Ada Masalah Pada Sistem Kendali, Proses Produksi Sukhoi Su-57 Terancam Molor!
|Jatuhnya pesawat siluman Sukhoi Su-57 Felon dengan nomer “01 blue” pada 24 Desember 2019 mengejutkan banyak pihak, termasuk netizen Russian Fans Boy di Tanah Air, betapa tidak, jatuhnya pesawat ini adalah jelang diserahkan kepada AU Rusia. Jatuh dalam kondisi total lost tentu saja punya dampak tersendiri pada jadwal penyerahan pesawat, bahkan bisa jadi akan berpengaruh pada proses produksi untuk 78 unit Su-57 pesanan AU Rusia, lantaran penyebab jatuhnya pesawat ini terindikasi karena adanya masalah pada fungsi sistem kendali.
Baca juga: Untuk Pertama Kali, Sukhoi Su-57 Jatuh dalam Kondisi “Total Lost”
Seperti dilaporkan dalam artikel berita sebelumnya, sebuah Su-57 jatuh sekitar 110-120 kilometer dari Bandara Dzyomgi, Khabarovsk Krai. Dalam insiden ini, pilot diwartakan berhasil melontarkan diri dan mendarat dengan selamat. Beruntung, pesawat jatuh di lokasi yang tidak berpenghuni dan meledak setelah menyentuh tanah.
Pesawat yang jatuh diketahui baru saja tuntas setelah melalui proses perakitan di Komsomolsk-on-Amur, sebelah timur Rusia.
Mengutip dari nationalinterest.org (11/1/2020) yang merangkum informasi dari beberapa media lokal Rusia, disebutkan sistem kendali pesawat mengalami masalah, lebih detail, masalah kendali ini berada pada stabilisator sayap ekor yang seolah terkunci pada ketinggian 32 ribu kaki (9.753 meter), persisnya saat pilot tengah menguji manuver esktrem dengan turun ke ketinggian 26 ribu kaki (7.924 meter). Adanya masalah pada stabilisator sayap ekor memaksa pilot berusaha menggunakan sistem kendali manual, namun sayangnya upaya itu tidak berhasil.
Dalam kondisi genting, pilot berusaha menstabilkan pesawat, hingga akhirnya pilot memutuskan untuk melontarkan diri pada ketinggian 2.000 kaki (609 meter). Dalam insiden ini, pilot mendarat selamat yang dikemudian mendapat pertolongan dari helikopter Mi-8.
Seperti halnya F-16 Fighting Falcon, sistem kendali Su-57 dirancang dengan aerodynamically unstable airframes, dimana peran komputer lewat fly by wire menjadi dominan dalam perintah kendali dari tongkat kemudi hingga ke gerakan sayap. Kalangan pengamat dirgantara Rusia menyuarakan, idealnya Su-57 dilengkapi multi-level’ protection untuk menghadapi beragam mode penerbangan, termasuk pada saat-saat kritis seperti kejadian 24 Desember lalu.
Sampai saat ini, penyebab pasti jatuhnya Su-57 masih dalam penyelidikan otoritas militer Rusia. Namun dibalik musibah ini, Rusia seolah ingin menonjolkan sisi lain, yaitu kehandalan teknologi smart ejection system Zvezda K-36D-5, yang dilaporkan berhasil menyelamatkan pilot keluar dari pesawat yang sedang dalam posisi spin. Teknologi kursi lontar pintar ini dipadukan dengan VKK-17 pressurized suit yang dikenakan oleh pilot, menjadikan kursi lontar dapat digunakan dengan aman pada ketinggian 66 ribu kaki (20.100 meter) dengan pesawat yang sedang melaju di kecepatan Mach 2. (Bayu Pamungkas)
kalau berita begini fans boy russial stlong pada ngumpet ngga berani komen tapi kalau beritanya tentang amerika mereka pada nongol cuma buat komen negative.
Ya udah, kita beli kursi lontarnya aja.
Sudah “bat prov”, Harga gak terlalu mahal dibanding klo kita beli pesawatnya, dan yg pasti US dan sekutunya gak akan menghalangi.
Oy iya, jangan lupa minta TOT! Wkekeke
Cung yg setuju?
setuju bung Jarwo, buat pilihan tender kursi pilot IFX, tinggal di test safety dlm speed 2 mach … tapi pilot stuntmannya dari Russia ya …
Rusia seolah ingin menonjolkan sisi lain, yaitu kehandalan teknologi smart ejection system Zvezda K-36D-5, yang dilaporkan berhasil menyelamatkan pilot keluar dari pesawat.
Dalam edisi yg lalu sdh saya katakan bahwa dibalik musibah yg dialami Su-57 Rusia ternyata membuktikan kehebaran kursi lontar buatannya. Tp para Fans boy Amatiran pd sewot semua…😆😆😆
Persenjataan Rusia memang Strooonngg Binggiiiitttt
ketinggian 32 ribu kaki (9.735 meter), persisnya saat pilot tengah menguji manuver esktrem dengan turun ke ketinggian 26 ribu kaki (9.924 meter).
32 ribu ama 26 ribu tinggian 26ribu
Terima kasih atas koreksinya, telah kami revisi 🙂
Bail out dari ketinggian +/- 20 km dg kecepatan 2 mach……mungkin kursi lontarnya saja yg selamat 👻👻👻
😱😱😱Teknologi kursi lontar pintar ini dipadukan dengan VKK-17 pressurized suit yang dikenakan oleh pilot, menjadikan kursi lontar dapat digunakan dengan aman pada ketinggian 66 ribu kaki (20.100 meter) dengan pesawat yang sedang melaju di kecepatan Mach 2. 😬😬😬
Su 35 kenapa ga dateng2 ya?
Sudah datang bulan agustus lalu, tapi pulang lagi karena ga cocok dengan makanan nya
https://nasional.tempo.co/read/1125315/kemenhan-2-sukhoi-su-35-dari-rusia-tiba-saat-hut-tni-di-2019
😆😆😆….dek Cat ini memang lucu dan sangat menghibur. Tidak spt Fans boy Barat Amatiran yg gampang ngambek dan tensinya tinggi. Krn kebanyakan konsumsi bakso tikus…😀😀😀😂😂
Dunia militer itu penuh trik dan intrik dek. Kalo urusan SU-35 itu sdh jelas kepastiannya dek. Yg bikin deg2 syuurr ini kedatangan F-16V dan konco2nya dek.
Sementara matra laut yg dinanti kapal segeda gaban yg bakalan dibuat berdasarkan TOT dr Denmark.
Bukan masalah kapalnya dek tapi masalah penyengatnya yg bakal di gotong itu dr belahan dunia mana diambil.
Dari sumber dalam yang saya ketahui, Su 35 tetap jalan walaupun ada F-16V. Namun kenapa delay terus dari 2017/2018? karena masih ada kendala…
Yg penting pilotnya selamat itu yg utama
Fansboy rusia gak pernah ngumpet karna
Fansboy rusia uda batle pulpen ok
Ingat…. yg bebaskan papua dari penjajah adalah alutsista
Buatan uni soviet ya sekarang jadi rusia.jasmerah………….
Coba waktu itu uni soviet sekarang rusia tidak mau
Dan gak peduli mau kasih kredit alutsista,mau jadi apa
Nkri dan kurasa papua tetap dalam cengkeraman penjajah
Yg juga dalam kumpulan nato yg bos nya ya usa,lepas dari
Kepentingan dan apa kek itu,mau bilang uni soviet ada
Maunya karna ini lah,itu lah yg penting alutsista uni soviet
Dan sekaarang rusia lah yg buat papua kembali kedalam
Nkri ngerti koe fansboy keblinger.jangan lihat jeleknya
Uni soviet aja tapi hanya dia aja yg mau bantu nkri ya
Mau dubilang apa kek yg penting alutsista rusia lah yg
Paling bebas dan bisa imbal dagang kredit lepas dari yg lain.
Dalam pembelian alutsista yang dilihat alutsistanya, bukan sejarah negara pembuat.
Memang Uni Sovyet berkontribusi dalam Alutsista, namun tanpa AS, Belanda tidak akan membiarkan Papua ke Indonesia. AS lah yang meminta Belanda ngalah, dan menghindari perang.
Saya mau tanya untuk pesanan f 16 v tni apakah akan memiliki cft ( conformal fuel tank) seperti punya UEA…
Proses kfx dan ifx macam mana ya? Industri dalam negeri emang sudah mampu bikin pesawat tempur gen 4.5? Indonesia berencana beli F-16 viper atau beli senjata lain dari mamarika ya? Moga ada suhu yg jawab