microwave plate. Lalu kalibrasikan protokol & frekuensinx. Beres siap operasional
Kalo ganti modul 3 orang super berpengalaman cukup 4 menit. 3 orang perlu krn berat modulnx sekitar 30-45 kg & sangat sensitif banget
Masing2 modul transmiter punya fungsi tersendiri bisa fungsi radar navigasi & air surveillance (180km), counter rocket artillery mortar (15km), air early warning (60-100 km), air defence (60km) & surface targetting & acquicition for rocket artilery mortar (30-50km)
seharusnya hanya dari barat dipilih satu dan dari rusia dipilih satu, cukup !!!
atau Mistral dan QW3 sudah cukup
Satu lagi Proyek GADO-GADO dari TNI
@admin
Maaf oom,,,terlanjur gemes nih, disaat negara2 lain sdh memikirkan aspek komonalitas antar angkatan, kenapa disini masih galau soal alutsista?
Bahkan kemarin tersiar kabar kemenhan sdg menjajaki varian shorad buatan cina yang lain lagi.
Kenapa nggak sekaligus ambil spider atau nasams yang bisa mengkombinasikan rudal bvr&wvr.
Trus kapan lagi pernah ada rilis panser komodo 90% komponennya buatan dlm negri,,,
Padahal turet&meriam, mesin, transmisi dan suspensinya masih impor,,,bahkan mgk ban anti pelurunya.
Apa mentang2 belum banyak yang tau kalo Doosan sdh memproduksi mesin diesel&suspensi independen, trus diklaim buatan dalam negri,,,?
Judulnya seharusnya berbunyi “Berani Tampil Beda”.
Di india, waktu dilakukan evaluasi pengadaan rudal shorad yg digunakan bersama-sama untuk ketiga angkatan, penilaiannya rudal chiron terlalu mahal dg performa rata-rata (padahal india belinya kodian lho,,,)
hahaha… salah, harusnya dikasih judul “pembelian yang tak perlu.” #ngapainlagimanpads
hoolaa.. breaking news buat Russian Fans Boy, Pak Menhan saat ini sudah berada di Moskow…