Bukan yang Pertama Kali, Kapal Selam Nuklir AS Kembali Tabrakan ‘Misterius’ Saat Menyelam
|Segala sesuatu yang terkait Laut Cina Selatan (LCS) selalu menarik untuk dicermati, termasuk kasus terbaru yaitu tabrakan ‘misterius’ kapal selam nuklir USS Connecticut (SSN-22) – Seawolf Class dengan benda asing di bawah permukaan laut yang mengakibatkan 11 awaknya mengalami luka ringan dan sedang. Insiden yang terjadi pada 2 Oktober lalu, atas alasan keamanan baru dberitakan beberapa hari kemudian, yaitu saat kapal selam tersebut sudah berada di luar LCS.
Baca juga: Alami Masalah Pada Propulsi, Kapal Selam Nuklir Rusia ‘Mogok’ di Perairan Denmark
Dikutip dari news.usni.org (7/10/2021), saat ini USS Connecticut telah berada di Pangkalan Angkatan Laut AS di Guam untuk monitoring kerusakan. Melalui pernyataan resminya pada Kamis (7/10), Angkatan Laut AS menyebutkan kapal selam hanya mengalami sedikit kerusakan setelah menabrak benda di LCS. Kondisi kapal selam itu masih aman dan stabil. Tenaga penggerak nuklir USS Connecticut tak terpengaruh dan masih beroperasi penuh.
Setelah insiden ini, AS langsung menggelar investigasi untuk mengetahui detail kejadian. Dalam pernyataan yang dikutip The Washington Post, seorang pejabat Angkatan Laut mengatakan bahwa saat ini penyelidikan masih terus berlangsung. Menurutnya, kapal tersebut diduga menabrak benda mati, seperti kapal atau kontainer barang yang karam.
Sekilas tentang USS Connecticut (SSN-22), merupakan kapal kelima di armada AS yang diberi label nama yang sama. Kapal selam produksi General Dynamics Electric Boat ini, diluncurkan pada 1 September 1997 dan resmi masuk kedinasan AL AS pada 11 Desember 1998 dengan basisnya di Kitsap Naval Base, Bremerton, Washington.
USS Connecticut (SSN-22) punya bobot saat dipermukaan 7.568 ton dan bobot saat menyelam 9.137 ton. Panjang kapal selam ini 107,5 meter dengan lebar 12,1 meter. Sebagai sumber tenaga adalah 1 reaktor nuklir S6W PWR yang menghasilkan tenaga 45.000 hp dan 1 secondary propulsion submerged motor. Kapal selam ini diawaki 101 personel dan 15 perwira.
Sebagai persenjataan, USS Connecticut (SSN-22) dilengkapi dengan delapan peluncur torpedo 26 inchi, rincian amunisi yang dibawa terdiri dari 40 torpedo/rudal anti kapal atau 100 ranjau laut. USS Connecticut (SSN-22) adalah salah satu dari tiga selam Seawolf Class. Kapal selam serang era Perang Dingin ini dirancang untuk memburu kapal selam Soviet di lautan lepas. Selain USS Connecticut (SSN-22), Seawolf Class terdiri dari USS Sea Wolf (SSN-21) dan USS Jimmy Carter (SSN-23).
Baca juga: Lintasi Pasifik, Gugus Tempur CSG-21 Inggris Dibayangi Dua Kapal Selam Nuklir Cina
Sebelum insiden yang menimpa USS Connecticut (SSN-22), ada kapal selam milik AL AS yang pernah mengalami insiden tabrakan di bawah laut. Seperti pada tahun 2005, USS San Franciso (SSN -711) – Los Angeles Class menabrak gunung bawah laut dengan kecepatan penuh di dekat Guam. Seorang pelaut tewas dalam insiden tersebut. (Gilang Perdana)
Kapal selam buatan mama rika buat ngadepin china bisa buta gitu? Payah
@WK apa yg disampaikan Bung Gory sudah tepat. USA adalah produsen terbesar minyak bumi. https://www.eia.gov/tools/faqs/faq.php?id=709&t=6
Tapi harus dilihat juga berapa kebutuhan minyak per barel per hari?? Cukup gak, kurangnya ngambil dari mana??
@WK setiap saat pasti akan terjadi krisis entah ekonomi, bencana alam dsb. Tapi asal manajemen keuangan dari Kemenkeu dan BI solid dan Oke, apapun pasti bisa lah. Nyatanya dg kondisi pandemi saat ini aja Kemenkeu masih bisa ngasih anggaran militer Indonesia yg lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya tuh. Itu berarti pemerintah sudah paham akan kebutuhan tentang anggaran militer yg ditujukan untuk menghadapi ancaman didepan mata saat ini bahkan dalam kondisi pandemi sekalipun. Ente tenang aja, bagian keuangan sudah terhandle sangat baik, tinggal bagaimana cara meningkatkan anggaran militer melihat ancaman semakin mendekat saat ini beriringan dengan usia alutsista yg semakin tua serta teknologi yg semakin maju.
@Panzer IV (Sd.Kfz 161) : Dia kan fans boy Amerika, seharuanya dia belajar dari negara idolanya, kenapa Amerika kesulitan membayar hutang luar negrinya yang diantaranya kepada negara China.
Entahlah om gatol ngambil utang luar negeri senilai USD 125 Billions saat ekonomi sedang sehat mungkin masih bisa , tetapi kalau seandainya tiba-tiba terjadi krisis ekonomi dan nilai rupiah jatuh bagaimana? nanti Indonesia bayar hutang pakai apa,apa perlu indo minjem duit ke IMF seperti dulu atau kalau perlu ngutang kecina.
@om gori : mahal dan lama itu relatif om…
Seperti yang kita ketahui yang membuat mahal adalah ToT dan diantara durasi produksi lebih melar adapah pandemi dan modifikasi sperti yang diinginkan user (Ausie)
@om gori : Untuk perusahaan / lembaga dunia tahun 2020 adalah SINOPEC asal China, lalu urutan #2 ada Royal Dutch Shell asal multinasional Inggris – Belanda, lalu #3 ada Saudi Aramco asal Arab Saudi, selanjutnya di #4 ada Petro China dari negara Panda dan urutan #5 ada BP yang bermarkas di London, #6 Exxon Mobile asal Amerika dan selanjutnya #7 ada Total asal Perancis
Jika berpatokan pada wikipedia mohon diperiksa kembali kapan (tahun berapa) data di wikiedia tersebut di udate?
Laporan yang dirilis pada Selasa (8/12/2020) waktu setempat itu, juga mengungkapkan bahwa produksi minyak mentah OPEC pada kuartal II/2020 mencapai 25,64 juta bph. Sementara, pada kuartal III/2020 mencapai 23,61 juta bph. Secara rata-rata, produksi minyak mentah OPEC pada tiga kuartal pertama 2020 mencapai 25,84 juta bph.
Dari jumlah tersebut, Arab Saudi merupakan produsen terbanyak dengan memproduksi minyak mentah sebanyak 9,8 juta bph pada kuartal I/2020, dan menurun menjadi 9,28 juta bph pada kuartal II/2020. Bahkan, pada kuartal III/2020, produksi minyak mentah Arab Saudi meninggalkan level 9 juta bph ke level 8,77 juta bph.
Link : https://m.bisnis.com/market/read/20201209/94/1328915/ini-5-teratas-juara-produsen-minyak-anggota-opec-2020
Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2020, cadangan terbukti (proven) minyak mentah dunia sebanyak 1.733,9 miliar barel pada akhir 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 303,8 miliar barel dimiliki oleh Venezuela.
Padahal, cadangan minyak Venezuela pada akhir 1999 hanya 76,8 miliar barel. Namun, lokasi negara itu berada di atas formasi La Luna, formasi batuan sumber kaya organik era Cretaceous yang ideal untuk deposit minyak.
Sayangnya, negara tersebut dihadapkan pada situasi politik dan krisis ekonomi sehingga produksi minyak mentah mereka turun. Bahkan, produksi minyak mentah mereka kini berada di bawah Indonesia.
Link : https://m.bisnis.com/ekonomi-bisnis/read/20201211/44/1329705/punya-cadangan-minyak-mentah-terbesar-dunia-produksi-minyak-venezuela-kalah-dari-indonesia
Kan gampang, anggaran Militer Indonesia saat ini sekitar USD 9,4 Billions. Ambil aja utang selama 25 tahun buat nyairin anggaran Segede USD 125 Billions, itu bisa dipake buat beli alutsista, BBM,maintenance,sucad, pelatihan dan ToT/offset. Itu artinya setahun “CUMAN” bayar USD 5 Billions, sisanya yg USD 4,4 Billions bisa dipake buat gaji personil, Sapras, pendidikan dsb. Masak gitu aja gak bisa?? USA and the gank pasti bisa lah buat menuhin apa yg dibutuhkan Indonesia. Dan ingat, itu hitungan kalo pendapatan konstan. Selain karena pandemi, pendapatan dan anggaran militer pasti akan selalu naik walopun cuman 5% pertahun. So, nyicil USD 125 Billions selama 25 tahun mah gampang lah buat Indonesia. Apalagi kalo anggarannya juga naik Ampe 3% GDP pertahunnya.
Punya rencana anggaran Ampe USD 125 Billions masak sih gak bisa beli atau minimal nyewa Kasel Nuklir???
@WK sudah tahu blom informasi bahwa amerika itu produsen minyak no 1 dunia mengalahkan saudi dan russia apalagi sejak shale oil ?? jadi premis panjennengan soal motif amerika berburu migas di disputed island itu agak tidak kurat juga , kalo soal Nuke Submarine ada ahli di australia sendiri yang mengatakan itu proyek kemahalan dan terancam sia2 karena baru ready tahun 2050 dan dikhawatirkan tahun 2050 lautan sudah “telanjang” karena teknologi satelit atau pengindraan lainnya
Om gatol adalah komentator unik punya segudang khayalan setara dgn om Zul dan Brahmos. Sayangnya untuk saat ini negara belum sanggup memenuhi khayalan tingkat tinggi om gatol karena persoalan politik dan ekonomi .