Alti Transition – Drone Fixed Wing VTOL dengan Endurance 12 Jam Andalan Basarnas
|Setelah sebelumnya mengoperasikan drone helicopter jenis SDO 50V2 buatan Swiss Drones Operating AG, Badan SAR Nasional (Basarnas) diketahui juga mengoperasikan drone yang lebih baru dari jenis fixed wing VTOL (Vertical Take-off and Landing) besutan perusahaan asal Afrika Selatan, Alti UAS. Drone yang mudah dibongkar pasang ini dianggap ideal untuk misi pengamatan sebelum aksi SAR dilakukan, dibekali modul EO/IR, drone ini dapat mengudara lumayan lama untuk ukuran drone mini, yaitu 12 jam.
Baca juga: SDO 50V2 – Ini Dia! Drone Copter Andalan Basarnas
Di kelas drone fixed wing VTOL, kemampuan terbang 12 jam masuk kualifikasi ultra-long endurance VTOL. Dikutip dari akun Instagram @altiuas, disebutkan tipe yang digunakan oleh Basarnas adalah Alti Transition, drone dengan bentang sayap 3 meter ini dirancang dapat membawa payload seberat 1,5 kg.
Dari informasi yang tertera pada situs altiuas.com, Alti Transition dapat melesat dengan kecepatan 75 km per jam dan punya coverage 900 km. Keunggulan yang ditawarkan oleh sang manufaktur, biaya operasional drone ini terbilang murah, yaitu hanya US$3,5 per jam. Biaya itu sudah termasuk bahan bakar, sistem kelistrikan serta perawatan.
Pilihan payload yang dapat dibawa drone Basarnas ini mencakup kamera 42 megapixel Sony RX1R ii and Emlid Reach RS+ PPK system atau Trillium HD25 EO/IR dual sensor gimbal system. Fitur yang melengkapi lainnya termasuk smart object and scene tracking, thermal imaging, video recording, GPS guided gimbal control dan target GPS location.
Dalam operasinya, drone hybrid VTOL ini tinggal landas dan mendarat dengan empat unit propeller bertenaga listrik. Baru kemuduan ketika sudah berada di ketinggian tertentu, tenaga dorong akan digantikan oleh mesin utama pada bagian ekor, seketika empat unit propeller listrik akan mati, dan drone berlanjut terbang dalam misi fixed wing penuh. Lepas landas dan mendarat laksana helikopter, Alti Transition tidak menggunakan roda, melainkan digunakan skit.
Bila ingin tahu lebih detail, jenis mesin utama yang digunakan Alti Transition adalah Saito FG21, sementara empat propulsi VTOL mengadopsi T-Motor ALTI U7 dengan kekuatan 420 KV. Khusus propulsi VTOL disokong sumber tenaganya dari baterai 2 x 9000mAh 4S Lipo. Kecepatan jelajah dipatok 20 meter per detik dan kecepatan maksimum 30 meter per detik. Karena ditenagai baterai, kemampuan terbang secara VTOL hanya 3 menit saja, namun setelah mesin utama aktif, barulah drone dapat mengudara 12 jam.
Dari spesifikasi, Drone seharga mulai dari US$95 ribu ini punya bentang sayap 3 meter, panjang 2,3 meter dan tinggi 525 mm. Dari payload 1,5 kg, bobot total saat mengudara mencapai 18 kg. Drone ini dikendalikan secara LoS (Line of Sight) dengan dukungan video link 2.4GHz. Modul kendali drone ini juga tak ribet, utamanya berupa paket ground control station dengan berat 12 kg.
Selain Alti Transition, Alti UAS juga punya varian lain yang secara desain mirip, hanya berbeda dimensi dan tentunya kinerja. Seperti Alti Ascend dengan bentang sayap 2 meter dan endurance 6 jam, kemudian ada Alti Reach yang punya bentang sayap 6 meter dan endurance 20 jam.
Baca juga: KOAX 3.0 – Drone Hybrid VTOL Untuk Misi Khusus
Dari industri dalam negeri, sejumlah drone fixed wing VTOL sudah dirilis, meski masih dalam status prototipe, seperti jenis drone fixed wing VTOL KOAX 3.0 lansiran PT Carita Boat Indonesia sebenarnya cukup menarik kemampuannya, seperti punya kecepatan maksimum 150 km per jam dan payload 5 kg, namun sayang endurance masih terbatas di 2 jam dan jangkauan 100 km. (Haryo Adjie)
COCOK DI GUNAKAN UNTUK MENGAMATI OPM,MOGA TNI ADA TERTARIK JUGA BELI.
Harus ada sensor panas tubuh biar bs mengamati posisi opm, liat video baku tembak susah sekali perang hutan berbukit dgn hutan yg lebat,lagian sekali operasi drone ndak sampe $4,murah sekali
Segitu biaya ops perjam nya 😪
belum dihitung biaya makan dan rokoknya gan.. bisa berlipat2 aslinya..