Update Drone KamikazeKlik di Atas

Antisipasi Serangan “Electromagnetic Pulse”, Jepang Bangun Markas Besar Angkatan Darat dan Angkatan Laut di Bawah Tanah

Di luar kelaziman, Jepang mengumumkan rencana untuk membangun Markas Besar Pasukan Bela Diri Darat dan Pasukan Bela Diri Maritim di bawah tanah, yang lokasinya disiapkan di empat fasilitas di Okinawa dan wilayah Kyushu. Tentu bukan tanpa maksud, pasalnya Negeri Sakura harus bersiap bila konflik Taiwan meletus, yang diprediksi akan berimbas pada Jepang.

Baca juga: Rusia Uji Kemampuan Ilyushin Il-80 Maxdome, Pastikan Komunikasi Putin dengan Kapal Selam Serang Nuklir Berjalan Lancar

Meski pembangunan markas besar di bawah tanah baru dianggarkan pada tahun fiskal 2028, tetap saja pembangunan markas besar militer di bawah tanah, menjadi menarik perhatian para analis. Dikutip dari eurasiantimes.com (2/12/2022), pembangunan markas besar angkatan darat dan angkatan laut dipersiapkan untuk melindungi dari ancaman serangan Electromagnetic Pulse (EMP) yang potensial dilancarkan oleh Cina.

Bukan hanya di fasilitas markas besar, kabarnya Kementerian Pertahanan Jepang juga bermaksud menggelar sistem proteksi EMP di lima pangkalan udara Jepang pada akhir tahun fiskal 2029.

Sensor pendeteksi radiasi nuklir (external flow) di WC-135C.

Pusat Komando bawah tanah juga akan dibangun di pangkalan Naha dari Pasukan Bela Diri Darat di Prefektur Okinawa, kemudian pangkalan Yonaguni juga di Prefektur Okinawa, pangkalan Kengun di Prefektur Kumamoto, dan Biro Pertahanan Regional Maizuru dari Maritime Self-Defense di Prefektur Kyoto.

Fasilitas tersebut adalah pangkalan penting untuk mengerahkan dan mengarahkan pasukan dan armada kapal. Sudah menjadi doktrin bagi Jepang, bahwa mereka harus terus beroperasi meskipun ada serangan musuh. Mengingat pangkaan Naha dan Yonaguni sangat dekat dengan Taiwan, maka pembangunan sistem proteksi di kedua pangkalan akan dipertimbangan secara khusus.

Yang membuat Jepang gentar adalah khawatir Korea Utara dan Cina sedang mengerjakan metode untuk meluncurkan serangan pulsa elektromagnetik – Electromagnetic Pulse (EMP). EMP memerlukan peledakan senjata nuklir di atmosfer, yang menghasilkan gelombang elektromagnetik kuat yang dapat merusak semua peralatan elektronik.

Buntut dari serangan EMP, seperti jet tempur tidak akan bisa lepas landas atau mendarat jika gelombang elektromagnetik menghapus sistem radar kendali. Oleh karena itu, pemerintah telah merencanakan tindakan pencegahan, seperti memasang filter EMP untuk melindungi sistem kelistrikan.

Baca juga: Boeing WC-135 – Mengenal Si “Pengendus” Radiasi Nuklir Yang Mendarat Darurat di Aceh

Pangkalan Udara Nyutabaru di Prefektur Miyazaki akan menjadi fasilitas pertama yang menggunakan proteksi EMP ini. Perlindungan anti EMP juga diperkirakan akan diberikan ke pangkalan udara Naha di Okinawa, Pangkalan Udara Fuchu di Tokyo, dan Pangkalan Udara Chitose di Hokkaido.

Strategi Keamanan Nasional yang baru disahkan oleh Kabinet pada 16 Desember, menyatakan bahwa “fasilitas pertahanan utama” akan ditingkatkan sebagai bagian dari langkah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara secara substansial.

Cahaya ledakan terlihat dari jarak 1.000 km.

Pemerintah Jepang telah menyisihkan sekitar 36,4 miliar yen dalam anggaran awal untuk tahun fiskal mendatang, terutama untuk menutup biaya tahapan untuk membangun pusat komando bawah tanah. Dalam masa awal, akan dilakukan survei lokasi dan tindakan persiapan lainnya.

Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk membeli tanah di pulau Yonaguni dan Ishigaki untuk membangun bangunan yang dapat berfungsi sebagai tempat penampungan evakuasi bagi penduduk setempat dalam keadaan darurat.

Imbas dari serangan EMP, maka menghasilkan medan elektromagnetik intensitas tinggi yang dapat merusak atau mengganggu peralatan elektronik. Ada laporan bahwa Cina memiliki senjata EMP dan bahkan telah membuat protokol untuk melancarkan serangan serangan pertama.

Serangan EMP dapat melumpuhkan sistem elektronik musuh, termasuk sistem komunikasi dan radar. Pakar dalam bidang EMP, Dr. Peter Pry menyatakan bahwa Cina membuat senjata semacam itu sebagai bagian dari Total Information Warfare, yang juga melibatkan serangan peretasan komputer. Dr. Pry menduga Cina sangat ingin melepaskan High-Altitude Electromagnetic Pulse (HEMP), dengan sasaran untuk melumpuhkan satelit dan kapal laut.

Baca juga: Electronic Support Measure: Jurus Kapal Perang Mengendus Keberadaan Lawan via Gelombang Elektomagnetik

Dr. Pry menunjukkan bahwa doktrin militer Cina penuh dengan persiapan teknologi dan operasional untuk serangan nuklir pertama, termasuk beberapa contoh penggunaan serangan HEMP untuk melumpuhkan kelistikan di kapal induk nuklir Amerika Serikat. (Bayu Pamungkas)

8 Comments