Banjir Order, Dassault Aviation Akan Tingkatkan Kapasitas Produksi Jet Tempur Rafale
|
Dassault Aviation tak pelak menjadi manufaktur dirgantara yang ketiban rejeki di sepanjang tahun 2021 sampai awal 2022, betapa tidak, jet tempur Rafale terbilang laku keras di pasar ekspor, termasuk Indonesia yang terakhir memesan 42 unit Rafale, dengan 6 unit kontrak perdana. Berangkat dari ‘membanjirnya’ order, Chief Executive Officer Dassault Aviation, Eric Trappier berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi Rafale.
Baca juga: Sah, 6 dari 42 Unit Jet Tempur Rafale Pesanan Indonesia Telah Teken Kontrak Hari Ini
Dikutip dari Flightglobal.com (4/3/2022), disebutkan output produksi Rafale akan meningkat menjadi tiga unit per bulan pada pertengahan dekade ini, hal tersebut didukung oleh keberhasilan penjualan ekspor. Eric Trappier, yang mempresentasikan pencapaian setahun penuh pada 4 Maret lalu, mengatakan bahwa produksi akan meningkat menjadi tiga unit per bulan di tahun-tahun mendatang, dari saat ini yang menghasilkan dua unit per bulan.
Sepanjang tahun tahun 2021, Dassault Aviation telah mendapat order 49 unit Rafale – terdiri dari 31 unit untuk Mesir, 12 unit untuk Prancis, dan 6 unit untuk Yunani. Backlog Rafale pada akhir tahun 2021 mencapai 86 unit pesawat, dimana 46 di antaranya untuk pasar ekspor.
Namun, angka tersebut belum termasuk pesanan blockbuster dari Uni Emirat Arab (UEA) yang mencapai 80 unit dan Indonesia (42 unit), yang masing-masing ditandatangani pada Desember 2021 dan Februari tahun ini. Yunani juga kemungkinan akan berkomitmen untuk membeli enam pesawat lagi setelah mendapatkan persetujuan parlemen untuk kesepakatan awal tahun ini, dan Perancis diperkirakan akan berkomitmen untuk setidaknya 42 unit Rafale lagi pada tahun 2023, di bawah tahap pesanan kelima untuk pengiriman mulai 2027.
“Dengan kondisi pesanan yang cukup banyak, maka kami harus meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi tenggat waktu kontrak di tahun-tahun mendatang,” kata Trappier. Sementara pengiriman pesawat ke UEA tidak akan dimulai sebelum 2026. Meski tidak disebutkan kapan, Ia menyebut pengiriman untuk Mesir dan Indonesia akan dilakukan “dalam jangka pendek”, yang mengarah ke “puncak produksi” Dassault. Sumber tak resmi menyebut bila Indonesia akan menerima batch pertama Rafale mulai tahun 2026.
Trappier menyebut bahwa peningkatan tajam pada produksi tidak akan terjadi pada tahun 2022. Sepanjang 2022, Dassault hanya akan mengirim 13 unit Rafale, atau turun dari 25 unit pada tahun 2021. Produksi 13 unit pada tahun ini kesemuanya ditujukan untuk pelanggan ekspor, dalam hal ini untuk Mesir dan India.
Pengiriman Rafale untuk Angkatan Udara Perancis telah dihentikan selama beberapa tahun “karena beberapa pilihan anggaran” dan kemungkinan akan dilanjutkan mulai tahun 2023.
“Menjadi tantangan adala variabel penyesuaian dalam anggaran pertahanan Perancis, dalam hal ini kami bersyukur memiliki pesanan ekspor, jika tidak, kami akan kesulitan mempertahankan jalur produksi,” kata Trappier. Tahun lalu Kroasia juga bergabung dengan komunitas operator Rafale, menandatangani 12 unit Rafale bekas pakai dari Perancis.
Baca juga: Bukan Hanya ke Yunani, Perancis Juga Jual 12 Unit Rafale Bekas ke Kroasia
Meski banjir order, Trappier mengatakan pihaknya masih dapat mengakomodasi pesanan tambahan jika diperlukan, bahkan dalam waktu dekat. (Bayu Pamungkas)
rapale sapa yang mau diterjunkan bung pengamat😅france nyata nyata ogah mancing rusia gelap mata😝
mig 29 hebat tapi engak ada buktinya kalou terbukti jelas udah nyusup kewilayah rusia bukan cuma nunggu dibom diwilayah sendiri😜😏😅
Kalau pesanan Indonesia yang pertama dateng tahun 2026, berarti kita beli yang versi F4. Katanya F4 siap operasional tahun 2024. Kalau beli yang F3R, sebelum 2024 juga seharusnya sudah bisa dikirim.
@Distanta: Flanker Indonesia segera dipensiunkan aja terus dihibahkan ke Ukraina. Tenang aja nanti minta bayaran ilmuan rudal dan nuklir Ukraina wajib kerja di Indonesia. Bikin ICBM, rudal jelajah jangkauan 1000 km dan mesin pespur. Abis itu bikin nuklir. Hhhhhhhhhh
@Dimas: Rafale gak perlu turun di Ukraina, Mig-29 udah membuktikan kalo Su-27/30 Rusia cuman macan kertas aja. Hhhhhhhhhh
Justru Rafale harus turun di Natuna biar bisa H2H sama J-20, bisa menang gak J-20 lawan Rafale. Kalo gak bisa berarti itu cuman pespur siluman hoax yg kalo ketemu F-22 dan F-35 cuman dijadikan kalkun terbang. Hhhhhhhhhh