‘Bangkitkan’ Proyek LCS Maharaja Lela yang Mangkrak, Malaysia Gelontorkan Dana Ekstra
|Kementerian Pertahanan Malaysia sejak Mei 2021 telah memutuskan bahwa proyek Littoral Combat Ship (LCS) Maharaja Lela class yang mangkrak akan dilanjutkan kembali. Namun, keputusan itu pun tak berjalan mulus, pada Februari 2022, dikabarkan jumlah pesanan LCS Maharaja Lela class akan dikurangi. Pengurangan jumlah rupanya tak menyelesaikan persoalan, lantaran dibutuhkan kucuran dana besar untuk melanjutkan proyek LCS yang lama mangkrak ini.
Dikutip dari defensenews.com (30/5/2023), disebutkan Malaysia akan memompa lebih banyak dana ke dalam program LCS yang bermasalah, meskipun telah terjadi penurunan kemampuan dan penundaan penjadwalan.
Kementerian Pertahanan Malaysia mengumumkan langkah strategis terebut saat ajang LIMA 2023 minggu lalu. Kontrak terbaru ini akan memompa anggaran tambahan bagi Malaysia hingga US$430 juta untuk kapal-kapal tersebut. Malaysia juga akan mengurangi jumlah kapal yang akan diterima berdasarkan kontrak yang direvisi dari enam menjadi lima, dan menerima penundaan tambahan untuk pengiriman kapal.
Di bawah jadwal pengiriman baru, galangan kapal Malaysia Boustead Heavy Industries Corp (BHIC) akan mengirimkan kapal pertama — KD Maharaja Lela 2501 — pada tahun 2026, yang artinya tujuh tahun molor setelah jadwal yang direncanakan semula. Sementara kapal terakhir – KD Tok Janggut, akan diserahkan pada tahun 2029, atau molor lima tahun dari jadwal semula.
Untuk melancarkan proyek LCS Maharaja Lela class, Kementerian Keuangan Malaysia akan mengambil alih pembuat kapal dengan menyiapkan perusahaan baru untuk mengakuisisi Boustead Naval Shipyard dari perusahaan induknya, Boustead Heavy Industries Corp.
Kapal utama, KD Maharaja Lela, diluncurkan pada Agustus 2017, tetapi program tersebut segera terganggu oleh penundaan konstruksi dan pembengkakan biaya. Tanda-tanda ada masalah pada proyek ini mulai tercium dari molornya jadwal peluncuran. Kapal pertama, Maharaja Lela 2501 sudah diluncurkan pada 31 Oktober 2017, dan setelah melewati tahapan sea trial dan beragam instalasi perangkat elektronik serta persenjataan, seharusnya Maharaja Lela 2501 diserahkan ke AL Malaysia pada akhir 2019.
Komite dari parlemen meluncurkan penyelidikan terhadap program tersebut, di mana anggota mengunjungi galangan kapal dan mewawancarai mantan menteri pertahanan, di antara pejabat pertahanan dan perusahaan lainnya.
Panitia mengungkapkan pada Agustus 2022 bahwa pekerjaan di kapal telah sepenuhnya dihentikan saat itu. Ia juga menuduh bahwa anggaran US$300 juta telah disalahgunakan dari proyek tersebut, yang menyebabkan tuduhan penipuan yang ditujukan kepada mantan direktur pelaksana Boustead Heavy Industries, Ahmad Ramli Mohammad Nor.
Dengan basis korvet Gowind 2500 Class, AL Malaysia dan Naval Group mengembangkan jenis kapal baru yang konsep awalnya disebut Second Generation Patrol Vessel (SGPV) atau Littoral combat ships (LCS). Dibandingkan korvet Gowind 2500 Class, Maharaja Lela class punya bobot lebih besar, yaitu 3.100 ton dengan panjang 111 meter.
Dari enam unit (awal) yang dipesan, frigat yang dibangun dari basis korvet Gowind Class ini telah diluncurkan satu unit (Maharaja Lela 2501). Sementara tiga lainnya – Syarif Masahor 2502, Raja Mahadi 2503 dan Mat Salleh 2504 sempat ke fase produksi, meski akhirnya ikut berstatus mangkrak. (Gilang Perdana)
Dijadikan monumen saja, biarkan pemerintahan selanjutnya yang pusing.
Yakin bisa rampung dan ga molor lg…
Semoga segera jadi beroperasi Maharajalela nya TLDM ini kasihan juga mereka jika tak punya kaprang kombatan, walau sering berseteru dan sering mencemooh dan mengejek kita tapi sebagai bangsa Melayu yg lebih tua kita tak akan pernah memerangi mereka, kecuali Malaysia berulah keterlaluan itu apaboleh buat.
ayo indonesia, proyek bergamininya dilanjutin 🙂
Itu sebutannya LCS, tapi ambil desain frigat Gowind, jadi silahkan dicerna aja hehe
Lcs apa frigat sih?