Update Drone KamikazeKlik di Atas

Balon di Ketinggian Bukan Cuma alat Mata-mata, Bisa Luncurkan Wahana Hipersonik sampai Serangan EMP

Buntut dari kasus balon mata-mata Cina kini menjadi bola liar dan menjadi pergunjingan di kalangan para pemerhati intelijen dan pertahanan. Bukan sekedar sebagai alat memata-matai, High Altitude Balloon, rupanya lebih jauh dapat diperankan sebagai sistem senjata mutakhir yang tidak terbanyangkan sebelumnya.

Baca juga: Investigasi Kasus Balon Mata-mata, Berburu Puing Menganalisa Kemampuan Intelijen Cina

Meski untuk efektivitasnya masih mengundang tanya, beberapa riset telah dilakukan pada High Altitude Balloon, mulai dari untuk melepaskan senjata hipersonik sampai penunjang serangan nuklir berksala kecil dengan Electromagnetic Pulse (EMP)

Seperti dilansir dari eurasiantimes.com (10/2/2023), Cina telah mengembangkan kemampuan balon seperti yang ditembak jatuh di lepas Pantai Carolina selatan untuk melepaskan senjata hipersonik. Pada tahun 2018, CCTV, layanan televisi Pemerintah Cina menyiarkan rekaman balon ketinggian, tidak berbeda dengan yang melintasi AS dan Kanada minggu lalu, menjatuhkan apa yang tampak seperti senjata hipersonik.

Video tersebut memperlihatkan balon ketinggian tinggi membawa tiga muatan berbentuk baji, yang tampak seperti Hypersonic Glide Vehicle (HGV), hingga ketinggian tertentu dan kemudian menjatuhkannya sebagai bagian dari uji senjata.

South China Morning Post (SCMP) yang berbasis di Hong Kong melaporkan bahwa HGV yang dijatuhkan dari balon adalah bagian dari upaya untuk mengembangkan hulu ledak presisi untuk senjata hipersonik, yang akan memberi militer Cina keunggulan dalam kemampuan serangan nuklir.

Muatan berbentuk baji tampaknya menyerupai desain yang terungkap pada tahun 2017, dan diyakni terkait dengan HGV DF-ZF yang sedang dikembangkan dan mulai beroperasi pada Oktober 2019. DF-ZF dapat melakukan perjalanan di kecepatan Mach 5 dan Mach 10 dan melakukan manuver mengelak untuk mengatasi pertahanan musuh.

HGV DF-ZF dapat dibawa oleh rudal balistik jarak menengah Dong Feng-17 (DF-17) yang dapat melesat dengan kecepatan Mach 5-10 dan membawa senjata konvensional atau nuklir. DF-17 memiliki jangkauan 1.800 – 2.500 km dan berat peluncuran 15.000 kg.

Laporan juga menunjukkan bahwa HGV yang dijatuhkan oleh balon mungkin telah berkontribusi pada pengembangan kendaraan luncur hipersonik (hypersonic glide vehicle/HGV) yang secara diam-diam diuji oleh Cina pada Juli 2021, yang kemudian memicu kekhawatiran dan kepanikan yang meluas di kalangan petinggi militer AS.

HGV yang dikepaskan dari balon menempuh jarak sekitar 24.800 mil (39.911 km) di luar angkasa sebelum memasuki kembali atmosfer dan menyerang target darat, menurut laporan US Defense Intelligence Agency (DIA).

Laporan DIA membaca bahwa uji terbang berlangsung lebih dari 100 menit, menjadikannya “jarak terjauh yang ditempuh dan waktu penerbangan terlama dari sistem senjata serangan darat Cina hingga saat ini.”

Penunjang Serangan EMP
Menurut Paul Crespo, presiden Pusat Studi Pertahanan Amerika mengatakan, bahwa Cina dapat menggunakan balon untuk melakukan serangan nuklir EMP. “Diledakkan di ketinggian yang sangat tinggi, maka EMP dapat mematikan listrik dan komunikasi di seluruh AS, mendatangkan malapetaka yang meluas selama satu tahun atau lebih tanpa mereka harus melepaskan tembakan,” ujar Crepso.

Serangan pulsa elektromagnetik – Electromagnetic Pulse (EMP). EMP memerlukan peledakan senjata nuklir di atmosfer, yang menghasilkan gelombang elektromagnetik kuat yang dapat merusak semua peralatan elektronik.

Para ahli di AS prihatin tentang kerentanan infrastruktur jaringan negara tersebut terhadap serangan High Altitude Electromagnetic Pulse (HEMP), itu tampaknya karena kurangnya perhatian yang memadai dari pemerintahan Joe Biden.

Cahaya ledakan nuklir terlihat dari jarak 1.000 km.

Menurut pakar militer AS, serangan EMP yang berhasil di Pantai Timur AS dapat membunuh 90 persen populasi dalam waktu satu tahun setelah serangan, dan dibutuhkan waktu 18 bulan untuk memulihkan jaringan listrik dan tatanan sosial.

Baca juga: Antisipasi Serangan “Electromagnetic Pulse”, Jepang Bangun Markas Besar Angkatan Darat dan Angkatan Laut di Bawah Tanah

Sekitar 99 reaktor nuklir kemungkinan akan meleleh tanpa listrik untuk mendinginkannya, dan sekitar 4,1 juta orang harus mengungsi dari daerah sekitar pembangkit nuklir. Buntut dari serangan EMP, seperti jet tempur tidak akan bisa lepas landas atau mendarat jika gelombang elektromagnetik menghapus sistem radar kendali. (Gilang Perdana)

6 Comments