Bakal Jadi Jet Tempur Agresor, F-16 C/D AL AS Dipasangi Radar AESA
|Sebagai unit penerbangan Angkatan Laut kelas dunia, segala upaya dilakoni Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) untuk selalu unggul dalam setiap aspek, termasuk dalam simulasi menghadapi peperangan udara ke udara, maka penempur US Navy harus dipastikan update pada potensi lawan yang akan kelak dihadapi. Untuk itu, keberadaan skadron agresor yang mumpuni menjadi suatu keharusan.
Baca juga:F-5N “Aggressor” – Bukti Kecintaan Amerika Serikat pada Keluarga F-5 Tiger
Skadron agresor yang diposisikan sebagai kekuatan lawan di US Navy kini kian bertaring, setelah belum lama ini menerima unit perdana dari surplus F-16 yang ada di stok AU AS (US Air Force). Meski keluarga F-16 Figting Falcon sudah beberapa kali diperankan sebagai agresor oleh US Navy, namun kabar terbaru menyebut bahwa yang diterima US Navy adalah F-16 varian canggih yang punya kemampuan setara generasi Viper.
Dikutip dari TheDrive.com (20/4/2022), sebanyak 20 unit F-16C Block 32 (single seat) dan 6 unit F-16D Block 25 (tandem seat) sedang ditransfer ke US Navy, dimana USAF saat ini berencana untuk melepaskan 124 unit armada F-16 sampai tahun 2026. Oleh US Navy, ke-26 unit F-16 C/D eks USAF akan ditempatkan ke dalam Fleet Composite Squadron (VFC) 13 “Fighting Saints,” di Naval Air Station Fallon, Nevada. Nantinya, keberadaan F-16 C/D di VFC 13 akan menggantikan peran agresor lawas F-5N Tiger II.
F-5N Tiger II yang diposisikan sebagau MiG-21 dalam Top Gun, belum akan dipensiunkan, armada F-5 VFC-13 kini sedang dialihkan ke Strike Fighter Squadron VFA-204 “River Rattlers di Naval Air Station Joint Reserve Base New Orleans, Louisiana.
US Navy memutuskan untuk mengakuisisi F-16 eks USAF karena punya berencana untuk berhenti mengakusisi F/A-18E/F Super Hornet pada Tahun Anggaran 2022. Super Hornet yang tersedia tidak cukup untuk melengkapi unit garis depan pelatihan, serta dukungan untuk menghadapi misi musuh kelas atas. F-16 dianggap menawarkan kelas yang “berbeda” dengan kinerja tinggi dalam peran replikasi berbagai ancaman.
Baca juga: Gripen Aggressor – Saatnya Gripen Jadi Penantang Dalam Duel Latihan Tempur
Rencananya, setelah berada di tangan US Navy, armada F-16 C/D eks USAF akan ditingkatkan kemampuannya, seperti pemasangan radar AESA Northrop Grumman AN/APG-83, yang kesemuanya dilakukan guna menjadikan armada F-16 agresor sebagai lawan yang paling menantang saat ini, termasuk dipersiapkan untuk maladeni duel dengan armada jet tempur generasi keempat dan kelima (F-35 B/C) US Navy. (Bayu Pamungkas)
Wuidih disuruh nunggu. Sampai kapan nunggu? Keburu dihabisin sama negeri utara. Apalagi suruh nunggu KF21 yang jarak tempuhnya pendek dan belum bisa terbang apalagi battle proven.
Perkiraan biaya refurbish+upgrade ke AESA + rudal AIM120 + rudal AIM9X + rudal ASHM AGM84 untuk 98 F16 adalah sekitar USD 6,5 miliar.
98 F16 itu bisa berfungsi untuk stop gap. F15ID kita mulai terima kapan? 2027. Itu kalau kontrak dittd sekarang. Sekarang belum kontrak khan?
Rafale kita terima kapan? Paling cepat 2023 itupun hanya 6 biji. Yang 36 biji sisanya belum tau efektif kapan. Yang 6 ini pun juga belum efektif.
KF21 bagi saya hanya anak bawang saja lha terbang aja belum. Apalagi nunggu battle proven. ciri anak bawang itu ingin ikut bermain tapi belum bisa sehingga harus diistimewakan biar ngga nangis.
Boleh aja sih beli Rafale, beli F15ID tapi barangnya mulai nyampai sini kapan?
Sementara F16 yang 98 unit itu tinggal minta trus minta persetujuan kongres dan kemungkinan besar disetujui trus asal ada jaminan devisa tinggal ambil bisa upgrade/refurbish di sini atau dibagi 2 di sini dan di amrik.
Bagaimana pun juga usd 6.5 miliar lebih murah daripada usd 8.1 miliar plus usd 13.9 miliar.
8.1 + 13.9 = 22
6,5 dibanding 22 lebih murah mana ?
Lebih cepat mana untuk memenuhi MEF? Lihat itu naga sudah menjulurkan lidah dan memamerkan giginya yang besar2.
Pada 2011, Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membeli 24 jet F-16 bekas dari pemerintah AS senilai US$750 juta. Proyek pengadaan pesawat tempur ini dinamai sebagai Peace Bima Sena II, menyusul Peace Bima Sena I (1986). April 2015, salah satu dari pesawat itu mengalami kecelakaan. TNI AU memutuskan tidak akan mengoperasikan F-16 bekas AS sampai ada hasil investigasi. Dan memutuskan akan mengevaluasi setiap pesawat hasil hibah.
24 unit F-16 hibah untuk menjadi layak tebang saja memerlukan dana US$ 750 juta, coba bayangkan jika 98 unit + upgrade radar?
Lebih baik menunggu KF-21, Rafale F3R dan F-15ID yang over all barang gres dan sudah dilengkapai AESA + doble enggine dan tentunya berikut dengan ToT.
Nilai kontrak 42 unit Rafale F3R US$ 8.1 miliar atau sekitar Rp 116 triliun (kurs Rp 14.350/US$)
Sedangkan 36 unit F-15ID senilai Rp 199 triliun dan untuk 1 unit KF-21 seharga US$ 65 juta.
All new dan refurbish
Untuk Rafale F3 dan F-15ID bukan keadaan kosongan.
Bagaimanapun F-16 upgrade dan refurbish tetap masih dibawah dari 3 pespur doble enggine tersebut.
“Rasar” ?
Typo ya min?
Betul, terima kasih koreksinya 🙂
124 – 26 = 98
98 unit sisanya, wow ngiler gue, bisa untuk 6-8 skuadron tuh.
Kita sudah punya 32 F16 atau 2 skuadron yang operasional. Jika ditambahi 98 unit alias 8 skuadron yang ini bisa cepat terpenuhi tuh target MEF 10 skuadron tempur. Murah. Nggak pakai nunggu lama produksi baru lagi. Tinggal direfurbish sebentar. Perkiraan biaya refurbishnya sekitar usd 3,8 – 4 miliar. Jika ditambahkan rudal untuk melengkapi 98 unit ini bisa sampai usd 5 – 6 miliar.