Bukan Hanya M10 Booker, Angkatan Darat AS Juga Hentikan Program Robotic Combat Vehicle
|
Rupanya bukan hanya tank ringan M10 Booker yang nasibnya berakhir akibat perubahan kebijakan pertahanan di era Donald Triump, program kendaraan tempur robotik – Robotic Combat Vehicle (RCV) yang masuk ke segmen Unmanned Ground Vehicle (UGV) juga dihentikan pengembangannya oleh Angkatan Darat AS (US Army).
Seperti dikutip Breaking Defense (2/5/2025), seorang jenderal bintang dua daru US Army telah mengabarkan bahwa akan menghentikan program RCV (robot tank), sekaligus menghentikan sementara kompetisi howitzer baru. Kabar tersebut disampaikan hanya beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan para pemimpin Angkatan Darat mengumumkan perombakan besar-besaran yang akan menggabungkan Army Futures Command and Training dan Doctrine Command, dan menghentikan produksi tank ringan M10 Booker.
Pada awal Maret, sumber industri telah diberitahu bahwa Ripsaw 3 dari Textron Systems telah memenangkan kompetisi RCV dan prototipe nya bersiap untuk melangkah maju dalam bentuk kontrak produksi. Namun sekitar waktu yang sama, para pemimpin Angkatan Darat mengidentifikasi RCV sebagai salah satu program yang akan dipotong sebagai bagian untuk menyelaraskan kembali pendanaan menuju prioritas yang lebih tinggi.
“Kami membutuhkan kendaraan tempur robotik, tetapi kami menginginkan konsorsium vendor untuk membawa robotika dengan perangkat lunak terbaik,” sumber Angkatan Darat. “Kami tidak ingin memilih hanya satu vendor dan membayar hampir $3 juta per produk.”

Selain serangan RCV dan howitzer yang masih belum jelas masa depannya, Angkatan Darat AS mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka akan berhenti memproduksi Humvee dan Joint Light Tactical Vehicles (JLTV).
Tentang RCV yang programnya dihentilkan, adalah Ripsaw 3 (atau Ripsaw M3) adalah salah satu varian dari keluarga kendaraan tempur tanpa awak Ripsaw yang dikembangkan oleh Textron Systems bekerja sama dengan Howe & Howe Technologies. Ini merupakan kendaraan UGCV (Unmanned Ground Combat Vehicle) yang dirancang untuk misi-misi tempur berisiko tinggi tanpa mengorbankan prajurit.
Angkatan Darat AS Uji Peluncuran Rudal Anti Tank Javelin dari Dua Jenis UGV (Robot Tank)
Ripsaw M3 diepersiapkan untuk misi pengintaian dan intelligence gathering dan npenembakan dukungan menggunakan senjata berat seperti senapan mesin 12,7 mm, granat otomatis, atau sistem rudal ringan. Selain itu, Ripsaw M3 dirancang untuk menjalankan misi berisiko tinggi di lingkungan urban atau area yang terkontaminasi dam Mampu beroperasi dalam konvoi tempur bersama kendaraan awak.
Sekilas spesifikasi Ripsaw M3, punya panjang 4,5 meter, lebar 2,3 meter dan tinggi 1,7 meter. Berat kosongnya sekitar 4,5 ton dan dapat membawa payload maksimum 1,5 ton. Ditenagai mesin diesel Duramax (kemungkinan 6.6L V8), tenaga sekitar 600–720 hp, Ripsaw M3 dapat mencapai kecepatan maksimum 96 km per jam.
DARPA Umumkan Keberhasilan Uji Coba RACER – Robot Tank Listrik “Bermata Hijau” dengan Bobot 12 Ton
Ripsaw M3 pada akhirnya tidak dilanjutkan secara luas oleh Angkatan Darat AS, dan fokus pengembangan kemudian dialihkan ke Ripsaw M5, yang merupakan versi lebih besar, lebih kuat, dan lebih modular dari M3.
Dibanding Ripsaw M3, maka Ripsaw M5 lebih modular dan bisa membawa persenjataan besar (misalnya kanon 30 mm dan rudal anti-tank), lebih tahan tembak karena desainnya bisa dilengkapi perlindungan tambahan, daya jangkau dan keandalan lebih tinggi, cocok untuk operasi tempur multi-domain, dan lebih cocok untuk integrasi dengan sistem C2 digital dan drone udara/darat.
Sepintas spesifikasi Ripsaw M5, punya berat koson 10 ton, payload maksimum hingga 5 ton. Ditenagai mesin diesel hibrida, kemungkinan tenaga >1000 hp, dan kecepatan Sekitar 70 km per jam tergantung konfigurasi. Persenjataannya modular, termasuk turret CROWS, kanon 30 mm, dan peluncur rudal anti tank. (Gilang Perdana)

Sepertinya banyak pelajaran yang diperoleh lik Sam dari perang Ukrainia jika selama ini merasa paling unggul dibanyak mesin perangnya ternyata terbalik faktanya dilapangan, lain hal jika negara lawan lemah alutsistanya belum lagi rugi bandar secara masiv setelah perang tarif dengan Cina, sesuai anjuran presiden RI anggaran semua bidang harus effisien terpaksa produk2 imajinatif karya insinyur2 lik Sam harus dihentikan lagian melatih prajurit tempur yang tangguh biaya mahal lebih berguna dilapangan yang penuh kompleksitas dadakan kombinasi dengan alutsista baik dibanding jika berperang dengan gunakan mainan aneh2 sungguh merepotkan jika butuh mobilitas dengan cepat atau dadakan