Bawa Rudal di Bawah Sayap, PT Len Industri Pamerkan Drone Kombatan Multirole Astrevia DID 3.11
Belum jelas benar nasib drone kombatan (UCAV) “Elang Hitam”, salah satu perusahaan yang tergabung dalam Defend ID, yakni BUMN PT Len Industri bersama Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, untuk pertama kalinya memperlihatkan prototipe drone intai (kombatan) Astrevia UAV DID 3.11 pada pameran dirgantara Bali International Airshow 2024.
Baca juga: Layu Sebelum Mengudara, Proyek Drone Kombatan MALE Elang Hitam Telah Dihentikan
Dari lembar spesifikasi, DID 3.11 disebut telah mencapai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 45 persen. Astrevia merupakan singkatan dari Autonomous Surveillance Tracking and Reconnaisance Via Airborne. Dari desain, drone berukurang sedang ini menempatkan perangkat sensor dan kamera (FLIR) pada bagian bawah hidung.
Drone ini disebut dapat digunakan untuk mendukung beragam misi dengan kapasitas payload 80 kilogram. Dalam demo statis di Bali Airshow 2024, DID 3.11 nampak dipasangi dummy rudal udara ke permukaan di bawah sayapnya.
Dengan mesin propeller, DID 3.11 dan bentang sayap 9,38 meter, drone ini dapat terbang sejauh 1.500 kilometer dengan kecepatan 180 km per jam. Drone ini punya kemampuan MALE (Mediun Altitude Long Endurance), pasalnya punya ketinggian operasi hingga 5.000 meter. Sayangnya tidak disebut kemampuan endurance DID 3.11.
Meski belum dapat dikonfirmasi, ada kabar bahwa rancangan DID 3.11 merupakan hasil kerja sama antara PT Len Industri dengan manufaktur drone dari Thailand – Aero Technology Industry Company Limited (ATIL).
Indonesian MoD just released a photo of “DID 3.11” UAV, said to be co-developed by 🇮🇩 @LenIndustri and 🇹🇠Aero Technology Industry Company Limited (ATIL) since 2022
As you can see the UAV is equipped with a FLIR and the top surface is quite flat (?) pic.twitter.com/JaUKeWez98
— JATOSINT (@Jatosint) July 7, 2024
Meski layu sebelum terbang, sejatinya drone kombatan Elang Hitam yang dimensinya lebih besar dari DID 3.11, lebih mumpuni untuk payload dan spesifikasinya lebih mendukung untuk misi operasi bersenjata.
Dari spesifikasi, Elang Hitam punya panjang 8,65 meter, lebar bentang sayap 16 meter dan tinggi 2,6 meter. Bobot maksimum saat tinggal landas mencapai 1.300 kg, sementara kapasitas payload 300 kg. Dengan kapasitas bahan bakar 420 liter, Elang Hitam dapat terbang selama 30 jam, sementara radius kendali Line of Sight sampai 250 km.
Elang Hitam dapat terbang dengan kecepatan maksimum 235 km per jam dan kecepatan jelajah 50 – 180 km per jam – diasumsikan terbang pada ketinggian 5.000 meter. Batas ketinggian terbang drone ini ditakar sampai 7.200 meter. Panjang landasan yang dibutuhkan untuk landing adalah 500 meter dan panjang landasan untum take-off yaitu 700 meter. (Gilang Perdana)
Semoga beneran “mantak-aji” ngembangin mission systemnya …….semoga saja
4x hardpoints-nya itu MAM-L missile?
Mission system, ground controller dan sensor buatan lokal, dengan mesin buatan luar serta desain mengambil lisensi Thailand, cara cerdas untuk menghindari tekanan negara Jiran yang tidak ingin TNI moderen, produk hasil sertifikasi akan segera battle problem dimedan Papua
Buatan dalam negeri gajah putih
tolong jujur menyampaikan berita saya tahu anda punya informasi lebih tentang barang ini ya admin heheh… udah rame d forum2 militer d sosmed ni drone rnd nya dimana dan di backup negara mana …