Archer Class Singapura – Kapal Selam dengan Teknologi AIP dan Double Torpedo Launcher Types
Meski bukan kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, namun bisa dipastikan Singapura-lah yang paling kuat dan canggih untuk alutsista di semua matra. Tak terkecuali bicara tentang kapal selam, Negeri Pulau seluas DKI Jakarta ini juga secara kualitas punya arsenal Siluman Bawah Laut paling update teknologinya di kawasan.
Terkenal tak pernah ‘main-main’ untuk kualitas sistem senjata, kapal selam Singapura Archer Class kini menjadi yang terdepan dibanding rivalnya sesama kapal selam di Asia Tenggara. Sejatinya dua unit Archer Class (RSS Archer dan RSS Swordsman) merupakan produk refurbish dari kapal selam diesel listrik Västergötland Class bekas pakai AL Swedia, awalnya kedua kapal selam ini bernama HMS Hälsingland and HMS Västergötland, kedua kapal selam ini bertugas di AL Swedia dalam periode 1987 – 1988. Baru kemudian pada November 2005, Kementerian Pertahanan Singapura mengadakan kontrak dengan Kockums untuk mengakuisisi dua unit Archer Class (ex- Västergötland Class) dibawah program Northern Lights. Selain segudang upgrade pada jeroan kapal selam, kontrak juga mencakup dukungan logistik dan pelatihan awak.
Dan saat ini, dibawah program Northern Lights, RSS Archer dan RSS Swordsman masuk dalam arsenal Skadron 171 Republic of Singapore Navy (RSN). Hadirnya kedua kapal selam refurbish ini menjadikan AL Singapura kini mempunya empat unit kapal selam, sebelumnya sudah ada RSS Conqueror dan RSS Chieftain yang juga berasal dari Swedia.
Lalu apa yang menjadikan Archer Class terlihat unggul? Yang pertama adalah sistem penggerak kapal selam yang sudah mengadopsi AIP (air independent propulsion) alias mesin tidak tergantung pada pasokan udara bebas layaknya mesin konvensional. Bila kapal selam bertenaga nuklir punya keunggulan menyelam dalam waktu yang cukup lama hingga berbulan-bulan di bawah permukaan, maka kapal selam diesel listrik punya kemampuan selam yang tidak terlalu lama, hitungannya maksimum 3 sampai 4 minggu kapal selam harus muncul ke permukaan, baik langsung atau menggunakan snorkel.
Nah, untuk mencapai endurance waktu selam yang maksimal, kapal selam diesel listrik mengandalkan sokongan tenaga dari AIP (Air Independent Propulsion). Berkat AIP, endurance menyelam kapal selam bisa meningkat 3 – 4x dibanding kapal selam non AIP. Archer Class menggunakan AIP Stirling engine dari SAAB Swedia. Di Asia Tenggara dan Australia, saat ini baru Archer Class yang hadir dengan teknologi AIP.
Dalam paket upgrade, Archer Class Singapura juga diberi dukungan karakteristik stealth GHOST (Genuine Holistic Stealth) dan kemampuan senyap lebih tinggi. Lainnya yang tak ketinggalan adalah advanced sonar systems, torpedo systems, dan tentunya climate control agar sesuai dioperasikan di perairan Singapura. Upgrade climate control menjadi isu penting, mengingat asal kapal selam beroperasi di Laut Utara yang beriklim dingin.
Baca juga: Black Shark – Akankah Jadi Torpedo Andalan di Kapal Selam Changbogo Class TNI AL?
Dari segi persenjataan, Archer Class yang mengadopsi desain single hull mengadopsi konsep yang beda dibanding kapal selam kompetitor di kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, Archer Class mengusung dua tipe tabung peluncur torpedo. Pada bagian haluan terdapat enam tabung peluncur torpedo kaliber 533 mm (21 inchi) dan tiga tabung peluncur torpedo kaliber 400 mm (16 inchi).
Torpedo kaliber 533 digunakan untuk meluncurkan heavy weight torpedo, ukuran kaliber ini terbilang standar digunakan kapal selam, termasuk pada Type 209 dan Changbogo Class TNI AL. Sedangkan kaliber 400 mm digunakan untuk meluncurkan jenis lightweight anti-submarine torpedo. Meski menghadirkan dua tipe tabung torpedo, sayangnya tidak ada informasi yang menyebut tentang Archer Class dapat meluncurkan rudal anti kapal sekelas SM-39 Exocet. Berbeda dengan Type 209 Class dan Changbogo Class TNI AL yang mengadopsi desain modular, Archer Class tampil dengan single hull dengan double compartement untuk dimuati 28 awak. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Archer Class
– Galangan: Kockums AB, Swedia
– Panjang: 60,5 meter
– Beam: 6,1 meter
– Draft: 5,6 meter
– Bobot di permukaan: 1.400 ton
– Bobot saat menyelam: 1.500 ton
– Propulsi: 2 × Hedemora diesel-electric engines dan 2 × Kockums v4-275R Sterling AIP units
– Kecepatan: 8 knots (15 km per jam) di permukaan dan 15 knots (28 km per jam) saat menyelam
– Persenjataan: 6 × 533 mm (21 in) torpedo tubes dan 3 × 400 mm (16 in) torpedo tubes
Kalau kapal selam tanpa sistem AIP apa benar kuat 3-4 minggu tanpa muncul ke permukaan laut? Pernah dulu baca di salah satu blog juga kalau KS nanggala & cakra itu pada siank hari itu menyelam tetapi malam hari harus ke.permukaan untuk ambil udara & menghidupkan mesin diesel untuk charger batere kapal selam. Mohon infonya bila ada yg salah,request juga collins australia bung admin. Thanks
Kemampuan menyelam 3-4 minggu itu jika menggunakan aip…ya kan bung admin?
Mas, minta ulasan lengkap ks Changbogo class yg milik korea beserta keunggulan dan prestasinya.. (yg korea punya bukan Indonesia punya)
Trims..
Min, di artikel sebelumnya katanya kapal selam TNI-AL udah dilengkapi AIP. http://www.indomiliter.com/air-independent-propulsion-fuel-cell-teknologi-dibalik-kemampuan-endurance-kapal-selam-tni-al/
Kok di sini disebut belum?
Sejatinya pemasangan AIP di Changbogo Class baru sebatas opsi yang ditawarkan pihak pembuat, belum ada konfirmasi soal kepastiannya. Dan sampai saat ini, kapal selam di Asia Tenggara yang sudah melaut dengan AIP baru Archer Class milik Singapura.
Mungkin karena barangnya belum jadi bung, jadi di anggap belum pakai Aip, kalo cuma wacana kecil kemungkinan terealisasi.
sangat komprehensif ulasannya.. trims min
Your Welcome mas Fuhrer 🙂