C-145A Combat Coyote – Andalan Misi Klandestin SOCOM, Kembarannya Sempat Dioperasikan Polri

Tidak ada yang terlalu menarik dari pesawat angkut ringan ini, selain karena kenyataan C-145A Combat Coyote digunakan oleh unit elite – United States Special Operation Command (USSOCOM). Bahkan karena kerap diterbangkan untuk misi klandestin, C-145A yang dioperasikan Angkatan Udara AS (USAF) tidak ditempeli logo USAF, livery pesawat pun mengesankan lebih sebagai pesawat sipil, yang kemungkinan untuk mempermudah penyamaran.

Baca juga: PZL M28 Skytruck – Nyaris Jadi Pesawat Intai Maritim Taktis TNI AL

Dan pada akhir Desember lalu ada kabar, bahwa 919th Special Operations Wing (SOW), secara resmi telah memensiunkan C-145A Combat Coyote. Awak pesawat dari 711th Special Operations Squadron berangkat dari jalur penerbangan Duke Field pada 15 Desember 2022, dengan empat unit C-145A Combat Coyote untuk terbang terakhir kalinya setelah 10 tahun bertugas di Air Force Special Operations Command.

C-145A adalah pesawat bermesin ganda, sayap tinggi dengan sirip vertikal kembar dan roda pendaratan yang tidak dapat ditarik. Pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat pendek ke landasan pacu yang tidak disiapkan. 919th Special Operations Wing adalah unit Angkatan Udara AS terakhir yang menerbangkan pesawat ini sebelum dinonaktifkan.

“Tidak banyak pesawat lain di Angkatan Udara seperti ini,” kata pensiunan Kepala Sersan. Bobby Barton, mantan pemimpin tamtama senior di 919th Special Operations Wing. “Orang-orang ini menyukai pesawat ini, sangat menonjol dari yang lain.”

919th Special Operations Wing mulai mengoperasikan C-145A Combat Coyote pada tahun 2012. Meskipun tidak digunakan untuk penempatan di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir, Combat Coyote memberikan keuntungan mobilitas taktis, pesawat ini dapat melakukan pendaratan dan lepas landas pendek, ideal untuk pedesaan, lapangan terbang yang belum berkembang, dan pengiriman kargo ke pangkalan operasi depan.

“Penerbangan hari ini sedikit pahit manis,” kata Mayor Kristoffer Williams, Kepala Keselamatan 711th Special Operations Squadron. “Ini adalah pesawat yang hebat untuk terbang. Kami mencurahkan banyak darah, keringat, dan air mata ke badan pesawat ini,” kata Williams. “Kami belajar untuk menghargainya, tetapi sekarang saatnya beralih ke pesawat berikutnya.”

Punya profil yang mirip dengan NC-212i, pesawat ini juga dilengkapi dengan ramp door. Sebagai pesawat angkut ringan, Combat Coyote dapat membawa 19 pasukan bersenjata lengkap, atau 16 pasukan payung.

Ideal untuk angkutan cargo ringan penerbangan perintis.

C-145A Combat Coyote juga dapat disulap sebagai pesawat angkut cargo, yakni dengan adanya pintu samping kanan belakang yang dapat dibuka lebar. Beban (payload) yang dapat dibawa mencapai 2,3 ton.

C-145A Combat Coyote ditenagai mesin 2x Pratt and Whitney PT6A-65B Turboprops. Kecepatan maksimum Combat Coyote 335 km per jam, kecepatan jelajah 270 km per jam pada ketinggian 3.000 meter. Dengan bahan bakar penuh, Combat Coyote dapat terbang sejauh 1.500 km dengan endurance 6 jam 12 menit, pesawat ini dapat terbang sampai ketinggian 7.620 meter.

Drop cargo linud.

C-145A Combat Coyote punya panjang 13,10 meter, lebar bentang sayap 22,06 meter dan tinggi 4,90 meter. Berat kosong pesawat ini 4.100 kg dan berat maksimum saat lepas landas 7.500 kg.

Meski debutnya diakui di AS, namun, di Indonesia nasib pesawat ini kurang moncer. Persisnya C-145A Combat Coyote adalah varian lain dari PZL M28 Skytruck, dan keduanya dibuat oleh PZL (Polskie Zaklady Lotnicze) Mielec, manufaktur pesawat dari Polandia.

Di Indonesia, M28 Skytruck sempat dioperasikan oleh Polri, dan pernah ditawarkan sebagai pesawat intai maritim untuk Puspenerbal TNI AL.

Dengan kemampuan STOL (Short Take Off Landing), M28 Skytruck yang terbang perdana pada bulan Juli 1993 langsung memikat pasar. Cita rasa yang ditampilkan Skytruck memang unik, dari segi rancangan pesawat ini mengusung desain dari Antonov, pasalnya rancang bangunnya mengambil basis dari Antonov An-28 yang kemudian disempurnakan.

Baca juga: PZL-230 Skorpion – Penempur Berdesain Unik dengan Kemampuan STOL, Kandas Pasca Uni Soviet Runtuh

Meski berbau teknologi Eropa Timur, namun mesin Skytruck dan Combat Coyote justru sejak awal memakai teknologi Barat, yakni menggunakan Pratt and Whitney PT6A-65B Turboprops. (Gilang Perdana)

5 Comments