Akhirnya! Uji Coba Sistem Senjata di Frigat KRI RE Martadinata 331 Telah Tuntas
|Dalam sebuah upacara kecil di PT PAL Surabaya, pada 4 Desember 2019 telah berlangsung re-delivery frigat KRI RE Martadinata 331 yang dilakukan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) dan PT PAL kepada TNI AL, re-delivery ini merupakan tanda bahwa proses integrasi sebagian besar sistem senjata dan Combat Management System (CMS) Tacticos di kapal perang tercanggih di TNI AL telah tuntas dilakukan. Seperti diketahui, KRI RE Martadinata 331 resmi dikukuhkan sebagai bagian dari arsenal armada kapal perang TNI AL pada 7 April 2017.
Baca juga: Belum Lengkap Dipersenjatai, KRI RE Martadinata 331 Resmi Dikukuhkan
Namun, selama beroperasi setelah itu, Perusak Kawal Rudal ini belum dipersenjatai secara lengkap. Saat serah terima ke TNI AL, bekal senjata yang melekat baru meriam reaksi cepat Oto Melara 76/62 Super Rapid gun dan radar intai udara permukaan jenis Thales Smart –S MK2. Kemudian secara bertahap, KRI RE Martadinata 331 dipasangi senjata lain, seperti satu pucuk kanon CIWS (Close In Weapon System) Rheinmetall Millennium 35 mm pada bagian depan anjungan.
“Tahap instalasi dan pengujian sistem senjata serta CMS merupakan poin penting dalam transfer of technology. Disini Damen memberikan pelatihan kepada awak kapal dalam hal operasional dan perawatan. Dan ini semua telah berjalan sangat baik,” ujar Kolonel Dwi Cahyo Kuncoro, selaku Komandan Satgas dari Kementerian Pertahanan, dikutip dari defesaaereanaval.com.br (6/12/2019). Ditambahkan, poin terpenting dari kerja sama dengan PT PAL dimulai dari tahapan konstruksi, proses instalasi dan uji coba pada sistem tempur.
Masih dari sumber yang sama, disebutkan proses uji coba sistem senjata dilakukan selama tiga minggu di lautan. Uji coba yang dilakukan mencakup sistem peperangan elektronik yang dipasok oleh Thales.
Uji coba ini terdiri dari dua sistem, yaitu pengukuran dukungan elektronik (penerima radar pasif) yang memungkinkan kapal untuk merekam dan menafsirkan berbagai sinyal radar yang diterimanya dari lingkungan operasi dan sistem penanggulangan elektronik yang dikenal sebagai jammer. Kedua sistem ini bekerja bersama dengan CMS, titik fokus di seluruh poin untuk melakukan operasi peperangan elektronik.
Akslerasi sistem senjata CIWS Rheinemtall Millennium Gun juga telah dilakukan, penyelarasan sensor telah dilakukan dengan dukungan pihak Rheinmetall. Sementara untuk penyelarasan sistem rudal anti kapal, yaitu Exocet MM40 Block 3 juga telah tuntas dilakukan dengan dukungan pihak MBDA.
Uji coba lain yang telah tuntas dijalankan seperti sistem anti serangan udara dan sistem anti kapal selam (anti submarine warfare), yang disebut menjadi rangkaian penutup dari sesi uji coba pada KRI RE Martadinata 331. Kegiatan yang dilakukan pada segmen ini termasuk uji deteksi dan pelacakan target permukaan dan udara, mengukur akurasi meriam pada berbagai ketinggian dan jarak, dan menilai keterlibatan target udara dan permukaan dengan berbagai sistem senjata. Tidak itu saja, juga telah dilakukan pengujian sistem demagnetisasi yang digunakan untuk mengukur magnetic siganture pada lambung kapal.
Baca juga: Ukur Kadar Kemagnetan di Kapal Perang, TNI AL Gunakan Drone Copter IT180 Sterna
Jeffrey Vader, Direktur Proyek DSNS mengatakan, “Hasil instalasi dan pengujian sistem tempur sangat sukses. Seperti halnya pembangunan kapal, kami telah menyelesaikan fase ini baik pada waktu dan anggaran. Sekarang kami berharap untuk memulai instalasi dan pengujian sistem tempur di kapal kedua (KRI I Gusti Ngurah Rai 332-red).”
KRI I Gusti Ngurah Rai 332 dijadwalkan untuk melewati fasilitas dan pengujian yang sama pada Februari 2020, dan diharapkan akan selesai pada akhir April. Meski sebagian besar sistem senjata dan CMS telah sukses diuji coba, namun kabarnya masih ada yang belum diuji coba, yaitu sistem hanud pada rudal Mica VLS. (Haryo Adjie)
Ada ASWnya gak?
sampun mas sales rosok bobrok export
👏👏👏👏. Tinggal BungTomo class VLSnya di pasang secepatnya!!! Kasian yuh kapal SAM nya ompong. Untuk kapal selanjutnya yg dr DENMARK semoga nga pake MELINIUM GUN. Mellinium gun keren cuman kekurangannya tdk bs di reload dr lambung. BOFORS 40MM MK3 ”feeding systemnya” dr bawa turretnya jadi memudahkan untuk RELOADING.
Ya saya pikir semuanya sudah bagus, seperti nantinya akan dipasang CIWS 35 mm, VLS untuk pertahanan udara MICA, dan persenjataan utama yang lainnya. Tapi ada satu yang membuat saya khawatir yaitu: “KENAPA SEMUA PERSENJATAAN DAN PERALATAN ELEKTRONIK YANG ADA DI KAPAL PERANG INI SEMUANYA DARI NEGARA BARAT”?!
Apakah persenjataan yang ada dikapal ini akan beroperasi secara mulus jika andaikan suatu saat kita akan berperang melawan negara-negara barat atau negara sekutu mereka?
Apakah kita tidak khawatir kalau senjata, rudal dan radar buatan barat ini akan disabotase atau dijamming (peperangan elektronik ini akan mudah meraka menangkan karena meraka sendiri yang membuat senjata dan radar ini) jika kita bertempur melawan meraka atau sekutunya?
Sebaiknya dalam hal persenjataan, rudal dan radar ini kita seharusnya membelinya dari negara yang netral atau tidak memusuhi kita alias negara yang sudah lama bersahabat baik dengan kita, saya pikir kita sudah tahu nama negara-negara itu.
Tapi alangkah lebih baiknya lagi kalau negara kita sendiri yang membuat peralatan militer yang sensitif ini, walaupun mungkin akan memakan banyak waktu dan SDM.
Saya pikir kita perlu untuk untuk mengumpulkan mereka yang super cerdas yang ada di universitas seluruh Indonesia agar dapat bekerja sama untuk membuat peralatan teknologi militer yang maju.
Masih butuh dasar ilmu yg kuat dulu, cara ini lumayan tuk memangkas waktu riset’ pt.len sudah mempunyai planing tuk mengejar setiap item dasar teknologi yg mereka incar, mereka sudah punya data2 per item ilmu teknologi yg dikuasai negara2 global, jd jangan heran kalau pembelian alutsista indonesia gado2′ kelak keunggulan2 setiap item teknologi yg didapat akan disatukan menjadi prodak teknologi indonesia.
Rusia kemahalan
Buat suga….please baca lagi artikel diatas. Berikut saya salin biar gak sulit carinya
” Sementara untuk penyelarasan sistem rudal anti kapal, yaitu Exocet MM40 Block 3 juga telah tuntas dilakukan dengan dukungan pihak MBDA.
Uji coba lain yang telah tuntas dijalankan seperti sistem anti serangan udara dan sistem anti kapal selam (anti submarine warfare), yang disebut menjadi rangkaian penutup dari sesi uji coba pada …”
Untuk pertahanan anti serangan udara, anti kapal permukaan dan anti kapal selam sudah terpasang. Trus maksudmu kalau gak punya ya payah ( kemampuan ASW ) iku opo ?
uwong lagek mlebu defense-studies.blogspot.com kui ancene, sabar.
kadang wong kui pinter tapi males moco
Wehrmacht@ ga perlu pake bahasa daerah mas bro… Disni bukan hanya orang jawa yg komen
Punya kemampuan ASW gak min?,kalo gak punya ya payah
Butuh cermin segede apa maaaas @suga…..🐒🐒🐒
Butuh cermin segede apa maaaas @suga…..itu sonar kingklip, torpedo dan heli
AKS emang bakal buat apa 🐒🐒🐒
Artinya rudal anti kapal dan rudal Mica nya sdh di install jg yg bung Admin.?
ga butuh mica mas, langsung pasang S 300 versi laut dan rudal yakhnot, kemarin abis MoU sama Rosok Bobrok Exprot tempate sampean bekerja.
Selamat dan Sukses kepada PT. PAL dan TNI AL