Update Drone KamikazeKlik di Atas

Angkatan Laut “Sang Naga” Uji Electromagnetic Railgun, Lontarkan Proyektil 124 Kg dengan Kecepatan 700 Km/Jam

Dianggap sebagai senjata pamungkas masa depan, Cina sejak tahun 2017 telah melakukan serangkaian uji coba penggunaan Electromagnetic Railgun pada kapal perang. Indikasi tersebut setelah Beijing melihat kesuksesan uji coba railgun oleh AS beberapa tahun sebelumnya. Namun, bukan perkara mudah untuk menciptakan Electromagnetic Railgun dengan kualitas tinggi.

Baca juga: Haiyang Shan 936 – Kapal Perang Pertama dengan Electromagnetic Railgun

Pada tahun 2018 Angkatan Laut Cina menguji Electromagnetic Railgun pada Landing Ship Type 072III (Haiyang Shan 936). Namun, saat itu tidak dilaporkan hasil dari uji coba Railgun pada kapal perang tersebut. Dikutip dari South China Morning Post – scmp.com, belum lama ini, Angkatan Laut Cina dikabarkan telah menguji Electromagnetic Railgun – yang disebut Gauss cannon.

Gauss cannon disebut dapat melontarkan proyektil seberat 124 kg dengan kecepatan 700 km per jam dalam waktu 0,05 detik. Para ilmuwan Cina yang terlibat mengklaim bahwa proyektil dapat meluncur dengan kecepatan sangat tinggi tanpa kehilangan akurasi.

Apa yang dilakukan oleh AL Cina adalah pengujian jenis Electromagnetic Railgun dengan menggunakan munisi terberat. Sayangnya, tidak dilaporkan mengenai jarak peluncuran dan rincian lain tentang uji coba Gauss cannon.

Gauss cannon adalah sejenis akselerator massa elektromagnetik. Larasnya terbuat dari bahan dielektrik dan dipasang di dalam solenoid. Ketika arus listrik dialirkan ke solenoid, maka akan membentuk medan elektromagnetik yang mempercepat proyektil. Ilmuwan Cina percaya bahwa peluncur elektromagnetik memiliki masa depan yang cerah. Keunggulannya dibandingkan artileri laras tradisional adalah kecepatan tinggi, biaya rendah, dan pelatihan cepat.

Cina saat ini sedang mengembangkan Gauss cannon yang lebih kuat. Electromagnetic Railgun made in China ini diharapkan mampu mencapai target yang berjarak lebih dari 100 kilometer, dan mempercepat proyektil hingga 3.600 km per jam (atau hampir Mach 3).

Dari segi akselerasi, Electromagnetic Railgun besutan AS sejatinya lebih kuat, namun Cina mengklaim untuk urusan bobot proyektil, apa yang dilakukan Sang Naga dikaim lebih unggul.

Adopsi Electromagnetic Railgun di masa depan dipercaya dapat merubah tatanan dalam pertempuran, lantaran model senjata ini dapat melontarkan proyektil dengan kecepatan hipersonik untuk jarak tembak yang sangat jauh. Disebut-sebut kecepatan tembak senjata ini bisa mencapai Mach 5 – 7. Para ilmuwan AS yang mengembangkan senjata ini yakin proyektil railgun bisa melesat dengan kecepatan Mach 7,5 atau sekitar 9.100 kilometer per jam.

Merealisasikan senjata ini memang tak mudah, untuk dukungan sumber tenaga saja diperlukan daya yang sangat besar. yakni hingga 25 megawatt, atau setara dengan listrik yang digunakan oleh 18.750 rumah di AS. Tantangan kedua adalah soal penyimpanan daya, kemudian rancangan material pada laras yang harus benar-benar ekstra kuat, dan yang tak kalah penting adalah sistem pemandu proyektil yang melesat bak halilintar tersebut.

Cina rupanya sudah berpikir jauh, yang dengan pengembangan teknologi listrik berdaya besar untuk kapal perang, Integrated Electrical Propulsion Systems (IEPS). Oleh beberapa pengamat, teknologi ini diusung untuk mendukung konsep electromagnetic railgun, dan disebut-sebut IEPS kumungkinan akan dipasang pada kapal perusak (destroyer) terbaru Cina, Type 055.

Sebelum Cina, AS justru telah mencanangkan uji coba electromagnetic railgun di atas kapal USNS Trenton pada tahun 2016. Namun rencana tersebut tak dilanjutkan karena masalah anggaran yang konon terlalu mahal, dan fokus Pentagon belakangan masih pada pengembangan senjata artileri kapal konvensional.

Baca juga: Hadapi Rudal Hipersonik Cina dan Korea Utara, Jepang Kucurkan Dana Riset US$56 Juta untuk Pengembangan Electromagnetic Railgun

Jepang yang was-was atas kemajuan militer Cina, telah memberi porsi tersendiri untuk pengembangan jenis senjata masa depan ini. Pada awal 2022, Kementerian Pertahanan Jepang telah menempatkan porsi serius untuk penelitian dan pengembangan Electromagnetic Railgun, yakni untuk menghadapi potensi serangan rudal jelajah dan balistik hipersonik yang secara teori sulit dicegat.

Anggaran untuk pengembangan Electromagneti Railgun telah disiapkan sebesar 6,5 miliar yen (sekitar US$56 juta) berdasarkan anggaran awal tahun fiskal 2022. (Bayu Pamungkas)