Update Drone KamikazeKlik di Atas

Bentuk Pakta AUKUS, Australia Bangun Kekuatan Serangan Jarak Jauh, Ini Rinciannya!

Pembentukan pakta pertahanan tiga negara, Australia, Inggris dan Amerika Serikat dalam AUKUS (Australia, United Kingdom and United States) membawa perubahan mendasar dalam strategi pertahanan Negeri Kanguru, khususnya dalam menghadapi perkembangan masa depan di wilayah Indo Pasifik. Guna mengimbangi ambisi kekuatan militer Cina, langkah-langkah stategis di level pembangunan kekuatan tempur Australia telah dicanangkan.

Baca juga: Australia Batalkan Order Kapal Selam Diesel Listrik dari Perancis, Beralih ke Kapal Selam Nuklir

Selain rencana akuisisi delapan unit kapal selam nuklir, lewat media statement yang dirilis bersama antara Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri Australia di pm.gov.au (16/9/2021) mengungkapkan strategi penting pertahanan Australia selain dari rencana pengadaan kapal selam nuklir. Dalam media statement dijelaskan bahwa dalam satu dekade kedepan, Austalia akan menggenjot kemampuan serangan jarak jauh (long-range strike capabilities) guna melindungi teritorinya.

Ada beberapa poin kekuatan yang mencakup kemampuan serangan jarak jauh militer Australia, di antaranya kami jelaskan berikut ini:

Tomahawk Cruise Missiles
Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy) akan menempatkan rudal jelajah Tomahawk pada kapal perusak (destroyer) Hobart Class. Tomahawk memiliki jangkauan hingga 1.000 mil (1.609 km) dengan kecepatan maksimum 885 km per jam. Seperti Tomahawk Block IV didukungan two-way satellite link yang memungkinkan pemrograman ulang rudal dalam penerbangan dan transmisi battle damage indication (BDI) imagery.

AGM-158 Joint Air-to-Surface Standoff Missiles (Extended Range)
Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force) akan melengkapi armada jet tempur F/A-18 A/B Hornet dan F-35A Lightning II untuk mampu meluncurkan Joint Air-to-Surface Standoff Missiles (Extended Range). AGM-158 JASSM adalah rudal jelajah kategori air launched cruise missile yang dirancang dan diproduksi oleh Lockheed Martin.

Setidaknya dua varian rudal ini telah dioperasikan AU AS, yaitu AGM-158A JASSM dan AGM-158B JASSM-ER (Extended Range). Meski kedua varian punya dimensi yang sama, namun kemampuannya tidaklah sama. Kedua varian punya AGM-158 punya panjang 4,27 meter, lebar bentang sayap 2,4 meter dan bobot mencapai 1 ton.

Meski pihak produsen tak menyebutkan detail kecepatan, disebut kedua varian rudal ini melesat di koridor subsonic dengan hulu ledak WDU-42/B penetrator seberat 450 kg. AGM-158 JASSM pertama kali digunakan dalam kancah pertempuran saat serangan AS/NATO ke Suriah pada 14 April 2018.

AGM-158C Long-Range Anti-Ship Missiles (Extended Range) (LRASM)
Angkatan Udara Australia akan melengkapi armada F/A-18F Super Hornet dengan AGM-158C LRASM, juga tidak menutup kemungkinan rudal ini untuk kelak diluncurkan dari pesawat intai maritim Boeing P-8A Poseidon. Berbeda dengan rudal anti kapal kebanyakan, AGM-158C yang punya sifat standoff air-launched cruise missile ini dapat beroperasi otonom dan punya jarak luncur 560 km.

AGM-158C tergolong rudal anti kapal generasi baru. Dirancang oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) pada tahun 2009, rudal ini dikembangkan ke dalam dua jalur yang berbeda. Pertama adalah LRASM-A, yaitu rudal jelajah subsonic yang didasarkan pada AGM-158 JASSM-ER milik Lockheed Martin. Kedua adalah LRASM-B, yaitu rudal supersonik yang terbang di ketinggian medium, rancangan rudal ini tak lain untuk menandingi rudal anti kapal Brahmos yang dikembangkan India-Rusia.

Untuk memastikan kemampuan bertahan dan efektifitasnya terhadap target, LRASM dilengkapi dengan sistem pencarian dan pemandu rancangan BAE Systems, integrating jam-resistant GPS/INS, passive RF and threat warning receiver, imaging infrared (IIR infrared homing) seeker with automatic scene/target matching recognition, data-link, passive Electronic Support Measure (ESM) dan radar warning receiver sensors. Kesemuanya perangkat tadi disinergikan dengan aplikasi artificial intelligence.

Pengambangan Rudal Hipersonik
Bersama dengan Amerika Serikat, Australia akan mengembangkan rudal udara hipersonik. Program rudal jangka panjang itu akan menelan biaya investasi sekitar Aus$1 miliar (US$761 juta). Departemen Pertahanan Australia akan memilih mitra industri strategis yang akan dikontrak untuk mengoperasikan fasilitas manufaktur. Sebelumnya Departemen Pertahanan Australia mengumumkan telah bermitra dengan Amerika Serikat untuk mengembangkan dan menguji rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari udara, dimana rudal tersebut punya kecepatan sampai Mach 8.

Precision Strike Guided Missiles
Yang ini adalah jatah untuk Angkatan Darat Australia, dimana elemen Armed Australia akan dibekali kemampuan rudal balistik yang mampu menjangkau sasaran sejauh 400 Km. Konkritnya sistem senjata ini dapat diintegrasikan pada model MLRS HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) and M270.

Baca juga: Garuda Shield 2021 – MLRS ASTROS TNI AD Berkolaborasi dengan M142 HIMARS US Army

Lepas dari itu semua, Pemerintah Australia akan mempercepat kucuruan dana Aus$1 miliar guna pembangunan manufaktur rudal di dalam negeri. (Haryo Adjie)